[14]

5 2 0
                                    

Di saat matahari berada tepat di atas kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di saat matahari berada tepat di atas kepala. Di saat semua anak kelas XI-10 sudah bersorak penuh kemenangan karena guru mata pelajaran kesenian mereka tidak kunjung datang seperti biasa. Namun sang guru mata pelajaran matematika yang notabenya juga wali kelas mereka tidak membiarkan begitu saja.

Joy menatap masam beberapa lembar HVS berisikan penuh angka yang baru saja dibagikan. Decakan lidah tidak luput disertai dumelan penuh kekesalan.

"Gila! Hari-hari gue jadi penuh MTK njir!"

"Kemaren MTK, ini MTK, besok juga ada mapelnya tuh! Mentang-mentang!"

Tampaknya bukan hanya Joy yang kesal akan fakta itu. Evelina juga terus-menerus mendengus dan berdecak jengkel layaknya gadis yang tengah PMS.

Memperhatikan sebuah kotak diujung HVS dengan bertuliskan satu huruf abjad A Joy sontak menyitipkan mata curiga. Sejurus kemudian gadis yang hari ini mengepang rambutnya menjadi dua itu membalikkan badan dan merampas kertas Evelina guna memastikan kecurigaannya. "Anjir! D?"

"Hah? Apa Joy?"

"Ini soal keknya beda-beda, liat punya gue paket A."

Membiarkan Evelina merebut kedua jenis soal-soal itu Joy mengambil soal Cakra yang masih tergeletak manis di meja tanpa di sentuh sang empu yang masih saja tidur menelungkup. Lagi-lagi decakan lidah penuh rasa jengkel terlontar keluar melihat sudut kertas pemuda berambut ikal itu yang bertuliskan huruf abjad C. "Nih guru niat banget bikin remedi sampe gini," gerutunya.

"Remidi apaan! Sekelas disuruh ngerjain! Nilai lo juga di atas KKM anjir! Walaupun mepet, tapi tetap aja ngerjain lagi. Emang percuma usaha di kelas MTK ini."

Evelina tampak lebih tidak terima dari sang korban yang ikut remidi padahal sudah susah payah belajar agar nilai memenuhi syarat. Melihat selembaran jawaban ulangan miliknya yang baru dibagi beberapa saat lalu Joy menghela napas. Nilai delapan puluh lima yang dilukiskan dengan tinta merah itu tidak ada gunanya.

"Joy!"

Joy spontan menengok begitu rungunya mendengar namanya dipanggil dari arah sebrang. Tampak Alesha melambai padanya kemudian menunjuk-nunjuk sudut kertas soal miliknya.

"Punya lo apa?!" Tanya Alesha dengan setengah berteriak.

Tidak mau menghabiskan energi untuk berteriak Joy memilih menjawab dengan isyarat tangan. Membuat huruf A sebisanya.

Selepas itu Alesha membalas dengan acungan jempol. Lalu gadis mungil berkulit putih pualam itu tergesa membereskan alat tulisnya serta tampak membisikkan sesuatu pada teman sebangkunya.

Joy menatap bingung Alesha yang berjalan riang ke arahnya. "Lo mau duduk di sini?"

"Iya, soal lo sama tuh kaya Akash."

Menilik sekilas Akash yang tampak sudah merunduk memahami soal-soal itu Joy sontak menggeleng cepat. "Gak mau, lo balik aja. Gue bisa sendiri."

"Harus mau! Gue juga mau duduk di sini ngajarin nih orang." Alesha mengusak rambut gondrong Nanta yang masih saja menyembunyikan rupa di lipatan kedua tangannya. Mungkin tidur.

Hello Joy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang