🐥🐯🐰🦄
Florida, 30 Desember 2022
"Banyak cewek mah sekarang si Yoga tuh, Kak. Kasian ceweknya keliatan tertekan sama Kak Yoga, bikin malu anaknya---" Kata Dalung.
"Nah! Terus yang ini. Kemarin buahnya lebih banyak lagi dari ini sampai sakit perut Dalu makanin semua. Diomelin Bi Dian juga gara-gara baju banyak getahnya. Terus ini. Liat gak? Sekarang disini tuh ada pohon rambutannya, baru berbuah bulan kemarin. Kata Pak Igung buahnya sih manis, tapi menurut Dalu asem. Oh! masa, ya Kak, ada rambutan yang emang warna kuning walaupun dia udah mateng! Dalu baru tahu. Waktu itu pernah di ajakain ke kebunnya punyanya Reta sama Pak Igung nyicip rambutan langka, ternyata berenan enak, manis."
"Terus ini lagi, di sebelah sini tuh yang waktu itu Kita bikin kolam ikan itu loh, sekarang udah dijadiin kolam mandi tamu terus ada pancoran gitu, bagus sih, tapi kata Kak Jo kurang estetik soalnya—-"
Algu terkekeh gemas, Adiknya tidak berhenti berceloten disetiap foto yang dia tunjukkan di ponsel miliknya. Seperti tidak ada habisnya, Dalung berpresentasi tanpa merasa pegal karena sejak tadi tangannya dibiarkan mengambang di atas wajah mereka yang sedang berbaring di ranjang yang tidak seberapa besar tersebut.
Ada perasaan yang sulit Algu jelaskan saat semua foto yang adiknya tunjukkan juga cerita yang dia dengar tentang kehidupannya dengan sang Kakak di Bali sana. Bahkan Galuh, Yoga hingga Monik masuk dalam presentasinya tanpa ketinnggalan.
Rindu sudah pasti.
Terharu? Bahkan sejak adiknya berpresentasi, Algu mati-matian menahan tangis agar adiknya tidak curiga.
Sedih? Mungkin juga bisa juga dikatakan seperti itu, sebab segala kenangan kehidupan yang Algu lalui disana begitu terkesan hingga tak dapat dipungkiri perasaannya begitu campur aduk dan membuyarkan memori otaknya untuk terus mengingat masa lalu.
Masa lalu saat dirinya masih bisa bicara. Jika Algu jelaskan sekarang, rasa sedih ini bercapur dengan rasa kecewa dan marah yang terbentuk dari rasa putus asa lantaran tidak bisa mengungkapkan apapun pada Adiknya.
Berbagai pertanyaan juga jawaban yang ingin ia ungkapkan tidak akan pernah sampai pada adiknya.
Bagaimana keadaan adiknya? Bagaimana perasaan adiknya? Bagaimana kondisi Kakak?
Dan meminta maaf dengan ucapan lantang seakan hanya tertahan di tenggorokan juga hanya mampu tersimpan di kepala tanpa diketahui siapapun.
Algu ingin mengungkapkan semua itu dengan media seperti yang Ayah dan Bunda suruh, tapi entah kenapa seperti sulit dilakukan. Tangannya selalu bergetar yang perlahan akan membangkitkan suara jahat di kepalanya.
"Hahaha, ini waktu Dalu mancing di sungai yang pernah kita salto itu loh, Kak. Inget gak? Yang waktu itu kita nemu kepiting kecil-kecil terus kita bawa pulang dimasak Bunda."
Algu relfeks tersenyum. Dan tak lama dia mengangguk, tangannya kembali mengusap lembut lengan adiknya yang melingkar di perutnya.
Kakak dua adik itu juga tak dapat mendeteksi rasa bahagianya saat memperhatikan begitu mekar senyum yang adiknya perlihatkan, biar mata legam nan bulat tersebut seakan mewarnai ruang gelap yang selama ini Algu tempati. Bahkan bunga-bunga bak bermekaran dihatinya kala suara ceria adiknya mengalun ditelinga.
Sungguh Algu merasa luar biasa senang sampai tidak tahu lagi berapa skala yang dia sebutkan saking tak terdeteksinya perasaan tersebut saat ini.
"Huh capek. Gitu aja ceritanya, fotonya udah abis. Sekian." Keluh Dalung pada akhirnya menurunkan tangan.
Kini anak itu menggeser badan agar lebih mudah menghadap Kakaknya yang masih berbaring lurus. Ponsel dibiarkan disela-sela tubuh keduanya, lalu dua tangan Dalung dilipat untuk digunakan bantal kepala, matanya lurus menatap seseorang yang menjadi alasannya datang kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
Fanfiction{Brothership, Familly, Slice Of Life, Sicklit, Angst} Sebagaian cinta untuk saudara tersayang.