SDAK-7 (revisi)

17 12 0
                                    

Selamat membaca..
Btw, lagu yang ku gunakan selama proses nulis bab ini adalah, That's Why You Go Away by MLTR

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)

Author POV

Gemericik air menari-nari di atas permukaan tanah yang sudah basah. Hujan sore ini, bagai isyarat cinta yang tak sempat disampaikan langit kepada bumi. Ia terdiam menatap hujan dengan terpatri.

Dengan raga yang lebih baik, Emilia menemani sang adik mengerjakan tugas sekolah di ruang tamu. Menatap setiap tinta hitam yang keluar membasahi buku, Emilia kembali terlarut dalam lamunannya, entah apa yang ia pikirkan.

Dan kilat datang seolah ingin mengambil atensinya. Namun lagi-lagi ia gagal. Emilia tak menggubris kehadirannya.

"Kak? Hey?" Tiffany melambaikan tangan tepat di depan muka sang kakak. "Is something wrong?"

Kesadarannya seakan dikembalikan dari ketenangan itu, ia tersenyum dan menjawab, "Enggak. Kakak gapapa."

Tiffany berdecak jengkel. "Ga mungkin," ungkapnya seraya menyipitkan mata. Dan Emilia hanya tersenyum getir.

Merapihkan semua perlengkapan sekolahnya dari ruang tamu. Tiffany menyudahi pembelajarannya. "Kok selesai? Emang tugasmu udah semua?"

Tiffany mengangguk mantap sebelum ia melenggang jauh meninggalkan sang kakak di ruang tamu menuju kamarnya. Dan tak lama, ia pun kembali lagi sembari membawa sebuah selimut.

Emilia mengerutkan dahi akan sebuah barang yang dibawa adiknya. "Mau ngapain?"

"Nonton. Daripada galau-galau gajelas gitu, enakan kita nonton!" seru Tiffany bersemangat, dan bertolakbelakang dengan Emilia yang bingung dengan tingkah adiknya ini.

Dengan spontan, Tiffany menarik lengan sang kakak menuju ruang tengah di mana terdapat sebuah televisi di sana.

Sesampainya di ruang tengah, Emilia hanya bisa diam memperhatikan adiknya yang dengan sigap membenahi ruangan yang akan dipakainya menonton. Mulai dari menata kasur lantai, dan memberikan bantal di kedua sisi, serta jangan lupakan selimutnya.

Setelah selesai, Tiffany menepuk-nepuk sisi sampingnya seolah menyuruh Emilia untuk ambil posisi di sebelahnya. Dan Emilia pun mengikutinya.

Mengambil remot dan mengarahkannya ke televisi, Tiffany lalu menyari saluran yang di mana ada serial yang sedang tayang yang mereka akan tonton.

Ghostbusters, series kartun komedi supranatural yang berasal dari negeri Paman Sam ini mampu menarik atensi dari banyak orang termasuk Tiffany sebagai salah satunya untuk hanya sekadar berpartisipasi menontonnya.

Film pun dimulai. Terdengar suara backsoundnya yang khas akan lagu Ghostbusters. Tiffany nampak bersemangat menyanyikan lagu andalannya tersebut. Namun, berbanding terbalik dengan Emilia yang hanya diam tanpa sepatah kata pun.

Tidak, dia tidak bad mood atau semacamnya. Hanya saja, ia tidak mengerti atau bahkan baru tahu akan series ini dan hanya memilih memperhatikannya saja lebih dulu.

Dan setelah menghabiskan waktu yang cukup lama, series itu pun usai dan mampu menghadirkan rasa kekecewaan dan kesedihan dalam ekspresi Tiffany.

"Besok lagi," ucap Emilia menenangkan. Dan Tiffany mengangguk walau masih saja ia menyemberutkan bibirnya.

"Kakak udah ga galau lagi, kan?"

"Kakak? Galau? Enak aja! Sejak kapan?" timpal Emilia tak mau kalah. "Abisnya tadi kakak diem mulu. Yaa.. kukira galau lah."

"Galauin siapa sih?" tanya Tiffany.

Sejujurnya, Emilia juga tak mengerti dengan perasaannya kini. Entah apa yang sedang menyeruak di hatinya.

"Kak Ken, ya?" tembak Tiffany yang sontak membuat Emilia mendelikkan matanya tak percaya.

Entahlah, tapi benar juga, orang asing itu tak kunjung meneleponnya lagi tempo hari. Ada apa? Dan pertanyaan itu seolah berputar-putar dikepala Emilia. Membuatnya kembali terlarut dalam lamunannya.

Tiffany menjentikkan jarinya tepat di wajah sang kakak. "Hey, kak! Something wrong? Or.. bener kan akuu?"

"Duh, gatau ah. Kakak mau mandi dulu," balas Emilia dan langsung melenggang pergi meninggalkan sang adik yang masih mematung menatap kepergiannya.

Aneh, pikir Tiffany.





***

Iyaw, hei ges. Back again w/Enay..
Please support me with your vote and comments.. i need to get the response.

Lots of love, Enay..

Samudra di Antara Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang