Stranger

688 80 28
                                    

🐥🐯🐭🦄
.
.
.

Florida, 16 Januari 2023

"Bunda, kenapa di sini?”

Kila cepat-cepat menghapus air mata menggunakan punggung tangan, lalu menarik bibir terpaksa agar nampak tersenyum meski tak bodoh untuk dua anak bujangnya tahu jika dia sedang menangis.

“Kenapa Kakak Dalu turun? Udah gak pusing, mm?”

“Bunda nangis lagi, gara-gara Dalu, ya?”

Tak mempedulikan Kila, Dalung bertanya balik yang kini terlihat makin cemas. Pemuda itu lantas mendudukan diri di sisi sang Bunda dan langsung merebahkan kepala di pundak yang lebih tua.

Hawa hangat masih terasa saat kulit itu bersentuhan bersamaan dengan keringat yang terasa basah menempel. Kila refleks menyentuh kening Dalung lalu mengelap kasar keringat itu dengan lembut.

“Bunda gak apa-apa?”

Kali ini giliran Jonu yang bertanya. Khawatir melihat Kila yang menangis dalam diam di sofa tengah tanpa menyalahkan lampu tengah. Ada sesuatu yang membuat Bunda menangis, itu sudah pasti, namun tetap saja Jonu dan Dalung tidak tahu apa-apa soal isi hati Bunda, mereka berdua hanya menerka, penyebab tangisan itu, mungkinkah dari perdebatan lusa kemarin?

Rasa bersalah terus menghantui Dalung, ia tidak ingin lagi melihat Bunda menangis sehingga mendorong meneguhkan niatannya agar cepat-cepat kembali sedia kala, pun agar Algu tidak pernah tahu jika Dalung sempat menjadi anak durhaka.

Anak itu lantas menguatkan pelukan di pinggang Kila dengan mata memejam. “Maafin Dalu karena buat Bunda marah. Dalu minta maaf, Dalu kualat bikin Bunda nangis terus bikin hati Dalu sakit.”  

Mendongak untuk sekedar mengintip reaksi Kila, Dalung kembali melanjutkan, “Dalu kasar sama Bunda. Dalu nyesel, maafin Dalu, boleh?”

“Aku juga mau minta maaf sama Bunda. Besok-besok aku bakalan lebih tanggap lagi jadi Kakak.” Tambah Jonu.

Mata Kila lagi-lagi memanas, kenapa mendengar kata maaf membuat dadanya begitu sesak? Lebih sesak dari diam-diam menangis seorang diri.
Menyadari jika dua anaknya ini memang begitu dewasa, tumbuh dengan baik tanpa kasih sayang melimpah dari dirinya dan sang suami.

Hebat sekali, tidak ada selain kata kagum untuk putra-putranya. Dan menyebalkannya, Kila bisa-bisanya membuat hati mereka terluka dan mengatakan mereka tidak peduli pada saudara sendiri. Bodoh. Mana mungkin.

Wajah-wajah lugu ini…

“Bunda?”

Benar-benar harta berharga yang Kila miliki.

“Maaf…” sahut Kila, bergetar. “maaf, seharusnya Bunda yang minta maaf sama kalian. Bunda jahat banget bilang Kakak dan Dalu gak dewasa, padahal anak-anak Bunda ini jauh bertanggung jawab. Seharusnya Bunda gak nyalahin Kakak sama Dalu waktu itu.” Katanya, penuh menyesal.


Kila mengembuskan nafas, kemudian menarik Jonu agar mendekat. Diusapnya rambut lebat si sulung, lantas kembali melanjutkan,

“Makasih karena tumbuh jadi anak-anak luar biasa. Bunda beruntung bisa melahirkan malaikat-malaikat berharga yang punya hati luas seperti kalian berdua. Maafin Bunda ya, selama ini Bunda gak selalu ada buat Kakak sama Dalu. Bangga banget Bunda, Kakak-Kakak udah saling peduli dan mengalah.”

AnyelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang