Dua hari telah berlalu, tetapi sampai saat ini belum ada pergerakan dari kelompok tersebut. Tentunya hal itu membuat Violy resah, ia tidak bisa menunggu lama untuk menyelamatkan kedua temannya. Gadis itu memikirkan, bagaimana kondisi Estella dan Vemi yang ditahan selama tiga bulan, pasti ada kejadian buruk yang menimpa keduanya.
Kaki gadis itu masih terasa sakit dan ngilu, tetapi ia sudah tidak mengenakan tongkat lagi. Bahkan, sesekali Violy ikut latihan tembak dan memanah. Tak ada yang bisa melarangnya karena gadis keras kepala itu selalu punya cara dan alasan.
Seperti hari ini, dirinya tampak di ruang bela diri di bawah tanah. Sorot tajam mengawasi para anggota yang berlatih, membuat dirinya dijuluki 'master of martial'. Setiap gerakan anggota, seolah menjadi tanggung jawabnya, dirinya tak ingin terjadi hal buruk pada para anggotanya.
"Atur pernapasan!" pekik Violy.
Dua anggota yang sedang tanding untuk adu ketangkasan pun langsung melakukan perintah tersebut. Tak ada satu pun anggota yang mengeluh ketika Violy melatih mereka dengan keras, mereka malah menerima dengan baik dan berharap bisa seperti gadis itu.
Dara yang sejak tadi mendampingi pun dibuat kagum olehnya. "Apa kamu tidak ingin istirahat atau makan siang?"
Violy menatap gadis itu, lalu berganti pada jam dinding berukuran besar yang tergantung di atas pintu masuk. Waktu menunjukkan pukul 12.00 dan sudah saatnya untuk istirahat.
"Cukup! Kalian bisa lanjut lagi, setelah istirahat!" kata Violy sambil beranjak dari duduknya.
"Siap!" sahut para anggota.
Dengan sabar Dara menemani gadis itu, menyamakan langkahnya karena Violy masih belum bisa melangkah dengan cepat. "Aku kagum padamu."
Violy tertawa kecil mendengar pujian dari adik Iram itu. "Kamu sudah mengatakannya berkali-kali, tapi terima kasih."
"Tekadmu begitu besar, bahkan dalam keadaan seperti ini," ujar Dara.
"Dengar, jika aku hanya diam dan menuruti ucapan Dokter Clio, keahlianku akan tertinggal dari kalian. Aku belum begitu pandai dalam memanah, tidak seperti dirimu." Kali ini Violy yang memuji gadis itu.
Dara tertawa mendengarnya. "Terima kasih, aku belajar banyak darimu. Semangatmu tidak pernah luntur sedikit pun, bahkan setelah Devga mengatakan hal buruk itu, kamu tetap berusaha menemukan Estella dan Vemi."
"Bagaimana pun juga, mereka adalah temanku, anggota dari Eaqles dan Rogous yang memiliki peran penting. Tanpa mereka, rasanya tidak utuh. Aku percaya, ketika kita berbuat baik pada orang lain, pasti ada balasan yang baik pula. Bukan begitu?"
Dara mengangguk-angguk sambil tersenyum penuh kagum.
...
Setelah jam istirahat berlalu, kali ini Violy sedang bersama Arkasa, sedangkan yang lain kembali berlatih. Keduanya membahas rencana yang harus dilakukan, tanpa sepengetahuan yang lain, ini adalah permintaan khusus gadis itu.
"Kapan kamu bertemu dengan Dara di pemakaman saat itu?" tanya Arkasa.
Violy langsung membuka kalender di ponselnya, ia mencatat semua kegiatan di sana. "Tepatnya hari Senin."
"Kamu menyelamatkan Arland dua hari lalu, yaitu hari Rabu," ucap Arkasa sambil menulis di sebuah buku catatannya. "kapan terakhir kali Estella mengirimkan pesan itu?"
Violy memeriksa pesan dari Estella dan menyesuaikan dengan kalender. "Hari Sabtu."
Arkasa mencatatnya kembali.
"Menurut dugaanku, sepertinya di hari Sabtu atau Minggu adalah waktu mereka berkumpul di markas itu. Tidak mungkin Estella dan Vemi bisa tertangkap oleh satu atau dua orang, seperti yang kita ketahui bahwa kemampuan menembak Estella tidak bisa dianggap remeh, bahkan bela dirinya juga bagus. Lalu, Vemi yang pandai dalam memanah dan bela diri pula, keduanya memiliki keahlian yang luar biasa," ungkap Arkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALIGNITY : Encounter The Evil (COMPLETED)
ActionGenre : Action - Thriller Tema : Mafia Blurb : Berhenti bukan berarti menyerah, tetapi amarahnya terus dipancing agar kembali ke dalam peperangan itu. Anggota yang kembali pada kehidupan masing-masing pun satu persatu datang dengan harapan tinggi. M...