Pagi telah tiba dan aku sibuk dengan urusan dapur, tetapi Laras hanya duduk menonton. Meski telah kenal tama, aku masih suka kesal saat Laras tidak membantu apa pun. Setelah selesai memasak, kami menyantap sarapan bersama.
"Oh, ya Lila. Aku mau tanya sesuatu, waktu makan malam Kalian membicarakan apa saja?" tanya Laras meski aku sudah membangun tembok agar dia tidak bertanya. Akan tetapi, dia akan terus mencoba melewati tembok itu.
"Ah, baiklah Aku akan ceritakan semuanya, dia sibuk dengan pekerjaannya dan alasan kenapa dia ngajak makan malam karena dia menang tender. Jadi ya cuman makan malam biasa. Dan aku bertemu mantanku," jawabku, menceritakan semua.
"Wah, kamu ketemu sama mantan yang mana?" tanya Laras lagi.
"Si yang suka selingkuh," jawabku dengan mengunyah makanan.
"Bukankah semua mantanmu emang suka selingkuh, jadi yang mana?" tanya Laras
"Yang terakhir," jawabku dengan malas.
"Ah, si Dion." Setelahnya, Laras tidak hanya berhenti di situ saja. Dia semakin menjadi-jadi dengan celotehannya, bahkan menyuruhku untuk menikahi Bimo agar hidupku tercukupi.
Tanpa menjawabnya ku tinggalkan Laras dan bersiap untuk pergi mencari buku. Setelah melewati perjalanan 30 menit dengan menggunakan angkutan kata sekarang aku tengah duduk di sebuah warung kopi di belakang Mall Menunggu beberapa saat hingga mall terbuka dan ramai pengunjung.
Jam telah menunjukkan pukul 11:00 WIB Setelah membayar, aku bergegas masuk dan menuju lantai empat-tempat toko buku berada. Aku mengelilingi setiap rak-rak, mencoba mencari buku yang menarik perhatian Saat tengah membaca novel yang tidak tersegel, telinga ini mendengar suara percakapan dan sebuah nama yaitu Bimo. Dengan berpikir positif, mungkin hanya merip na manya. Akhirnya, aku kembali fokus membaca lembaran secara acak agi.
Namun, aku terkejut saat melihat Bimo berdiri dengan senyum lebarnya. Dia benar-benar Bimo, untuk beberapa saat aku terdiam. Suasana ini terlihat canggung lebih tepatnya hanya aku
"Kamu sedang apa di sini?" tanyaku yang sebenarnya tidak perlu melontarkan pertanyaan.
"Aku mengantar adikku membeli buku," jawab Bimo Aku hanya ber 'oh' ria mendengar jawaban Bimo.
"Aku duluan ya, soalnya mau bayar bukunya." Aku berkata dengan kecanggungan yang ada di diri ini..
Aku bergegas pergi menuju kasir dan membayar, entah kebetulan dari mana Bima dan seorang perempuan juga ten gah membayar. Aku menengok ke kanan dan memberikan tatapan kepada Bimo yang mengartikan Apa? Setelah selesa membayar, aku pergi tanpa sepatah kat apun.
Namun, tangan seseorang menghentikanku saat di depan toko buku tersebut.
"Kamu mau pergi begitu saja? adikku ingin berbincang denganmu. Dia suka novel saat tahu aku mengenalmu tadi. Dia ingin berteman" ucap Bimo
"Serius?" tanyaku
"Ya, aku serius. Apa kamu berpikir ini aka-akalanku?" tanya Bimo dengan senyum kecil di wajah, aku tahu segala jenis senyuman dan dia terlihat tengah menjahili ku
"Tidak, buat apa aku berpikir seperti itu?" tanyaku baik
Sesaat kemudian, perempuan berkaca mata itu menghampiri kami dan setelah nya perg untuk makan siang. Sebelum menyantap makanan, aku dan adik Bimo saling berkenalan. Nama dia adalah Rani Maharani Umur 16 tahun dan masih kelas 1 SMA. Kami menyantap makan siang dengan mengobrol
"Apa kakak mau mengajariku membuat cerita fiksi?" tanya Rani.
"Aku tidak pandai mengajari orang dan aku juga tidak sabaran ini bukan karena aku pelit Jadi aku sarankan untuk ikut kelas menulis online saja. Di Media Sosial Fl juga banyak," jawabku dengan sedikit memberi saran.
"Ah, tidak apa-apa. Aku akan melakukan saran Kak Lila," ucap Rani dengan tersenyum. Setelahnya, aku, Bimo, dan Rani kembali.
Setelahnya, aku, Bimo, dan Rani kembali melanjutkan makan siang dan mang habiskan waktu hingga malam muta menjemput. Kami pun bergegas pulang karena rasa lelah yang datang. Sekarang aku telah berada di kontrakan, duduk dengan memainkan ponsel Tidak lama setelahnya, ku khat Laras baru pulang dan duduk di samping kiri ku
"Hari ini, aku menyelesaikan masalah dengan pria brengsek itu Kamu tahu, dia memalsukan KTP. Alias, dia bikin KTP palsu. Hah pantas saja aku tertipu. Lucunya adalah istrinya memihak ku. Ternyata banyak akal sekali buaya-buaya sekarang."Laras menceritakan semuanya dengan singkat.
"Tentu istrinya memihak mu, kalau dia memihak suaminya, pasti kamu akan laporkan ke polisi bukan?" tanyaku
"Tentu, aku tidak terima Sudah kedua kali aku ditipu sama pria beristri" jawab Laras
"Lalu, nasib mereka bagaimana?" tanyaku.
"Istrinya bilang akan gugat cerai, kalau aku jadi dia juga bakal gugat cerai. Kata istrinya, ini sudah kesekian kali suaminya kepergok selingkuh. Wah, istrinya kuat sekali Kalau itu aku, pertama kali tahu suamiku selingkuh, aku tidak akan memberikan kesempatan apa pun. Aku akan langsung gugat cerai," jawab Laras dengan antusias.
"Aku juga akan melakukan hal yang sama," timpal ku
"Bagaimana dengan kegiatanmu hari ini? Berapa buku yang dibeli?" tanya Lares.
"Aku cuman jalan seperti biasa. hanya 3 buku saja. Aku juga ketemu Bimo, dia nemenin adiknya beli buka Kami makan siang dan mengobrol," jawabku
"Tidak ada hal menarik yang terjadi?" tanya Laras.
"Ah, ada. Dia mengira kalau aku berpikir bahwa, dia mengakali untuk berlama-lama denganku dan dia mengatakan itu dengan senyum jahil. Intinya sih seperti itu," jawabku dengan menutupi rasa malu dan kesal ini.
"Memangnya apa yang kamu katakan?" Tanya Laras lagi.
"Dia mengatakan bahwa adiknya mau berkenalan denganku, berteman dan mengobrol, aku hanya tanya Serius. Dia mengira aku berpikir lebih, itu benar-benar membuatku kesal."Aku menjawab dengan terbawa emosi.
"Ouh, kalau itu aku, aku juga akan berpikir seperti Bimo Kalau dilihat dan situasinya, itu mungkin Aku yang mendengar penuturan Laras lantas mem balas lagi, 'Aku tidak berpikir seperti itu!
"Siapa tahu kan, kamu berpikir seperti itu. Lihatlah, wajahmu merona. Aku yang kesal pergi begitu saja dan menutup seluruh badan dengan selimut Menyembunyikan din dan merenung, apa benar aku berpikir seperti itu? Aku menanyakan hal hal itu kepada diri sendiri, hingga ku putuskan untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
If It's You (Tamat)
Romansa"Aku janji, aku akan datang setiap satu tahun sekali. Saat liburan tahun baru." Itu merupakan kalimat yang selalu tersimpan di sisi lain ingatanku. Bimo Saputra adalah sosok yang mengatakan kalimat tersebut. Membuat diriku selalu terikat dengan diri...