13 - TM

438 23 0
                                    

Thalia tertawa geli. "Sekalipun lo ngancem dengan kekuasaan lo, gue gak masalah, karena gue bukan Thalia yang dulu yang gampang kalian injek-injek. Terserah mau siasat apa yang lo pake, tapi seumur hidup pun, gue gak akan balik sama pria berengsek kek elo. Gak usah ngarep lebih. Ancaman apa pun, siasat apa pun, gak akan mempan lagi, Bryan. Gue gak akan takut!"

Setelah mengatakannya, Thalia berjalan meninggalkan Bryan, yang kembali terisak pedih.

"Maaf ... maafkan aku, Thalia ... aku nyesel." Bryan terus terisak sambil memanggil-manggil nama mantannya itu. "Thalia ...."

Memang benar apa yang dikatakan Bryan, beberapa bulan lalu dia mengalami kecelakaan naas, saat itu dia tengah berkendara pulang dari pesta ulang tahun tunangannya dalam keadaan lumayan mabuk, terjadilah kecelakaan tunggal yang membuat Bryan mengalami cedera cukup serius.

Terutama, bagian bawahnya sana.

Perawatan intensif jelas dilakukan karena bola pusaka Bryan mengalami benturan keras, dan takdir berkata, diagnosis dari dokter, Bryan mengalami penurunan drastis bagian sana. Menyebabkannya lesu bahkan loyo tak berdiri. Ragam pengobatan dilakukan, tetapi segalanya percuma, Bryan Junior lumpuh total, rasanya seperti akan permanen seumur hidup.

Saat di masa-masa terpuruk itu, kekasihnya minta putus, bukannya mendukung Bryan, sementara ayahnya dan ibunya menyatakan dengan sedih jika perusahaan mungkin tak akan lagi turun temurun. Mereka tak bisa menyerahkan perusahaan pada Bryan meski Bryan anak mereka karena tak akan ada penerus di sisinya.

Depresi berat, Bryan hampir bunuh diri, andai dia tak teringat seseorang dalam hidupnya.

Seorang wanita muda yang menangis, kala Bryan tinggalkan saat berbadan dua--ralat, badan tiga, tanpa berpaling tak peduli, bahkan memerintahkannya membuang janin tak berdosa itu. Entah kenapa, Bryan merasakan kejadian yang menimpanya saat ini karma, meninggalkan mantan kekasih yang dari segi mana pun sangat baik dan Bryan dewasa mengumpati Bryan remaja betapa bodohnya yang dia lakukan--bosan katanya, karena dia menjadi goodgirl yang sudah ditaklukan.

Bodoh! Bodoh! Bodoh!

Bahkan saat pergi, Bryan sama sekali tak berpaling, bahkan sepenuhnya lupa eksistensi wanita yang sempat bersemayam di hatinya tersebut. Di tengah rasa bersalah mengurai menghancurkan mentalnya, Bryan meminta seseorang mencari sosok itu.

Thalia Sadaf.

Yang ternyata, ajaibnya, masih begitu kuat menghadapi dunia, berada di kota lain, dan siapa sangka bersama dua orang anak kecil berusia kitaran enam tahun, yang di potret, begitu amat mirip Bryan mini. Dua anak kecil, lelaki dan perempuan itu, bagaikan cetakan Bryan kecil!

Bryan yang melihatnya, merasa ini adalah keajaiban.

"Tha-Thalia, kamu gak ngaborsi mereka?"

Itulah yang membawa Bryan ke sini, berbekal dalih ingin liburan mengobati depresi pada orang tuanya, Bryan faktanya ke kota sebelah menemui Thalia diam-diam. Ia tahu persis, akan sulit misinya meluluhkan hati ibu dari anak-anaknya itu, dan ekspektasinya ternyata kurang, Thalia jauh lebih kejam tetapi Bryan tak kaget karena jelas pastilah luka menganga darinya sangatlah luar binasa.

Dia sebenarnya bisa saja, memanfaatkan kekuasaannya, serta merta menunjuk Thalia, Zoya dan Zayn, pada orang tuanya, selayaknya mereka mainan yang ingin dimiliki Bryan karena orang tuanya pasti akan membelikan itu tanpa kecuali.

Namun, Bryan tak mau demikian, selain sudah cukup rasa sakit dia curahkan ke Thalia, dia juga tak mau karma karena doa Thalia tampaknya begitu manjur. Andai Bryan menyakiti Thalia lagi, ke sekian kalinya ....

Mungkin saja biji Bryan betulan meledak.

Tomboy MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang