2

133 16 4
                                    





































"Terima kasih, Tuan Nara. Saya pamit dulu."

"Hati-hati di jalan, Deidara."

Deidara baru saja berpamitan pada bosnya, Shikamaru Nara. Lelaki itu, walau setiap harinya seakan enggan menjalani hidup, tapi dia adalah lelaki yang baik. Masih terekam jelas dalam ingatan Deidara ketika Shikamaru dan Istrinya Temari menolong Deidara empat tahun lalu yang bingung mau kemana dengan janin berusia dua bulan dalam kandungan.
Kedua orang itu dengan baik hati menolong Deidara mulai dari mencarikannya tempat tinggal—sebenarnya mereka sempat menawari untuk tinggak bersama tapi Deidara menolak dengan tegas—hingga membantu Deidara selama masa kehamilan sampai persalinan.

Tidak hanya itu, Temari yang waktu itu sudah memiliki Shikadai yang berusia dua tahun dengan baik hati mengajari Deidara bagaimana melewati masa-masa kehamilan hingga cara merawat bayi.

Mereka bahkan memberikan Deidara pekerjaan di butiknya sebagai perancang busana ketika tau Deidara adalah lulusan fashion designer yang punya bakat menakjubkan dibidang seni.

Lagi-lagi awalnya Deidara hendak menolak, tapi ketika melihat perutnya yang waktu itu semakin membesar, Deidara mempertimbangkan tawaran itu dan akhirnya menyetujuinya. Butuh banyak uang untuk biaya persalinan, dan dimana tempat yang mau mempekerjakan lelaki hamil sepertinya.

Terlalu tenggelam mengenang masa lalunya, Deidara sampai tak sadar bahwa dirinya kini sudah sampai di tempat penitipan anak, tempat di mana Deidara menitipkan Sasuke saat dirinya harus bekerja.

Keluar dari mobil, Deidara berjalan pelan memasuki tempat penitipan anak yang sudah sepi sebab kini jarum jam sudah menunjukkan angka sembilan.

Untung saja tempat penitipan ini buka hingga jam 10 malam. Jadi, Deidara tak perlu terlalu khawatir jika pekerjaannya cukup banyak dan harus terlambat menjemput sang anak.

Sebenarnya batas menitipkan anak hanya sampai jam 7 malam.Tapi karena Deidara yang benar-benar sendiri, pihak daycare memberinya keringanan hingga bisa menitipkan Sasuke lebih lama. Walau harus keluar uang lebih, itu lebih baik daripada tak ada yang menjaga Sasuke.

"Selamat malam, Nona Tenten. Maaf saya terlambat menjemput Sasuke." Deidara menyapa wanita yang terlihat sedang membersihkan beberapa mainan yang tercecer.

"Oh, Tuan Deidara. Anda sudah datang. Tak apa. Sasuke sudah tidar sejak satu jam lalu. Sepertinya dia kelelahan karena hari ini begitu aktif." Jelas Tenten.

Deidara melihat sang anak yang tertidur dengan nyenyak di ranjang kecil yang memang tersedia di sini. Dengan perlahan, Deidara menyelipkan tangannya di ketiak Sasuke dan menggendongnya.

"Shh ... shh ..." Deidara menepuk lembut punggung Sasuke ketika si kecil sedikit terganggung karena berpindah ke gendongan Deidara.

"Ngomong-omong besok adalah hari kepindahan anda, Tuan Dei?" Tanya Tenten.

"Betul, Nona Tenten. Mungkin besok saya dan Sasuke akan berangkat sore hari." Jawab Deidara.

Perempuan muda itu menghela nafas dengan wajah sedih, "Aku pasti akan merindukan si kecil Sasuke dan segala tingkah aktifnya."

"Aku tidak janji. Tapi jika ada waktu mungkin aku dan Sasuke akan bermain-main ke sini." Hibur Deidara pada perempuan muda di depannya. Memang dari semua pengasuh yang ada di daycare Tenten adalah yang paling dekat dengan Sasuke. "Kalau begitu, aku permisi dulu, Nona Tenten."

Setelah berpamitan. Deidara bergegas keluar dan memasuki mobil. Hari sudah malam, dan Sasuke pasti akan lebih nyaman jika tidur di rumah.







....













Tak terasa malam sudah berganti pagi. Deidara mengerjapkan kedua mata birunya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk melalui celah gorden.

Bukannya beranjak, Deidara malah semakin menenggelamkan tubuhnya dalam selimut. Sejak pertama kali Temari memberitahunya perihal kepindahan butik yang dikelolanya ke Tokyo. Deidara selalu dipenuhi kebimbangan perihal apakah dirinya akan ikut pindah atau tetap tinggal di Osaka.

Berulang kali berpikir, akhirnya Deidara memantapkan hati untuk mengikuti malaikat penolongnya itu pindah ke Tokyo. Lagipula, mencari pekerjaan sekarang sangatlah sulit. Deidara tak mau kehilangan karena dengan pekerjaannya sekarang di butik Temari membuatnya punya cukup uang untuk menyewa rumah bahkan membeli mobil. Bahkan kebutuhannya dan Sasuke terpenuhi dengan sangat cukup.

"Lagipula Tokyo itu luas dan dia adalah orang yang sibuk. Kecil kemungkinan untuk kita bertemu." Gumam Deidara yang hanya bisa didengar dirinya sendiri.

Tok ... tok ... tok ....

"Papa, Suke masuk ya." Terlihat putra kecilnya memasuki kamar mambuat Deidara tersenyum lembut.

"Suke kira Papa belum bangun." Ujar putranya ketika sudah naik ke atas ranjang.
Deidara merapikan rambut yang berantakan habis bangun tidur itu sebelum menjawab, "Papa sudah. Ini masih terlalu pagi. Kenapa Sasuke sudah bangun? Lapar?"

Anggukan lucu Sasuke berikan atas pertanyaan Deidara membuat lelaki berusia 26 tahun itu terkekeh karenanya, "Kalau begitu, Sasuke mandi dulu. Biar Papa siapkan sarapan."

"Pa, boleh Suke makan dua es krim hari ini?" Tanya Sasuke dengan menunjukkan jari kecilnya yang berjumlah dua.

"Satu, ya, sayang. Udara di luar sedang dingin. Papa tak mau Sasuke sakit." Ujar Deidara menasehati. Putra kecilnya ini memang suka sekali dengan es krim. Kalau tidak diawasi, anaknya bisa makan lebih dari empat es krim sehari. Dan itu tidak baik, makanya Deidara cukup ketat akan makanan apa saja yang memasuki perut putranya.

"Bagaimana kalau satu setengah, Pa?" Ternyata putra semata wayangnya ini tak menyerah.

"Satu atau Papa tidak akan memperbolehkan Sasuke untuk makan es krim selama seminggu." Final, itu adalah keputusan Deidara yang mau tidak mau harus diterima Sasuke dengan wajah murung.

"Sebagai gantinya Papa akan membelikan Sasuke burger ketika kita sudah sampai di Tokyo besok, bagaimana?" Deidara mencoba memberikan penawaran karena tidak tega melihat wajah murung sang anak.

"Dengan pizza boleh tidak?"

"Pizza satu potong."

"Yes, Papa terbaik." Ujar Sasuke semangat dan langsung keluar dari kamar Deidara untuk mandi seperti yang tadi diperintahkan.














T B C. . .

STORY (ItachixDeidara) On GoingWhere stories live. Discover now