"Wow, aku tak menyangka bahwa bos besar kita yang teramat sangat sibuk ini bisa datang." Seorang lelaki berambut pirang dengan sepasang mata berwarna biru berseru haboh ketika melihat orang yang dipanggilnya bos besar menampakan batang hidungnya.
"Kau pilih kasih, Itachi. Tempo hari ketika aku memintamu untuk menemaniku minum kau bilang tidak bisa. Tapi ketika Naruto yang memintamu kau datang." Lelaki dengan rambut berwarna oranye itu berujar sinis.
"Hn." Itachi, lelaki yant baru datang tersebut hanya menanggapi celotehan Yahiko dengan deheman singkat.
Sontak saja jawaban Itachi yang hanya berupa deheman itu membuat Naruto dan Yahiko memutar bola matanya malas.
"Bisakah kau menjawab dengan sedikit panjang atau apa pun itu. Bagaimana kau akan mendapat jodoh jika bicara saja malas." Nasehat Naruto pada teman dekatnya dari jaman perkuliahan tersebut.
Ngomong-ngomong, mereka bertiga tengah ada di sebuah cafe atas ajakan Naruto. Katanya ada hal baik yang ingin disampaikan. Jadilah mereka datang. Tak sulit untuk mengajak Yahiko, tapi Naruto harus ekstra membujuk Itachi untuk mau menerima ajakannya. Untung dengan segala terornya lelaki bermarga Uchiha itu mau datang.
"Jadi, apa yang ingin kau sampaikan?" Tanya Itachi setelah meminum kopinya yang baru saja diantarkan oleh pelayan.
"Ahhh, soal itu. Aku berhasil menaklukan hati keturunan Hyuga." Ungkap Naruto dengan wajah berseri bahagia.
"Apa?! Kau gila? Lalu bagaimana dengan Hinata?" Yahiko bertanya terkejut ketika mendengar apa yang baru saja temannya ini utarakan.
"Kau brengsek." Tuding Itachi pada Naruto.
"Yah, bagaimana lagi. Aku tau dia menyukaiku sejak junior high school. Tapi tetap tak ada apa pun yang kurasakan bahkan setelah kita berpacaran selama tiga tahun. Malah aku tertarik dengan Kakaknya." Naruto menceritakan secara singkat hubungannya dengan wanita cantik keturunan Hyuga yang sudah menyukainya sejak lama.
"Lalu Hinata tau kalau kau berpacaran dengan Kakaknya?" Yahiko kembali bertanya dengan raut wajah penasaran.
"Tentu saja dia tau. Aku pernah mengantarkan Kakaknya pulang dalam keadaan mabuk dengan kissmark di leher." Jelas Naruto.
Yahiko yang duduk di sebelah Naruto menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, "Benar apa yang dikatakan Itachi. Kau brengsek."
"Sudahlah, kalian ini mengataiku brengsek tapi apa tidak pernah berkaca kalau kita ini sama." Cibir Naruto pada kedua temannya.
"Aku tidak punya kaca." Ujar Yahiko tidak peduli.
"Miskin." Ejek Naruto.
Brukk.....
Baru saja Yahiko akan membalas ejekan Naruto, terdengar bunyi gedebuk yang cukup keras tepat di samping meja yang mereka tempati.
"Hey, boy. Hati-hati dengan langkahmu." Naruto beranjak dari duduknya untuk menolong anak yang baru saja terjatuh lalu mendudukanya di sebelah Itachi karena itu satu-satunya kursi yang tersisa.
"Aduh, sakit ... " Anak itu mengaduh kesakitan.
"Suke..." Yahiko memanggil anak itu dan benar saja, itu adalah anak yang ditemuinya tempo hari. "Apa yang kau lakukan di sini? Sendiri lagi?"
"Paman Yahiko." Sasuke, anak yang baru saja terjatuh itu berseru antusias. "Suke baru saja beli es krim. Tidak sendiri, dengan Bibi Temari. Tapi Bibi sedang ke kamar mandi."
"I-itachi...." Naruto, lelaki berambut pirang cepak itu berujar dengan ekspresi wajah terkejut ketika melihat anak kecil yang kini duduk di depannya.
Itachi yang sejak tadi diam tak peduli menjadi heran melihat wajah Naruto yang seperti tekejut akan sesuatu. Memang ada apa?
Menoleh untuk melihat apa yang membuat Naruto terkejut, Itachi menemukan seorang anak kecil yang duduk di sebelahnya. Rambutnya berwarna hitam, dengan sepasang mata berwarna hitam kelam.
"Yahiko, di mana kau mengenal anak ini?" Itachi bertanya pada Yahiko tanpa mengalihkan pandangannya dari anak ini.
"Aku pertama kali bertemu dengannya ketika mengantar Konan berbelanja di butik Suna. Butik di seberang jalan sana." Jawab Yahiko jujur.
Itachi masih terdiam tanpa sedikitpun mengalihkan padangan dari anak yang menyebut dirinya Suke ini. Dirinya merasa bercermin. Bagaimana bisa ada seorang anak kecil memiliki wajah yang bisa dikatakan sembilan puluh lima persen seperti dirinya.
"Kata Paman Yahiko dan Bibi berambut ungu Suke mirip Paman Itachi. Memang iya?." Anak itu tiba-tiba saja berkata demikian. Mata bulatnya memperhatikan Itachi dengan kepalanya yang sedikit dimiringkan, "Tidak juga."
Naruto tiba-tiba saja tertawa keras mendengar celetukan Sasuke, "Hey boy, kenapa kau lucu sekali, huh."
Sedangkan Itachi, lelaki itu tiba-tiba saja tersenyum lembut dengan sebelah tangannya mengusap kepala bocah tersebut. Helaian hitam itu terasa halus di bawah telapak tangannya.
"Sasuke, apa yang Bibi bilang tentang jangan berpindah tempat ketika Bibi ke kamar mandi." Seorang wanita berambut pirang berdiri di depan mereka membuat ketiga orang dewasa di sana mengernyit heran.
"Bibi Temari, Suke maaf." Anak kecil itu mengulurkan tangannya tanda minta digendong dan segera langsung mengangkat Suke.
"Maaf karena sudah mengganggu waktu anda, Tuan-tuan. Balita ini memang sangat aktif dan terima kasih karena sudah menjaganya. Permisi."
"Bye-bye, Paman-paman."
Sepeninggalan anak yang dipanggil Sasuke itu membuat tiga—dua—lelaki dewasa di sana terdiam dengan pikiran masing-masing. Itachi dan Naruto saling bertatapan dengan pandangan mata serius.
Jangan tanya Yahiko, lelaki itu hanya sibuk menyeruput minumannya tanpa tau apa yang sedang terjadi.
"Apakah kau memikirkan apa yang aku pikirkan, Itachi?" Naruto membuka pembicaraan diantara keduanya.
Itachi tak menjawab, lelaki itu masih terus melihat anak kecil serupa dirinya hingga sosoknya tak terlihat lagi.
Sekilas Itachi melihatnya, wajah mereka memang begitu mirip. Dari fitur wajah, warna rambut hingga sepasang matanya yang berwarna hitam pekat. Semuanya bagaikan duplikat, hanya binar mata dan warna kulitnya saja yang berbeda. Anak itu memiliki binar mata mirip seseorang.
"Kalian sedang membicarakan siapa?" Yahiko mengajukan pertanyaan ketika dirinya tidak menangkap apa yang sedang dibicarakan kedua temannya. Dan lagi, kenapa suasana disekitar mereka menjadi berbeda.
"Itachi, di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan." Ujar Naruto.
Nafasnya dihela kasar, Itachi mengusap wajahnya frustasi, "Tanpa kau bilang apa pun aku juga sedang berusaha, Naruto. Tapi aku juga tidak bisa terlalu cepat mengambil kesimpulan, kan."
T B C
Pendek dulu ya, hehe
YOU ARE READING
STORY (ItachixDeidara) On Going
Fanfiction"Dy, suke boleh tidak beli manda?" "Manda apa?" "Ular seperti milik Papa Mitsuki." "Untuk apa Sasuke beli ular?" "Untuk Suke pelihara, Pa." DLDR Boylove, Mpreg