Suara keras alarm membangunkan ku. Ketika ku lihat ponsel, jam telah menunjukkan pukul 06:00 WIB. Aku tercengang saat menyadari terbangun di kamarku dan ingatan tadi malam datang. Aku sepertinya tertidur di mobil Heri dan dia mengantarku.
Dengan cepat kuambil ponsel dan mengirimkan pesan terimakasih kepada Heri. Setelahnya, aku keluar kamar dan mendapati Laras yang tengah duduk di sofa dengan memberikan tatapan tajam untukku. Aku menghampiri Laras, duduk tepat di sampingnya dan akan mengambil roti.
"Tadi malam, dari mana kamu? Kenapa pulang dalam keadaan tidur?" tanya Laras.
"Ah, aku pergi dengan Heri dan ketiduran di mobil." Aku mengunyah pelan roti selai cokelat sambil menjawab pertanyaan Laras.
"Kamu yakin pergi dengan Heri?" tanya Laras lagi dan aku menjawabnya dengan mengangguk.
"Bukannya aku tidak percaya, tapi, tadi malam yang mengantarkanmu pulang itu Bimo bukan Heri. Jika memang kamu pergi dengan Heri, ada skenario lain. Kemungkinan, Bimo bertemu kalian di jalan atau di depan Apartemen. Lalu, Bimo memaksa Heri untuk memberikanmu padanya." Ketika aku dengar perkataan Laras, itu cukup masuk akal, tetapi terlalu drama sekali.
"Bukankah itu terlalu drama, mana mungkin." Aku membalas perkataan Laras dengan mencoba untuk tidak percaya.
"Apa kamu tidak percaya dengan teman sendiri? Aku menyaksikannya sendiri, bahkan Bimo mengecup keningmu dan mengatakan, 'Selamat tidur, mimpilah yang indah' wah, itu seperti yang ada di drama-drama." Aku menghela napas panjang saat mendengarnya.
"Masalahnya, aku mengirim pesan ke Heri dan berterima kasih kepadanya. Ternyata aku salah mengira," ucapku memasukan potongan terakhir roti selai cokelat itu.
"Wah, apa Heri sudah menjawab pesannya?" tanya Laras dan aku cepat membuka ponsel untuk mengecek. Ternyata, Heri sudah membalasnya. Ketika aku baca, dia berkata jujur bahwa bukan dirinya yang mengantarku ke kamar.
"Benar, itu bukan Heri. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Aku bertanya kepada diri sendiri dan Laras.
"Kamu harus berterimakasih kepada Bimo, berikan dia makan siang buatanmu. Bukankah dia belum pernah merasakan rasa masakanmu," ucap Laras memberikan saran padaku.
Aku berpikir beberapa menit dan akhirnya ku lakukan saran dari Laras, membuatkan makan siang untuknya. Sekarang aku tengah berada di lantai 4 tempat kerja Bimo yang dimana merupakan tempat terbuka, dikhususkan untuk para karyawan. Tadinya aku hendak pulang setelah mengantar makanan dan berterimakasih, tetapi Bimo mencegahku untuk pergi. Dia juga yang membuka percakapan pertama.
"Terimakasih karena telah menjenguk ayahku tadi malam," ucap Bimo sambil mengunyah makanan.
"Sama-sama," balasku singkat.
"Tadi malam, di lantai tujuh. Aksimu hebat, tapi apa benar kamu sering berpikir untuk mengakhiri hidup?" tanya Bimo.
"Ya itu dulu, sekarang sudah tidak." Aku menjawabnya tanpa melihat ke arah Bimo.
"Katakan itu dengan menatapku," ucap Bimo dengan suara seriusnya.
Aku yang mendengar ucapan Bimo terdiam beberapa detik hingga ku ikuti permintaannya. Mengatakannya lagi dengan menatap sepasang mata Bimo, hanya beberapa detik, aku telah memalingkan wajah ke arah lain. Kami hanya saling diam untuk beberapa menit hingga Bimo telah menghabiskan makanannya.
"Ini pertama kalinya aku memakan masakanmu dan ini enak, maukah kamu memasakan aku lagi?" tanya Bimo.
"Aku tidak tahu, aku juga punya kesibukan. Aku memasak untukmu karena Laras menyarankannya," jawabku cepat sambil membereskan tempat makanannya. Mendengar jawabanku, Bimo tidak lagi mengeluarkan suara dan aku bergegas pergi.
Setelah sampai di apartemen dan membersihkan semua tempat makan, ku putuskan untuk pergi ke Festival Kuliner Nusantara yang tiadakan tidak begitu jauh dari tempat tinggal ku. Sesampainya di sana, ku habiskan waktu seharian sendiri.
Mencoba setiap makanan yang membuatku tertarik dan ketika pulang, aku bertemu dengan Sean di depan Apartemen. Dia tengah berdiri dan terlihat seperti orang yang tengah menunggu. Ketika ku tanya dia sedang apa? Ternyata, dia menungguku untuk membicarakan sesuatu dan kami duduk di taman.
"Kemarin, saat kamu keluar dari ruang inap Ayahku. Aku mengikutimu dan kamu berdiri di depan ruang inap Amanda. Kenapa kamu tidak masuk?" tanya Sean yang mungkin dia penasaran.
"Aku tidak enak untuk mengganggu mereka," jawabku pelan.
"Kenapa harus tidak enak? Kamu kesana untuk menjenguk bukan? Apa kamu mendengar sesuatu?" Sean kembali bertanya.
"Kamu benar, karena aku menguping pembicaraan mereka. Jadi, jika aku masuk akan merasa tidak enak." Aku menjawab dengan sedikit kebohongan.
"Tidak perlu berbohong, aku tahu betul kebiasaannya saat tengah berbohong. Apa yang mereka bicarakan? Apa itu membuatmu menjadi bimbang?" Mendengar penuturan Sean membuatku berhenti memainkan ibu jari dan telunjuk. Aku menghela napas dalam-dalam sebelum kembali membalas ucapan Sean.
"Sepertinya, aku bimbang lagi. Menurutmu aku harus bertanya langsung padanya atau menunggu dia yang mengatakannya?" tanyaku dengan wajah sedih ini.
"Menurutku, tanyakan saja langsung. Agar kamu tidak terluka lagi dikemudian hari," ucap Sean, tentunya itu juga yang aku inginkan. Akan tetapi, aku harus mengumpulkan banyak keberanian untuk mengatakannya.
"Aku sudah mengenalmu cukup lama, jujur, aku masih memiliki perasaan padamu. Tapi, melihat kamu yang telah kembali ke perasaan sebelumnya. Membuatku mencoba untuk membuang semuanya." Sean berhenti sejenak, kemudian dia melanjutkan kembali ungkapan kejujurannya.
"Ada satu hal lagi. Pertemuanku dulu denganmu, itu bukan ketidaksengajaan, tapi itu memang sengaja. Aku membantu Bimo untuk mencari keberadaan mu di mana dan saat itu, aku malah jatuh hati. Pada akhirnya, kita pacaran. Dia tidak tahu fakta ini dan aku tidak ingin dia tahu. Aku takut dia akan terluka." Aku sedikit terkejut ketika mendengarnya. Setelah pembicaraan kami usai, aku bergegas pulang dan istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
If It's You (Tamat)
Romansa"Aku janji, aku akan datang setiap satu tahun sekali. Saat liburan tahun baru." Itu merupakan kalimat yang selalu tersimpan di sisi lain ingatanku. Bimo Saputra adalah sosok yang mengatakan kalimat tersebut. Membuat diriku selalu terikat dengan diri...