18

7K 583 44
                                    

"jadi aku koma selama seminggu?" Tanya Elio seraya menatap dokter muda di hadapannya.

Deon mengangguk, dia mengangkat tangannya dan mengelus sayang pucuk kepala Elio dengan lembut.

Mengesampingkan Marcell yang masih menangis seraya memeluk Elio, keduanya berbicara sebentar sebelum akhirnya Deon harus pergi untuk memeriksa pasien lainnya.

"Abang mau nangis sampai kapan?" Tanya Elio dengan malas melihat Marcell yang memeluknya sembari terisak.

"Lio.. maaf, seharusnya abang gak pergi hari itu." Jawab Marcell dengan suara serak.

Mendengar hal itu, Elio menghela nafasnya lelah. "Ini bukan salah abang, seharusnya Lio gak ngelawan waktu itu."

"No.. bukan salah kamu, bajingan itu yang salah. Elio, setelah keluar dari rumah sakit, kita pindah ya?" Ucap Marcell sembari menatap Elio dengan sendu.

Elio mengangkat alisnya, sedikit terkejut mendengar Marcell yang mengajaknya pindah. "Hm? Kok pindah?"

"Kita harus pindah, abang gak bisa biarin bajingan itu mukulin kamu kaya gini, abang tau persis sifat nya. Sekali dia mukulin kamu, dia bakal terus mukulin kamu Lio.. Abang gak bisa." Jelas Marcell dengan tangan mengepal erat.

Marcell mengangkat tangannya dan mengusap pipi halus Elio dengan lembut, dan tersenyum. "Kita pindah ya? Biarin mereka disana, kita buat cerita baru yang gak akan buat kita sakit lagi."

Sejenak Elio tertegun, setelah beberapa saat berpikir ia akhirnya mengangguk mengiyakan permintaan dari Marcell.

Kakaknya benar, dia tidak bisa jika harus terus menerus di pukuli mengingat sifat Maverick. Ia tidak apa-apa jika harus di pukuli dengan tubuh di kehidupan sebelumnya, tapi dengan tubuh lemah dan kecil seperti ini? Jelas Elio akan sangat menderita meski kesehatannya sudah di tingkatkan, dia hanya meningkatkan kesehatan bukan menjadi kebal terhadap siksaan oke?

Marcell yang melihat anggukan dari Elio segera menjadi senang, ia langsung membawa adiknya kedalam pelukan dan menciumi pucuk kepalanya penuh kasih. Marcell benar-benar akan menjadi gila jika adik kesayangannya terluka seperti ini lagi.

๑๑๑

"Gimana suka gak? Abang sendiri loh yang dekor kamarnya." Ucap Marcell yang segera di hadiahi pukulan keras di kepalanya.

Deon melirik sinis ke arah Marcell yang saat ini tengah meringis seraya memegangi kepalanya. "Aku juga membantu kalau kau lupa."

Marcell menatap Deon kesal dan berdecak kencang, ia memeluk tubuh kecil Elio yang tengah menatap kamar barunya yang terkesan segar dan nyaman.

"Gimana suka gak?" Tanya Marcell kembali.

Elio tersenyum tipis, ia suka dengan dekorasi kamar yang tidak berlebihan namun menyegarkan. "Eum! Lio suka!"

"Bagus kalau kamu suka." Ucap Marcell lalu mengecup lembut pipi bulat Elio berkali.

"Ish abang! Jangan cium-cium!" Kesal Elio, ia mengusap-usap pipinya yang basah dengan keras sampai memerah.

"Jangan di usap kenceng banget gitu, nanti merah. Ayo turun kakak udah masak tadi." Ucap Deon seraya menarik lembut lengan Elio.

Dengan bujukan Deon, akhirnya mereka bertiga berjalan menuruni tangga menuju keruang makan.

Rumah yang tidak terlalu besar dengan dua lantai itu terlihat sangat harmonis dan hidup. Dengan Deon yang memutuskan untuk pindah dari apartemen ke rumah untuk tinggal bersama, rumah itu di isi dengan penuh canda tawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Found You In Another World [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang