007

8.1K 450 8
                                    

⚠ Peringatan adegan kekerasan
____________________________

Arson berjalan keluar dari kantin dengan langkahnya yang santai, sampai dia terkejut sebab lengannya di tarik oleh seseorang. Hampir saja dia refleks memukul orang tersebut karena insting pertahanan diri, tapi terhenti ketika menyadari bahwa pelakunya adalah Jenna.

Arson memutar matanya malas. "Kenapa?" tanyanya.

"Ih Arson kenapa galak banget gitu sih? Kan aku cuman mau nanya doang" kata Jenna dengan wajah cemberut yang telihat sekali dibuat-buat.

Sedari tadi, gadis itu tidak melepaskan tangan Arson. Bahkan, semakin erat mendekapnya sampai Arson bisa merasakan benda kenyal menempel pada lengannya. Dia berdecak kesal karena merasa sangat risih dengan hal tersebut. Arson berulang kali mencoba melepaskan tangannya, tapi pelukan gadis itu begitu kuat sampai Arson kesulitan bergerak.

"Mau tanya apa?" tanya Arson yang pada akhirnya sedikit melembutkan nada suaranya dengan harapan bisa lebih cepat melepaskan diri dari gadis ini.

"Itu tadi aku liat kamu narik-narik cowok manja itu, kenapa?"

Arson mengernyitkan alisnya karena merasa ada yang janggal dengan pertanyaan Jenna barusan. "Cowok manja?" tanyanya balik.

"Iya. Cowok yang tadi kamu tarik-tarik itu kan cowok manja. Aku satu kelas sama dia dan dia sering banget ngeluh perutnya sakit lah, pusing lah. Sebenernya aku tau kalo dia alesan aja mau bolos ke uks soalnya emang sesering itu dia ngadu kaya gitu ke guru yang lagi ngajar. Aku liat juga dia sering ngerengek kesakitan padahal cuman gak sengaja kesenggol dikit doang. Pokoknya dia keliatan kaya pick me gitu deh sampe di julukin cowok manja sama anak-anak yang lain" kata Jenna menjelaskan apa yang dia ketahui.

Diam-diam, Arson menggeram kecil menahan rasa kesalnya mendengar semua penjelasan Jenna. Sebab, dia tau kalau di tubuh Devon ada beberapa bekas lebam yang cukup parah dan tentunya akan sangat menyakitkan jika tersenggol sedikit saja. Terlebih lagi, Devon juga memiliki masalah lambung, jadi wajar saja dia sering mengeluhkan sakit pada perutnya.

Arson mengabaikan Jenna yang masih terus mengoceh. Dia lebih memilih mengedarkan pandangannya ke arah lain dan tanpa sengaja, mata Arson menangkap sosok yang dari tadi dibicarakan oleh Jenna. Ternyata, Devon berada di sana, berdiri tidak jauh dari tampat Arson berdiri.

Mata mereka saling bersitatap. Coklat terang yang terlihat tegas itu menatap lurus pada mata coklat yang lebih gelap. Arson dapat melihat ada binar sedih dari mata bulat yang menatapnya penuh kebencian. Untuk sejenak, mata mereka saling menatap tanpa bergerak, sampai Devon menyadari bahwa Arson menemukan keberadaannya dan bergegas pergi untuk menghindar.

"Pasti dia denger omongan Jenna" batin Arson berdecak mengumpat.

Tanpa berpikir lagi, Arson langsung menarik kasar tangannya yang sedang dipeluk oleh Jenna. Gerakan ini membuat gadis itu oleng dan melepaskan pelukannya di lengan Arson.

"Ih Arson kok kasar gitu sih? Sakit tau" rengek Jenna yang seperti merajuk.

"Bodo amat lah, asu" Batin Arson. Sedikitnya, sebagai laki-laki dia tau bahwa tidak boleh melakukan kekerasan fisik terhadap wanita, tapi dia tidak perduli lagi dengan hal itu karena saat ini baginya Devon yang salah paham jelas lebih penting.

Arson kembali mengacuhkan Jenna yang merengek agar tidak ditinggalkan. Dia malah langsung pergi mengejar Devon yang berlari menghindarinya.

Dengan langkah cepat, Arson berhasil mengejar Devon yang berlari masuk ke dalam bilik toilet. Arson berdiri tegak di depan pintu yang tertutup rapat itu. Samar-samar dia mendengar isak tangis tipis yang teredam oleh bisingnya suara air yang mengalir dari keran.

Secret Innocence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang