Time Forgets

882 82 48
                                    

🐥🐯🐰🦄

Florida, 20 Mei 2019

Algu sempat bertanya pada Dewa saat itu, saat dimana harapan baik seolah terus memihak padanya. Berapa persen kemungkinan ia akan sembuh dan bisa kembali ke Bali?

Dewa menjawab 60%. Dokter muda yang dikenal baik hati dan ramah itu tidak muluk-muluk dalam memberikan jawaban pasti sesuai pengetahuan medis yang selama ini ia pelajari.

Siapa yang tidak senang diberikan harapan sebesar seperti itu disaat perjuangannya mulai menipis. Algu makin giat, tidak pernah lewat makan dan dan terapi. Sepahit apapun obat yang tertelan, asalkan membuatnya cepat pulang, Algu selalu bersedia.

Namun kemungkinan yang Dewa katakan sebelumnya terasa semakin menjauh saat beberapa minggu pemeriksaan tubuhnya menunjukkan kondisi sebaliknya. Algu jadi tidak percaya dengan obat-obatan pahit itu dan juga terapinya sejak tahu kondisi tubuhnya mulai terasa aneh lagi seperti awal-awal, mungkin bisa dikatakan ini yang lebih parah.

Tubuhnya lemas sekali, jantungnya selalu berdebar padahal tidak melakukan aktivitas berat. Dadanya selalu sesak setiap bernafas dan yang paling menganggu adalah batuk-batuk karena tenggorokannya terasa sangat sakit. Sekedar menelan air pun sekarang Algu tidak bisa, apalagi makan.

Algu kerap kali tersedak dan muntah tiba-tiba karena rasa sakit itu, dan tentu itu sangat menganggu karena sisa air atau makanan akan keluar dari hidung saat dipaksakan menelan. Itu juga yang membuat demam.

Karena semakin lama semakin parah, disinilah Algu sekarang. Terbaring lagi untuk kesekian kalinya. Di ruang rawat yang terasa begitu pengap akan bayangan menyakitkan hari-harinya dulu.

"Kenapa melamun?"

Algu menoleh pada Bunda yang baru saja masuk setelah menemui dokter Kevin.

"Mau pulang."

Kila menarik kursi, lalu mengusap tangan anaknya yang terpasang infus. Matanya tak teralihkan dari wajah anaknya yang menghadap luar jendela. Nampak lesu dan putus asa.

"Kakak belum boleh pulang," Berusaha tersenyum, Kila menyisir kepala botak anaknya. "Kakak harus operasi lagi, dileher. Biar cepet ilang sakitnya, Biar Kakak gak sakit lagi kalau makan."

Sampai Bunda mengucapkan kalimatnya, Algu sudah menemukan kesimpulan bahwa kondisinya jauh lebih buruk dari kemungkinan 60% itu.

*****

Walaupun takut,

Walaupun marah,

Walaupun tidak ingin,

Algu tetap menjalani operasi pengangkatan tumor ganas yang lagi-lagi tumbuh dileher. Katanya yang kali ini lebih ganas, jika tidak diangkat, maka resiko penyebaran lebih luas dan mengancam organ lainnya. Bahkan Algu sempat diberitahu Kak Dewa, kalau resiko terbesarnya adalah komplikasi pada fungsi laring yang meradang. Itu artinya, ada kemungkinan Algu akan kehilangan kemampuan bicara atau bisa juga akan mengalami kesulitan menelan.

Dua kemungkinan tersebut...

"Maafin Ayah Kak..."

Ayahnya yang selalu terlihat tegar dan tegas, tak pernah sekalipun terlihat putus asa. Menyorot dengan tatapan pilu, penuh kesedihan dalam binarnya. Algu perhatikan lekat-lekat, memang benar, Ayah tidak berbohong.

"Aaaghh...eeghhkk.." Algu masih ingin menyangkal ucapan Ayahnya dengan mencoba kembali bersuara, namun yang ada hanyalah suara-suara aneh yang keluar dari mulutnya. Algu menggeleng dalam tunduknya bersamaan dengan melepas cengkraman dibaju sang Ayah.

AnyelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang