Chapter 10: Ketulusan atau Kasihan

1 0 0
                                    



Setelah selesai memilih barang-barang dan membayarnya, aku bergegas pergi ke cafe Sesampainya, Heri telah menyambutku di depan cafe dengan seragam kerja. Tanpa mengobrol terlebih dahulu, kami bergegas menuju dapur dan telah tersedia beberapa mangkuk berisi bakso mie.

"Silakan dicoba," ucap Heri.

"Ah, baiklah." Aku mulai mencoba bakso mie itu.

"Bagaimana?" tanya Heri.

Sejenak aku berpikir sebelum menjawab pertanyaan Heri, hingga senyumku mengembang Setelah menyantap bakso mie, aku membantu pekerja lainnya. Saat semua usal, kami berdiri di depan meja kasir menunggu para pelanggan datang.

Saat jam menunjukkan pukul 12:10, pars pelanggan mulai berdatangan dan seseorang yang kukenal mengunjungi cate Seseorang itu adalah Rani bersama dengan perempuan berambut panjang dan terlihat cantik. Saat aku memberikan pelayanan terjadi sedikit obrolan di an tara kami. Setelahnya, aku pergi dan memberikan kertas bertuliskan pesanan kepada sang kasir.

Hari ini pun cafe ramai oleh pelanggan dan kami para pelanggan hampir kewalahan selama 2 jam Setelah mulai sepi pelanggan, kami beristirahat secara bergantian dan di sini aku bersama dengan Heri yang tengah menyantap makanan buatannya.

"Bagaimana hubunganmu dengan Bimo? Aku beberapa kali bertemu dengannya, ada hal yang ingin aku tanyakan padamu. Perasaanmu kepada Bimo, itu rasa kasihan atau benar-benar rasa cinta yang kamu simpan selama ini?" Aku terdiam beberapa detik saat mendengar penuturan Heri dan berhenti menyuap makanan.

"Beberapa hari yang lalu, aku memberikan saran untuk menjadi dirimu sendiri yang selalu mengikuti arun. Tapi jika kamu di samping Bimo karena merasa kasihan Aku sarankan untuk berhenti, tapi kalau kamu benar benar tulus Aku tidak bisa membuatmu berhenti, dan jika kamu terluka lagi, datanglah padaku. Aku selalu ada untukmu," ucap Heri dengan senyum di wajah.

Aku yang mendengarkan dengan seksama hanya diam dan kembali bertanya kepada diri sendiri Hati ini dan perasaan yang muncul. Apa ini perasaan yang tulus, atau hanya sebatas belas kasihan. Sepertinya, Heri lebih tahu kendala apa yang akan aku hadapi tentang kami berdua. Ku beranikan diri untuk bertanya kepada Heri, "Apa kamu ketahui tentang keluarga angkat Bimo? Sejauh mana yang kamu ketahui? Apa kamu lebih dulu bertemu Bimo daripada aku? Aku tidak bisa mengetahui perasaanku saat ini itu apa, tapi aku akan memastikannya terlebih dahulu." Aku bertanya dan menjawab dari perkataan Heri.

"Keluarga angkatnya merupakan pemilik salah satu rumah sakit terbesar di Indonesia Kamu sudah tahu pusti, alasan dia tidak menepati janji. Keluarga Itulah yang menyelamatkannya, sepasang suami-istri yang tidak memiliki anak kandung. Semua anaknya adalah anak angkat, dia memiliki 4 saudara dan dia nomor 2. Hanya sebatas itu yang ku tahu, dan aku bertemu dengannya lebih dulu daripada kamu. Aku turun duluan, sepertinya ada masalah di dapur." Setelah mengatakan itu, Heri pergi meninggalkanku.

Kuhela napas dengan kasat biasanya, percintaan bukanlah hal yang sangat serius. Maka dari itu, aku memiliki banyak sekali mantan. Paling lama jarak pacaran adalah satu tahun, sisanya tidak dapat dikatakan menjalin hubungan. Kali ini benar-benar sangat berbeda. Karena aku dan Bimo terikat karena janji di masa lalu.

Saat itu, kami masih duduk di kelas enam Bimo mandatangiku saat baru saja pulang dari main di taman, dia berkata, "Ada yang ingin aku katakan."

"Apa itu?" tanyaku.

"Ayahku harus dinas di luar kota jadi aku tidak bisa sekolah di sini. Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Bimo.

"Aku tidak apa-apa, kenapa kamu tanya?" tanyaku lagi yang saat itu sama sekali tidak memiliki kepekaan.

"Tidak apa-apa sih, hanya saja, aku mau mengatakannya saja. Oh ya. Kata ayahku, aku boleh datang ke sini satu tahun sekali. Saat liburan tahun baru. Apa kamu akan menungguku?" tanya Bimo.

"Ah, ok itu tidak masalah," jawabku dengan senyum senang.

Setelah itu, kami saling mengikat janji kelingking sebagal tanpa saling berjanji. Dua tahun dia menepati janjinya, tetapi sejak tahun ketiga hingga bertahun-tahun dia tidak datang lagi. Saat aku menginjak usia 15 tahun, satu hal yang aku sadari. Selama ini aku suka dia bukan sebagai sahabat, tetapi lebih dari itu.

Dapat dikatakan, bahwa dia cinta pertama sesudah ayahku. Laki-laki pertama selain ayah yang bahkan aku tangisi, mungkin orang akan berpikir aku berlebihan. Akan tetapi, inilah yang nyata terjadi. Bahkan, saat dia menyatakan bahwa dia suka aku dengan tawanya. Aku kira dia bercanda dan menjahiliku, tetapi kini setelah bertemu dengannya lagi, aku dapat membuktikan, apakah perasaan itu asli atau hanya sekadar singgah saja.

Dengan keras ku gelengkan kepala, menyimpan semua kenangan yang baru saja muncul dan menghabiskan makanan, setelahnya kembali bekerja hingga malam telah menjemput. Aku pulang lebih awal dan biasanya bersiap siap untuk pergi menonton bersama Bimo Saat tengah mengenakan lipstik suara bel terdengar. Dengan cepat ku buka pintu dan itu adalah Bimo. Kami bergegas pergi dengan menggunakan mobil miliknya.

Sepanjang perjalanan menuju sebuah mall, aku membuang semua pikiran-pikiran yang terus singgah tanpa enggan untuk pergi. Aku bisa memikirkannya lagi lain waktu, jika terus dibiarkan, ini akan mengganggu acara menonton film.

If It's You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang