Elio membuka matanya perlahan, ia mendesis pelan kala merasa seluruh tubuhnya sakit.
Ia melihat sekitar yang semakin gelap dengan kesal, gudang ini sangat pengap karena tidak memilik saluran udara. Ia bisa mencium bau darah dan bau apek yang cukup kuat disana.
Memegang kepalanya yang berdarah tadi, Elio menghela nafasnya. Darah itu sudah kering.
Elio berdecak, ia menengok melihat kaca kecil yang menampilkan langit gelap disana. Sampai kapan ia akan berada di sini? Ia merasa sangat lapar sekarang. Saat pergi pagi tadi, ia belum sempat sarapan, dan hanya memakan ice cream pemberian Angkasa.
Elio merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya. Ia mencoba menyalakan ponsel pintar itu namun gagal, ia meraba permukaan layar ponsel itu dan menghembuskan nafasnya lelah. Itu pecah, ponsel milik nya pasti rusak.
Elio bersandar pada dinding dan menatap kedepan dengan tatapan kosong.
Berbeda dengan pandangannya yang kosong, pikirannya tiba-tiba liar.
Andai saja dia tidak berada di sini, mungkin dia sudah bertemu dengan Joel-nya.
Dia mengingat-ngingat tentang memori di kehidupannya dulu, jika ini adalah kehidupan sebelumnya, dia mungkin tidak kesepian seperti ini.
Bertemu dengan Joel di usia sepuluh tahun, membuat mereka saling menjaga satu sama lain. Di kelilingi oleh orang-orang kejam dengan niat membunuh yang tinggi, mereka berdua selalu bersama.
Ketika Aleo membuat kesalahan, Joel akan dengan senang hati menanggung nya. Dia akan selalu menemani nya menerima hukuman dari pemimpin kelompok, dia selalu menemani nya di gudang yang gelap setelah menerima hukuman, Joel-nya selalu menjadi tameng baginya.
Tumbuh bersama, berlatih bersama, melakukan misi bersama. Mereka selalu melakukan semuanya bersama.
Setelah kepergian Joel, Aleo selalu merasa hampa. Dahulu jika di ingat ia tidak menganggap serius semua perlakuan Joel terhadapnya, dia selalu menganggap semua pengakuan Joel terhadapnya adalah lelucon.
Namun, setelah kepergiannya, Aleo mulai tersadar secara bertahap. Ia mulai paham mengapa Joel selalu memperlakukan nya berbeda dari orang-orang yang berada di kelompok. Konyol bukan?
Aleo mulai merasa bersalah seiring berjalannya waktu, ia merasa sangat menyesal dari waktu ke waktu. Ia diam-diam selalu menangis, diam-diam pergi ketempat mana yang sering mereka datangi, dan diam-diam selalu pergi ke kamar Joel untuk mengingat sang pemilik.
Elio takut, ia takut untuk melupakan Joel-nya.
Seiring berjalannya waktu, Aleo semakin merasa buruk. Ia selalu berfikir untuk mengakhiri hidupnya, namun mengingat Joel yang merelakan nyawanya agar ia bisa bertahan hidup membuat Aleo merasa ragu.
Joel-nya sudah sangat baik untuk menolongnya, mengapa ia malah meminta kematian? Bodoh bukan? Untuk apa Joel merelakan nyawanya tapi dia malah berakhir bunuh diri? Jika begitu, lebih baik Aleo kehilangan nyawanya kala itu.
Tapi apa boleh buat?
Bukannya merasa bahagia, Semua pengorbanan itu membuat Aleo merasa tertekan, membuat ia merasa bersalah dan sakit.
Jadi apa untungnya?
kala itu, bersamaan dengan penyesalan nya yang tiada henti, Elio akhirnya memutuskan untuk berhenti.
Di misi yang ia lakukan untuk terakhir kalinya, Elio dengan sengaja menembakkan pelurunya tanpa peredam.
Mengabaikan moderator yang sudah di sundut oleh amarah, Elio berlari ke tebing.
Elio berlari sekuat yang ia bisa dengan penuh semangat, dengan senyuman manis yang menawan, Elio berlari tanpa henti sebelum tiba di ujung tebing.
Sebelum akhirnya ia benar-benar terjatuh, Elio tersenyum lebar dengan sangat manis.
"Joel.." gumam Elio pelan.
Mengingat hal tersebut, Elio merasa sangat menyesal. Ia memeluk kedua lututnya, menenggelamkan wajahnya, dan menangis disana.
Berharap ia bisa segera menyelesaikan misi nya dan segera pergi menemui Joel-nya.
Elio menangis cukup lama hingga tiba-tiba, ia mendengar pintu gudang itu di dobrak dan menampilkan sosok kakaknya dengan tampilan acak-acakan dan terengah-engah.
"Elio.." lirih Marcell saat melihat keadaan Elio yang jauh dari kata baik-baik saja.
Elio mengangkat kepalanya dan menatap Marcell dengan sendu. "Abang, Lio takut.."
๑๑๑
"Elio kehilangan darah cukup banyak karena luka di kepala dan sayatan, badannya juga penuh dengan memar dan bengkak. Kondisinya saat ini jauh dari kata baik-baik saja, ada kemungkinan Elio juga akan mengalami trauma." Ucap Deon setelah memeriksa Elio yang tengah tertidur karena obat di ranjang pesakitan.
Mendengar hal ini suasana menjadi hening dan dingin.
"Maverick, Keterlaluan. Elio, dia anaknya.." gumam Deon.
Marcell menggertakkan giginya dan mengepalkan tangannya erat. "Elio akan ku bawa ke rumah yang ku beli belum lama ini, dia akan pindah bersama ku setelah keluar dari rumah sakit."
Deon mengangguk, ia menatap ke arah adik dari teman sma nya ini dengan prihatin. "Itu bagus, jauhi Elio dari keluarga mu untuk mencegah timbulnya trauma."
"Kapan adikku akan bangun?" Tanya Marcell tanpa menoleh.
"Nanti malam saat efek dari obat bius nya habis, segera hubungi aku jika Elio terbangun." Jawab Deon.
"Hm ya, pergilah." Ucap Marcell, yang langsung di tanggapi anggukan.
Setelah mendengar suara pintu tertutup, Marcell berjalan perlahan ke arah ranjang pesakitan. Ia duduk di kursi yang tersedia dekat dengan ranjang itu.
"Sayang, maaf abang gagal jagain kamu lagi." Lirih Marcell seraya menggenggam tangan Elio.
๑๑๑
"Gue dimana?" Tanya Elio sembari melihat sekitarnya.
Tempat itu indah, disana terdapat sungai, gunung, pepohonan, dan taman bunga yang cantik berhiaskan kupu-kupu indah di sekelilingnya.
Elio membuka sedikit mulutnya, terpesona dengan keindahan yang ia lihat.
"Cantik.." gumamnya.
"Aleo.."
"Hah?" Elio menatap sekelilingnya saat tiba-tiba saja terdengar suara yang memanggil namanya di kehidupan sebelumnya.
"Aleo kemarilah.."
Elio menyerngit, ia melihat kembali ke sekeliling, mencari-cari sumber suara halus tersebut.
"Aleo kemari, aku ingin berbicara dengan mu.."
Lagi-lagi suara itu.
Elio mulai berjalan berkeliling, mencoba mencari dari mana suara tersebut berasal.
Ia berjalan cukup lama ditemani dengan suara-suara halus yang memanggil nya, sampai pada titik ini, ia melihat sosok yang sangat ia kenali tengah berdiri membelakangi dirinya.
"Aleo kamu datang, kemarilah." Ucap sosok tersebut masih dengan membelakanginya.
Elio terdiam, tubuhnya bergetar mendengar suara halus itu. Sosok ini, sosok yang selalu di cari dan di pertanyakan oleh nya...
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found You In Another World [BL]
RomanceAleo hanya ingin menyelesaikan misi terakhir nya lalu pergi menemui sang sahabat. Namun apa daya? Bukan nya mati setelah jatuh ke jurang, Aleo malah bertransmigrasi ke raga seorang antagonis di novel, bersama dengan sebuah hologram sok imut yang men...