Selamat membaca!
--
Ujian sekolah sudah dimulai, saat paling menegangkan untuk anak kelas dua belas, mereka berharap mendapatkan nilai bagus untuk masuk ke kampus impian atau tempat kerja.
"Sya, lo kebagian ruang berapa?" Rere datang dengan wajah cemberut, gadis itu memegang sebuah kartu peserta.
Asya melihat ruang yang tertulis di kartu pesertanya, dan kembali menatap Rere. "Ruang lima, lo ruang berapa?" Asya bertanya balik.
Rere berdecak kesal, "Ck, gue dapet ruang enam." Asya mengangguk mengerti, setelahnya mereka jalan beriringan menuju ruang masing-masing yang masih bersebelahan.
Asya masuk ke ruang lima dan duduk di bangku yang sudah bertuliskan nomor pesertanya, dia tidak bisa memilih karena semua sudah diatur oleh pihak sekolah. Mulai dari bangku, teman sebangku, dan barisan meja. Pihak sekolah juga memberitahu peserta ujian akan duduk sebangku dengan lawan jenis, hal itu tidak dipermasalahkan oleh Asya namun ditentang oleh sang kekasih.
Seperti semalam Aksa meneleponnya malam-malam hanya untuk menyuruh Asya agar jangan dekat-dekat dengan cowok yang akan menjadi teman sebangkunya selama ujian, jangan berbicara, dan jangan berdekatan. Sikap posesif nya itu membuat Asya malas, tapi lagi-lagi Asya hanya mengiyakan.
Para peserta ujian mulai berdatangan, mereka sibuk mencari bangku sesuai dengan nomor peserta. Tak lama dari itu seorang lelaki datang dan duduk di bangku sebelah Asya. Dia datang dengan penampilan acak-acakan, seperti dasi yang tidak diikat, baju yang dikeluarkan serta dua kancing baju paling atas yang dibiarkan terbuka. Asya jelas tahu siapa lelaki yang di sampingnya ini.
Jean— cowok langganan ruang BK. Hobi tauran, bolos sekolah, dan datang terlambat. Mata tajam, rahang tegas, dan suara yang katanya sexy. Persis seperti badboy di dunia oren.
Entahlah, Asya pun tidak tahu, dia tidak terlalu dekat dengan cowok yang kerap disapa Jean ini.
Merasa diperhatikan, Jean menoleh. "Apa lo lihatin gue?!" tanyanya galak.
Asya mendelik. "Siapa juga yang lihatin lo!" elaknya, padahal jelas-jelas dari tadi dia memperhatikan badboy sekolah ini.
Mata cowok itu menyipit, dia membaca kartu peserta Asya yang diletakkan di meja. "Asya Fellina Evelyn..."
Asya melotot garang ketika namanya disebut, entahlah ia mempunyai feeling buruk tentang cowok yang duduk di sebelahnya.
Netra Jean menelisik penampilan Asya dari atas sampai bawah. "Oh jadi ini model sekolah yang selalu diagung-agungkan itu? Gak banget."
Asya tertantang, dia berbalik menelisik penampilan Jean—cowok urakan di sebelahnya, dia tersenyum miring. "Terus menurut lo yang pantas jadi model sekolah itu siapa? Yang urakan kayak lo?" Satu alisnya terangkat.
"Gini ya Jeandra Richo Argachel— gue sama sekali gak mau berurusan sama lo, jadi lebih baik lo diem, oke?"
Sempat hening beberapa saat, sampai Jean mengatakan sesuatu yang membuat Asya terdiam di tempat.
"Asya, menurut lo seberapa brengsek cewek yang pacaran sama orang lain tapi masih belum selesai sama masalalu-nya?"
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Secret Admirer
Novela JuvenilDiam-diam Asya mengagumi Aksa- pemuda yang menjadi tetangganya. Pemuda dengan senyum manis yang selalu menyapanya di pagi hari. Asya pikir, dirinya hanya pantas untuk menjadi pengagum rahasia saja. Menurutnya Aksa yang memiliki seribu pesona itu tid...