"Mommy!" Zoya dan Zayn berebut ingin naik ke pelukan sang ibu, Thalia Sadaf, dengan tangguh sang wanita berpakaian abu-abu modis khas wanita kantoran tersebut menggendong kedua anak-anaknya yang cantik dan tampan, pun mencium keduanya bergantian.
"Bagaimana sekolah kalian di hari pertama, Sayang?" tanya Thalia, mata cokelat terangnya menatap dua anak kembar identik tetapi berbeda gender tersebut bergantian. Wajah manis bersama senyum imut terus mereka keluarkan.
"Seru, Mom, tapi tadi kami belum belajar, hanya perkenalan." Zoya antusias menjawab.
"Dan Mommy tau, guru memuji kami karena kami sangat pandai menulis dan berhitung!" Zayn menimpali, keduanya memeluk leher sang ibu.
"Oh sungguh? Mom bangga sekali dengan kalian!" Thalia mencium kedua pipi keduanya bergantian, mereka terkikik bahagia. "Lalu, bagaimana dengan teman?"
"Banyak, Mommy! Kami berkenalan dengan banyak--"
Namun, saat anak-anak Thalia mulai berkisah soal kebahagiaan hari pertama mereka sekolah, intuisi Thalia entah kenapa membuatnya diam dan fokus ke satu suara selain suara anak-anaknya, dia merasa ada seseorang ... mengawasi di belakang, hingga dia melirik dengan ekor mata di sisi kanan.
Memang, ada mobil yang mendekat di seberang tempatnya berdiri kini.
"Oh, begitukah, Sayang? Kita lanjut bercerita nanti, ya. Karena kalian harus pulang untuk mandi, mamam, dan istirahat, oke?" Thalia menghentikan interaksi mereka.
"Okie dokie, Mommy!" jawab keduanya serentak dan Thalia pun membiarkan anaknya masuk ke bagian belakang mobil.
Usai itu, dia tak langsung masuk ke mobil, dia berhenti sejenak sambil memperhatikan mobil yang ia rasa, seseorang di dalamnya, mengawasinya. Begitu intens mata Thalia memicing, sampai akhirnya dia menghela napas panjang.
"Oke, mungkin hanya perasaanku," gumam Thalia pelan, sebelum akhirnya masuk mobil ke bagian pengemudi.
Thalia pun menjalankan mobil dengan kecepatan stabil, dan anak-anaknya tampak duduk rapi di belakang, sesekali mengoceh khas anak-anak satu sama lain dan Thalia tersenyum akan hal tersebut.
Namun, senyumnya memudar, kala menemukan di kaca spion, mobil yang sama yang dia rasakan isinya tengah memperhatikan mereka, nyatanya ada di belakang. Seakan mengikuti mobil mereka.
"Huh, enggak, hanya perasaan saja, bisa saja itu dari orang tua yang jemput anaknya karena jalur rumah sama," bisik Thalia pada diri sendiri, tak mau dihuni pemikiran negatif.
Akan tetapi, rasanya tak cukup ....
Thalia berdeham. "Zoya, Zayn, kalian pengen beli sesuatu?"
"Es krim!"
"Cookies cokelat!"
Keduanya menjawab bersamaan dengan senang hati, Thalia tersenyum. "Baiklah, Babies, mari kita beli keduanya!"
"Yeaaay!" Thalia pun memutar kemudi menuju kafetaria terdekat, dan ....
Syukur saja, nyatanya mobil itu tetap terus ke jalur pulang Thalia seperti biasa, tak benar-benar mengikuti mereka. Thalia dan anak-anaknya memesan sesuai keinginan mereka barulah, ketiganya pulang ke rumah dan disambut sang bibi dengan rumah beres serta makanan tersaji. Bibi pun pulang setelah kehadiran mereka tersebut.
Sesuai titah sang ibunda, Thalia, usai menghabiskan cemilan mereka, Zoya dan Zayn mandi, begitupun dirinya, setelah mandi pun, berpakaian rapi dan janjian agar kompak bertema biru cyan, kemudian menikmati makan siang bersama, dan berikutnya siap untuk menidurkan Zoya dan Zayn.
Thalia duduk di tengah-tengah keduanya yang punya kasur terpisah, bahkan di ruangan sekamar mereka seakan ada dua sisi yang menegaskan area Zoya, merah muda, dan Zayn, biru muda. Namun, baru ingin bersuara, seseorang menekan bel rumah mereka.
"Ada tamu?" tanya Thalia, dan entah kenapa tiba-tiba perasaannya tak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy Mommy
Romance"Kenapa cuman mandul? Padahal gue berdoa biji lo meledak!" Thalia Sadaf hamil di luar nikah tepat setelah lulus SMA, hingga ia yang pada dasarnya tak pernah diinginkan pun akhirnya benar-benar dibuang dari keluarga. Bahkan, kekasihnya yang merupakan...