4

113 14 2
                                    
































Ini adalah hari pertamanya bekerja setelah Temari memberikan waktu dua hari untuk beristirahat. Semuanya sudah teratasi dengan baik kecuali Deidara yang belum mencari tempat penitipan anak untuk Sasuke. Jadilah putranya itu hari ini ikut bekerja. Untung sang atasan memberinya ijin untuk membawa sang anak ke butik, lagipula Sasuke bukan anak yang rewel. Terbukti dari sosok kecilnya yang kini tengah duduk di atas sofa dengan beberapa mainan yang dibawanya dari rumah ketika Deidara sibuk menyelesaikan rancangannya.

Kini Deidara tengah sibuk memasang manik-manik pada gaun pengantin yang terpasang cantik pada tubuh manekin sampai dirinya merasa ada sesuatu yang menarik-narik ujung kemejanya.

"Kenapa? Sasuke lapar?" Tanya Deidara pada sang anak yang ternyata adalah pelaku yang menarik-narik kemejanya.

Gelengan lemah menjadi jawaban, "Tidak, Pa. Suke bosan, boleh tidak main keluar?"

"Boleh, tapi jangan jauh-jauh. Di sekitar sini saja, dan kembalilah sebelum sore." Deidara memberi ijin. Tidak heran jika anaknya itu akan bosan sebab biasanya jika di butik ada Shikadai, putra semata wayang dari atasannya yang usianya lebih tua dua tahun dari Sasuke. Tapi Shikadai sudah masuk sekolah dasar, jadilah kini Sasuke tak ada teman.

Setelah mendengar jawaban dari Papanya, Sasuke berlari keluar ruangan. Sosok kecil itu terlalu bersemangat mencari teman yang setidaknya bisa diajak bermain. Namun, ternyata semua orang di sini sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Bibi Termari sibuk di belakang meja kasir, begitupun dengan Paman Shikamaru yang entah sedang apa. Karyawan yang lain juga begitu, kebanyakan dari mereka sibuk melayani pelanggan yang datang.

Akhirnya Sasuke keluar dari butik menuju taman kecil yang tepat beradai di samping bangunan ini. Pandangannya mengedar dan menemukan satu-satunya bangku yang sudah diduduki oleh seorang Paman berambut oranye.

Tak peduli akan hal itu, Sasuke berjalan mendekat dan duduk di samping Paman yang sedang sibuk dengan benda kotak dalam genggamannya. Kata Papa tidak boleh dekat-dekat dengan orang asing, tapi Sasuke tidak peduli. Asal tidak nakal atau mengganggu tidak apa, kan.

Lama terdiam sambil mengayunkan kedua kakinya yang menggantung serta memainkan robot baru yang kemarin dibelikan Papanys. Sasuk mendengar sosok di sampingaya mengeluarkan suara,
"Hey, bocah. Apa yang kau lakukan di sini? Tidak sekolah?"

Keduanya terdiam, atau lebih tepatnya Sasuke. Sosok kecil itu kembali memainkan robot hitamnya dengan khidmat sebelum tiba-tiba saja sebuah tangan menyentuh pundaknya dan memaksanya untuk menoleh.

"Itachi?" Paman itu tiba-tiba saja menyebutkan nama seseorang yang membuat Sasuke memasang wajah bingung. Itachi? Siapa Itachi? Nama itu terdengar asing.

"Itachi siapa? Ini Suke, bukan Itachi." Ujar Sasuke menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuk kecilnya.

Paman di depannya malah semakin memperhatikannya dengan serius. Sosok berambut oranye itu seakan sedang meneliti fisiknya dari atas ke bawah, terus seperti itu hingga membuat Sasuke semakin bingung. Orang ini aneh, begitu batinya.

"Lupakan. Mungkin kalian hanya mirip. Lagipula, mana mungkin Itachi sudah punya anak. Pacar saja tidak punya." Gumaman sosok itu masih bisa didengar oleh Sasuke. Tapi Sasuke tidak peduli.

"Ngomong-omong, tadi namamu siapa?"

"Suke." Jawab Sasuke singkat. Diumurnya yang sudah menginjak empat tahun, Sasuke memang masih susah melafalkan namanya sendiri, bocah itu hanya selalu menyebutkan nama belakangnya.

"Oh, namaku Yahiko." Jadi Paman berambut oranye ini namanya Yahiko, batin Sasuke mangut-mangut. 

"Apa yang Paman lakukan di sini?" Tanya Sasuke lagi, pertanyaannya tadi belum mendapatkan jawaban.

"Mengantarkan Kakaku, dia sedang berbelanja di butik." Jawab Yahiko singkat, "Dan kau bocah, apa yang kau lakukan di sini? Pergi sendirian memang tidak dimarahi orang tuamu?"

Sasuke menaikkan kedua kakinya ke atas kursi dan duduk bersila. "Suke ikut Papa kerja. Di sana, Papa kerja di sana membuat pakaian. Dan Suke tidak akan dimarahi karena tadi sudah ijin dengan Papa."

Lalu keduanya diam, hanya terdengar gemerisik semilir angin yang menabrak dedaunan dengan suara bising kedaraan yang berlalu-lalang.

"Paman punya Mom tidak?" Pertanyaan dari Sasuke membuat pria bernama Yahiko itu menfokuskan padangan pada anak kecil di sampingnya.

"Tidak ada." Jawab Yahiko singkat.

"Kenapa?"

"Sudah mati."

Jawaban dari paman di sampingnya ini membuat Sasuke mangut-mangut mengerti. "Suke juga hanya punya Papa, tidak ada Mom."

"YAHIKO BODOH, AKU MENCARIMU KEMANA-MANA DAN TERNYATA KAU ADA DI SINI." Tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan membuat keduanya berjengit kaget. Sasuke bahke dengan refleks memeluk erat robotnya di depan dada.

"Bisakah kau sedikit lembut, kau menakuti anak kecil di sampingku." Yahiko berujar sembari bersungut kesal.

Perempuan dengan rambut berwarna ungu disertai aksesori bunga kertas tersebut memfokuskan pandangannya pada anak yang Yahiko maksud.

Matanya terbelalak lebar dengan satu nama keluar dari bibirnya, "Itachi?"

Sasuke menampakkan wajah bingung dan bertanya. Hari ini sudah dua orang yang memanggilnya dengan nama Itachi, sebenarnya siapa itu Itachi.

"Bukan Itachi, dia Suke." Jawab Yahiko singkat. Sedangkan Sasuke hanya memperhatikan perempuan di depannya dalam diam, perempuan ini sepertinya galak, batin Sasuke kecil.

Perempuan itu memperhatikannya seperti bagaimana Paman Yahiko tadi, dari atas sampai bawah, begitu terus berulang kali membuat Sasuke kembali bertanya-tanya. Siapa itu Itachi? Semirip apakah Sasuke dengannya?

Tak terlalu memikirkan hal itu, Sasuke melompat turun dari bangku taman dan membungkuk sekilas pada dua orang di depannya lalu berujar, "Paman, Bibi, sampai jumpa lagi. Suke lelah, ingin ke Papa."

Sepeninggalan anak yang memperkenalkan dirinya sebagai Suke, Yahiko dan Konan saling bertatapan.

"Berhenti menatapku seperti itu, Kak. Mungkin Suke hanya anak yang kebetulan mirip dengan Itachi." Ujar Yahiko.

Konan dengan penuh perasaan gemas memukul kepala adiknya membuat lelaki berambut oranye itu mengaduh kesakitan dengan sepenuh hati, "Kau pikir di dunia ini ada yang namanya kebetulan. Anak itu, yang kau sebut Suke. Benar-benar terlihat seperti duplikat Itachi dalam versi kecil. Aku curiga sebenarnya Itachi sudah menikah dan punya anak."

"Ayolah, Kak. Gunakan otak pintarmu itu. Jika Suke adalah anak Itachi, bagaimana bisa dia kebingungan ketika kita memanggilnya Itachi. Dan Jika Itachi sudah menikah tapi tak memberitahu kita, biarkan saja, itukan privasinya. Walau aku sebenarnya tidak yakin ada orang yang mau dengan Itachi. Dia galak, tidak berperasaan, dan gila kerja." Yahiko menekankan setiap kata yang diucapnya pada akhir kalimat.

"Atau jangan-jangan Bibi Mikoto punya anak lagi?" Ungkap Konan yang masih memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.

Dengusan kasar terdengar dari bibir Yahiko, "Sudah kubilang Suke tak mungkin anak Bibi Mikoto atau Itachi. Jika salah satu dari dua hal yang kau sebutkan itu benar, dia pasti tau siapa Itachi."

Konan sepertinya tak terima dengan analisis Yahiko, perempuan itu hendak kembali membuka suara sebelum Yahiko menyela, "Sudahlah, Kak. Ayo kita pulang, aku ingin tidur."












T B C















Selamat bermalam minggu.

Pendek ya ges, maaf, hehe

STORY (ItachixDeidara) On GoingWhere stories live. Discover now