10 - TM

510 28 2
                                    

"Benar, Nak. Daddy, ayah kalian, kemarilah ...." Bryan merentangkan tangan, ingin menyambut kedua anaknya dalam pelukan.

Si kembar kelihatan masih dilema, mereka menatap sang ibu yang kini menahan kesal, kemudian sosok yang mengaku ayah mereka yang masih setia merentangkan tangan agar mereka masuk ke pelukan. Akan tetapi, seperdetik kemudian, tanpa disangka Zoya melemparkan boneka beruangnya tepat mengenai dada Bryan.

Bryan syok.

Namun, belum selesai bereaksi, kali ini Zayn melemparkan robot dinosaurus TRex-nya, dan siapa sangka mengenai tepat ke kepala Bryan.

"Hah?!"

Dan Bryan pingsan di tempat.

Mereka panik.

"Zayn, kamu bikin Om itu meninggal!" kata Zoya memekik.

Zayn ikut panik. "Huaaa Mommy, aku gak sengaja, aku gak akan masuk penjara kan? Soalnya Om itu, yang ngaku Daddy, jelas pasti orang jahat karena ninggalin kita kan?" Zayn membela diri.

"Iya, Mommy, orang ini jahat! Pantes!" timpal Zoya.

Thalia agak kaget dengan ungkapan anak-anaknya, meski demikian tetap saja, secara manusiawi tak seharusnya seberlebihan ini, sekalipun Bryan pantas, karena dipukuli sampai babak belur rasanya kurang. Kini, Thalia mengecek keadaan Bryan.

"Udah, udah, Sayang. Kalian masuk kamar, ya? Biar Mommy yang urus orang ini. Dia cuman pingsan." Anak-anak Thalia kelihatan lega, tapi kelihatan tak puas pula sama seperti Thalia. Bryan memang pingsan, dan di keningnya ada benjol cukup besar, mestinya karena mainan robot dino super berat Zayn.

Namun, satu yang pasti, perasaan kebencian mereka seakan terhubung satu sama lain.

Zayn dan Zoya lalu menurut, mereka memungut mainan mereka dan membawanya masuk, sementara Thalia mulai menghubungi pihak ambulans mengurus Bryan. Dalih Thalia, Bryan jatuh dan terbentur kepalanya di tanah, semoga mereka tak terlalu mementingkan CCTV.

Kini, Bryan dibawa pergi mereka, dan Thalia mengurus Zoya dan Zayn di kamar.

"Mommy, bagaimana Om itu?" tanya Zoya, memeluk erat boneka beruangnya.

"Dia akan baik-baik aja. Kalian ayo tidur oke?" pinta Thalia.

"Dia gak akan ke sini lagi, kan, Mommy?" Thalia terdiam akan pertanyaan Zayn, tak tahu jawabannya, tetapi dia berharap demikian, atau setidaknya mungkin Bryan bisa lupa ingatan karena benturan itu dan lupa soal mereka.

Akan tetapi sungguh, dia masih bertanya-tanya, setelah tujuh tahun hilang, tiba-tiba datang lagi dan mengaku menyesal. Rasanya mustahil, karena Bryan dan kehidupan asmaranya sering disorot media, sangat amat bahagia jadi tak mungkin begini. Apa terjadi sesuatu? Tak mungkin Bryan datang lagi karena sekadar penyesalan meninggalkan mereka setelah tujuh tahun lamanya padahal kekasihnya kan luar biasa di atas Thalia.

Konyol.

Apa pun itu, Thalia harus punya persiapan banyak hal menghadapi ini, posisinya saat ini belum benar-benar bagus, dia berusaha memutar otak akan hal tersebut.

Sementara di satu sisi ....

"Nggh ...." Bryan melenguh, seraya perlahan membuka matanya pelan tetapi pasti. "Tha-Tha ... Zay ... Zoy ...." Dia bergumam pelan, mengerang sekali lagi, sebelum akhirnya menatap sekitaran.

Dari sekitaran yang dihalau gorden hijau muda, keadaan tangan terinfus, berbaring di atas brankar dan aroma khas obat.

"Oh, Pak, Anda sudah sadar? Bagaimana perasaan Anda?" Seorang perawat menghampiri Bryan, mata Bryan masih agak buram melihatnya.

"Anak ... anak saya," kata Bryan.

"Apa Bapak ingin menghubungi pihak keluarga?" tanya perawat itu lagi. "Kami ... ingin memanggilkan, tapi--"

Bryan mengangkat tangannya, menghentikan suara perawat itu. "Sudah, tak apa, saya bisa sendiri. Syukur saja kalian gak ngehubungin siapa-siapa." Dia menghela napas lega akan hal tersebut.

"Ba-baiklah, Pak. Saya akan panggilkan dokter untuk Bapak. Oh ya barang pribadi Bapak, ada di laci itu," katanya memberitahu, Bryan berterima kasih dan dia pun pergi dari sana.

Tomboy MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang