12. Sebuah aksi

96 7 0
                                    

Haloo haloo

Bertemu kembali dengan Asyraf dan Zerina

Happy reading

---

Jalanan yang cukup macet membuat polusi udara bertambah, hal itu membuat Zerina tampak cemberut karena sudah merasa lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalanan yang cukup macet membuat polusi udara bertambah, hal itu membuat Zerina tampak cemberut karena sudah merasa lelah.

Ia menoleh ke arah sang ayah, memandang cinta pertamanya itu dengan pandangan sendu.

"Ayah," panggilnya yang membuat Daffa menoleh.

"Kenapa sayang?"

"Ada jalan pintas, gak, sih? Aku udah capek banget." Daffa tersenyum, ia mengelus kepala Zerina.

"Ada, tapi kalau kamu capek tidur aja. Nanti ayah bangunin kalau sudah sampai." Zerina menggeleng keras, ia tak mau tertidur di dalam mobil.

"Nanti kalau mobilnya bisa jalan, langsung ke jalan pintas aja, ya? Zena mau istirahat di kasur, bukan di mobil." Daffa kembali tersenyum, ia mengiyakan ucapan putrinya itu.

Setelah menunggu selama beberapa menit, mobil yang dikendarai oleh Daffa sudah perlahan maju. Demi sang anak yang tidak cemberut lagi, Daffa bergegas masuk ke salah satu gang yang akan masuk ke kompleks perumahan.

Walaupun jalanan ini cukup sepi, tapi Daffa tetap melaju. Ia hanya tak mau putri kesayangannya itu semakin lemah.

Semakin berjalan, hanya ada hamparan jalanan yang cukup tandus. Tak ada perumahan di sini, hanya ada ribuan semak-semak yang terlihat.

"Sepi banget di sini, Zena jadi takut."

"Memang seperti ini sayang, kalau lewat sini kita akan langsung masuk ke daerah kompleks." Zerina mengangguk mengerti.

Akhirnya keheningan melanda di dalam mobil, Zerina yang fokus dengan ponselnya dan Daffa fokus dengan jalanan yang ada.

Hampir saja ke luar dari jalan, tiba-tiba ada beberapa preman yang berbadan besar. Daffa yang sedikit panik pun berhenti seketika sebab motor itu berhenti di depan mobil miliknya.

"Ayah, mereka siapa? Zena takut ayah." Zerina perlahan mendekat ke arah Daffa, mencari perlindungan karena takut melihat beberapa preman yang memiliki badan besar itu.

"Tenang sayang, kamu akan baik-baik saja di sini." Daffa mencoba melindungi putri satu-satunya, ia meminta Zerina untuk tetap di dalam mobil.

"Tapi ayah—"

"Tenang, oke? Ayah bisa mengatasi mereka semua. Ingat pesan ayah, jangan ikut ke luar." Zerina hanya bisa mengangguk, ia berdoa agar ayahnya itu tidak kenapa-kenapa.

Eye Contact [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang