20 - Petty Betrayal

10 5 0
                                    

Setelah perjalanan panjang, gadis itu berencana untuk kembali ke rumahnya dan meminta sang kakak untuk menjemputnya. Mobil sewa itu sudah dikembalikannya dengan memberikan uang tambahan karena dirinya melewati batas waktu penyewaan. Violy dijemput oleh Nofga dan saat ini keduanya dalam perjalanan pulang.

Dari tempat sewa mobil ke rumahnya membutuhkan waktu 15 menit dengan mobil. gadis itu hanya diam di tempat duduknya, tak menyangka bahwa banyak hal-hal tersembunyi di luar sana. Pantas saja, sang ayah tidak pernah mengizinkannya untuk melewati Hacdel.

"Kamu dapat jaket itu dari mana?" tanya sang ayah yang menyadarinya.

Violy menatap jaket itu sebentar. "Milik Catly."

Nofga mengangguk-angguk sambil tersenyum kecil. "Apa kamu menemui Nauga? Bagaimana kabarnya?"

Kali ini gadis itu menghela napas panjang, mengingat kembali kondisi pria itu. "Mentalnya terganggu, dia terus menanyakan keberadaan anaknya, apa lagi setelah mendengar nama Ayah."

"Apa yang kamu lakukan di sana?" tanya Nofga.

"Aku meminta sample darahnya, ada orang yang kucurigai sebagai anak Paman Nauga," tutur Violy, "tapi, tidak tahu ke depannya."

"Siapa yang kamu curigai? Apa itu Emerand?" tanya Nofga.

Violy mengangguk dan kembali menghela napas.

"Sebenarnya, sudah lama Ayah curiga pada Emerand, tetapi Ayah dilarang ikut campur urusan mereka oleh pihak kepolisian," jelas Nofga.

Kala gadis itu hendak mengatakan sesuatu, ponselnya yang dibawa oleh Nofga berdering. Terdapat nama sang kakak di sana dan ia langsung menjawabnya. "Ya, Kak."

"Aku dalam perjalanan menuju ke rumah bersama Liany dan Ageta."

"Baiklah, aku sebentar lagi sampai di rumah. Hati-hati!"

Tanpa mengatakan apa pun, Zaren langsung memutuskan panggilan.

"Kenapa?" tanya Nofga penasaran.

"Kakak sedang dalam perjalanan," jawab Violy.

Nofga hanya mengangguk. Tak lama kemudian mobil itu memasuki komplek kepolisian yang dijaga ketat tersebut. Violy mengatakan pada Zaren bahwa dirinya dan sang ayah membeli makan di luar, sehingga pemuda itu tidak curiga. Jika ia mengatakan yang sebenarnya, bisa-bisa pemuda itu akan memarahinya tanpa henti.

...

-Markas­-

Setelah satu jam menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di markas. Sepanjang jalan Violy hanya diam, melihat Liany membuatnya memikirkan anak Firany dan Aldo yang hilang. Pikirannya berkelut dengan segala dugaan-dugaan itu.

Keempat ke luar dari mobil menuju markas. Begitu masuk, mereka sudah disambut anggota inti lain dengan wajah tegang. Violy mengalihkan pandangannya pada Arland yang langsung membuang muka, hingga membuat dirinya merasa bersalah.

"Ada apa ini?" tanya Ageta.

"Ada yang datang ke markas pertama Eaqles dan orang itu membakar beberapa barang yang tertinggal di sana," tutur Arkasa.

Violy langsung beranjak mendekati pemuda itu dan mengambil alih laptop yang tersambung pada kamera tersembunyi di markas tersebut. di layar itu, terdapat seseorang yang mengenakan jaket kulit, masker, topi, dan sepatu berwarna hitam.

"Kapan ini terjadi?" tanya Violy.

"Sore tadi," jawab Arkasa.

Gadis itu menghela napas tipis, berusaha agar tak terlihat yang lain. Namun , di sisi lain ia memikirkan siapa orang yang berani membakar barang-barang tersebut. Violy mengaku bahwa memang ia yang memberantaki barang-barang tersebut, tetapi yang membakar bukan dirinya. Lagi pula, sore itu dirinya berada di Hacdel.

MALIGNITY : Encounter The Evil (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang