[5]

11 3 0
                                    

Yang namanya cobaan memang selalu setia disisi para makhluk hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang namanya cobaan memang selalu setia disisi para makhluk hidup. Seperti saat ini cobaan baru Joy tengah berlangsung bersamaan dengan ulangan matematika yang diadakan mendadak. Kursi yang Joy duduki sudah ia pepetkan sepojok mungkin menempel dengan tembok. Sebisa mungkin menjauh dari seonggok manusia yang tengah duduk manis di sebelah seraya menyalin jawabannya.

Berpura-pura fokus mencoret lebar HVS yang mulai penuh dengan angka-angka. Joy sedang berusaha meneguhkan hati dan menahan napas agar tidak menghirup sampai ke ulu hati aroma parfum khas laki-laki berambut landak di sebelah. Waktu terus berlalu, tetapi Joy tidak merasakan itu. Joy meruntuki guru matematika sekaligus wali kelasnya yang riweh merolling tempat duduk seenaknya.

Seperti anak sekolah dasar yang disuruh mengenal teman-teman kelas lainnya. Joy pindah duduk di pojok tembok kiri kelas. Satu bangku dengan— melirik teman sebangku dadakannya. Joy menghela napas pasrah. "Nasib," bisik batinnya.

"Joy, liat punya lo."

Bisikan dari belakang membuat Joy menoleh. Tampang panik Evelina menyapa, Joy malah lega melihatnya. Setidaknya ada Evelina yang jelas akan senantiasa berisik di belakang.

Mengingat permintaan Evelina Joy tersenyum masam serambi menunjuk laki-laki berambut gondrong di sebelahnya.

"Heh Nanta! Sini kertas Joy," bisik Evelina dibarengi dengan dorongan kasar pada bahu orang yang tengah dipanggilnya.

Usai menjawab Joy kembali menghadap depan. Sempat ia melihat jam dinding yang menunjukan waktu ulangan tinggal tiga puluh menit. Ingin cepat-cepat telungkup saja Joy kembali mencoret-coret kertas HVS mencari jawaban soal yang belum terpecahkan. Untung saja ulangannya hanya essay sebanyak enam nomor dengan anak masing-masing minimal dua maksimal paling keterlaluan lima.

Tidak ada yang bisa memberi uluran contekan di sini. Joy harus berusaha sendiri. Iya harusnya, namun Joy tidak sanggup lagi. Mencoret asal dengan rasa kesal yang membuncah Joy memilih menengok belakang. "Lin ga sanggup, cari jawaban nomor tiga c sama lima a." 

"Tunggu Ale noleh aja ntar, tanya dia pasti tau," sahut Evelina tengah menyalin jawaban Joy.

"Yang benar aja Lin, kita di Sabang Alesha di Merauke." Joy menengok Alesha yang duduk di bangku depan—tembok kanan. Persis di depan meja guru. Lalu di sebelahnya ada Akash yang tentu saja tidak perlu berpikir banyak untuk matematika dan di belakang ada Daniella yang sangat beruntung.

Joy sangat iri dengan Daniella sekarang. Di depannya ada si ranking satu dan dua duduk bersisian. Lalu di belakang Daniella sendiri ada Citra si rangking tiga.

Sementara Joy sendiri hanya bisa saling mengandalkan bersama Evelina. Teman sebangku Evelina sendiri sama saja, Cakra. Lalu entah mengapa laki-laki ikal itu sedari tadi diam tidak bersuara.

"Iya deh, ini gue cari." Evelina meraih lembar HVS nya yang masih kosong separuh.

Joy memperhatikan dengan penuh harap, tapi yang dilakukan gadis cerewet itu membuat ekspetasi Joy hancur berkeping-keping. Alih-alih memecahkan sendiri Evelina menulis kata "yang punya jawaban no 3c dan 5a tukeran. Gue udah semua selain itu. Trims orang baik" setelah itu Evelina mengoper kertas yang sudah digulung itu ke belakang.

Hello Joy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang