11

87 18 13
                                    


















Diujung lorong dengan pencahayaan dan sirkulasi udara yang minim terdapat dua anak dibawah lima tahun tengah bersitegang satu sama lain. 

"Hima kenapa selalu nakal dengan Suke? Memang Suke salah apa?" Sasuke bertanya dengan nada jengkel pada anak perempuan yang dipanggilnya Hima.

Himawari lebih tepatnya, seorang anak perempuan dengan rambut berwarna biru tua itu merupakan salah satu teman Sasuke ditempat penitipan anak. 

"Karena Suke tidak punya Mom." Himawari membentak Sasuke dengan nada tinggi.

Kedua balita itu tengah berdebat di depan sebuah pintu gudang yang terbuka lebar.

"MEMANG KENAPA KALAU SUKE TIDAK PUNYA MOM?! SUKE TAK APA, YANG PENTING SUKE PUNYA PAPA." Karena jengkel sebab Himawari sering mengejeknya tidak punya Ibu, Sasuke mendorong gadis kecil itu hingga jatuh terjerembab ke lantai dan menimbulkan bunyi bugh yang cukup keras. 

Himawari yang baru saja didorong oleh Sasuke seakan tak punya rasa sakit sebab gadis itu kembali bangkit, "KALAU TIDAK PUNYA MOM ITU BERARTI ANAK HARAM, DAN SUKE ADALAH ANAK HARAM KARENA TIDAK PUNYA MOM." 

Dua anak itu masih saling berdebat dengan nada tinggi, tapi sayang tak ada satupun pengasuh daycare yang mengetahuinya sebab lokasi mereka memang ada di bagian paling belakang bangunan yang jarang sekali dilewati orang. Entah bagaimana ceritanya dua balita itu bisa sampai disini. 

"KALAU BEGITU BUKANKAH HIMA HANYA PUNYA MOM KARENA YANG SELALU MENEMANI HIMA DISINI BIBI HINATA, BERARTI HIMA JUGA ANAK HARAM KARENA TIDAK PUNYA DAD." Dengan air mata yang mulai mengalir dari netra kelamnya, Sasuke membalas perkataan Himawari yang mengatainya anak haram.

Walau tak tau apa itu anak haram, tapi Sasuke bisa menyimpulkan bahwa sebutan itu memiliki konotasi yang buruk. 

Tidak mau kalah dari Sasuke, Himawari mendorong tubuhnya keras hingga Sasuke terjatuh masuk kedalam gudang, kebetulan pintu gudang yang tidak tertutup berada tepat di belakang Sasuke. 

"HIMA PUNYA MOM DAN DAD, TIDAK SEPERTI SUKE YANG HANYA PUNYA PAPA. JADI, YANG ANAK HARAM ITU SUKE, BUKAN HIMA." Teriak Himawari keras sambil menutup pintu gudang dan berlari dengan air mata yang sudah mengalir deras dari kedua matanya. 

Meninggalkan Sasuke seorang diri di gudang yang minim penerangan ditambah hari sudah mulai gelap. 

.

.

.









Terdapat tiga orang tengah duduk disebuah ruang makan dengan sang kepala keluarga yang duduk di ujung meja, disusul sang istri yang duduk diseblah kanan dan putra semata wayangnya yang duduk disebelah kiri. 

Belum ada percakapan diantara mereka, ketiganya masih diam sampai para maid selesai membereskan meja dan mengganti makanan utama dengan makanan penutup. 

"Kau sudah tiga puluh empat, Itachi." Sang kepala keluarga—Uchiha Fugaku—membuka percakapan setelah sedikit menyesap anggur merahnya. 

"Lalu, kenapa jika aku sudah tiga puluh empat, ayah?"  Tanya Itachi. 

"Kau tidak ingin menikah, nak?" Itu Uchiha Mikoto, wanita paruh baya dengan wajah cantik dan penuh kelembutan itu bertanya pada sang anak. "Setidaknya kau akan punya teman di apartment. Tidak terus menyendiri." 

Saat ibunya menelfon dan menyuruh Itachi untuk pulang ke rumah utama. Itachi langsung bisa menebak apa tujuan orangtuanya—terlebih sang ayah. Kepala keluarga Uchiha itu memang tak sekali dua kali menyuruhnya menikah. Bahkan penyebab kesalahpahaman antara dirinya dan Deidara adalah karena itu. 

STORY (ItachixDeidara) On GoingWhere stories live. Discover now