pm : 12

5.2K 610 13
                                    


Jennie pov.

"Aaaaak jangan ganggu Lili aunty!" Aku menghela nafas saat melihat Lili di ganggu oleh Jisoo, sahabatku.

"Kkkkhh Lili menggemaskan dan aunty suka sekali menjahili Lili" Jisoo terkikik.

Sedari tadi Jisoo si manusia chikin ini tidak berhenti menganggu putriku, entah itu mencubit pipinya, menggelitik pinggang, dan masih banyak lainnya.

Aku lelah melarangnya, dia keras kepala dan tidak akan berhenti sebelum Lili menangis.

"Tapi Lili tidak suka" Lili menekuk wajahnya sambil mempoutkan bibirnya.

"Aigoo kiyowoo.. umumumu gemasnya anak Jennie" dan kali ini Jisoo menguyel-uyel pipi Lili.

"Aah Mommy.. hik aunty nakal" Lili merengek.

Ck membuat kepalaku pusing saja.

"Yaak Kim Jisoo, berhenti menggemasi putri ku" aku memukul tangannya.

"Hahaha tidak sebelum lili menangis. Ayo menangis lah Lili, aunty rindu dengan suara tangisan bayi mu" Jisoo menekan pipi Lili sehingga bibir putriku maju ke depan.

Lili melengkungkan bibirnya kebawah, matanya berkaca-kaca tanda dia akan menangis.

"Jangan terus membuat putriku menangis nanti Lili tidak mau dengan mu" aku memperingati.

"Tidak mungkin karena aku rich Aunty nya hahahaha" tawa Jisoo menggema.

"Huwaaaa Mommy.. hikss suruh aunty pulang Lili tidak suka" kan, Lili menangis ck.

"Omoo, sakitnya hati aunty mendengar Lili berkata seperti itu" Jisoo mendramatis memegang dadanya.

Puk

Aku memukul lengannya.

"Sana pulang, kamu sangat menyebalkan. Kemari dekat Mommy nak" aku merentangkan tangan ku.

Lili hendak memelukku namun lagi-lagi Jisoo menarik baju Lili yang menyebabkan Lili jatuh di pelukannya.

"Huwaaaa Mommy!" Lili menangis keras merentangkan tangannya meminta ku mengambilnya.

"Ssh bersama aunty saja ya" Jisoo memeluk Lili.

"Tidak mau! Hikss Mommy mau Mommy.." Lili mengepak-ngepakkan kakinya.

Oke sudah cukup manusia chikin ini membuat putriku menangis.

"Kim Jisoo, lepaskan putriku atau kamu tanggung sendiri akibatnya" aku mengangkat sendal ayam Lili untuk memukul Jisoo kalau dia masih bersikap keras kepala.

"A-ah nee ini ambillah putrimu yang mulia ratu" Jisoo terlihat takut dan melepaskan putriku.

Aku memutar mataku.

"Sssh sayangnya Mommy ssh.." aku memeluk Lili sambil mengusap-usap kepalanya.

"Hiks haus Lili mau mau uyyu mom hmph" Lili mendusel di dadaku.

"Anak Mommy haus ya, sini masuk kedalam kaos Mommy" karena ada Jisoo tidak mungkin aku menyingkap kaos kebesaran ku.

Lili langsung masuk kedalam kaos ku, putriku juga mandiri mengeluarkan payudara ku.

"Tidur ya nak" aku menepuk-nepuk pantat Lili.

Lili hanya mengangguk di sela hisapannya.

"Cengeng" Jisoo mencolek pinggang Lili.

Lili hanya asik menysu tanpa meladeni Jisoo.

"Jen"

"Hem" aku berdehem saja tanpa menatapnya

"Kamu pernah lelah tidak merawat Lili sendirian?"

"Jujur kalau lelah tidak, tapi terkadang capek dan itu bukan masalah bagiku. Aku tidak pantas mengeluh karena aku sendiri yang menginginkan putriku ada di dunia ini" jawabku.

"Ooh. Emm apa kamu tidak berniat mencari pasangan?"

Aku mengerutkan dahi.

"Jisoo, aku tidak suka pembahasan ini, Lili saja sudah cukup untukku"

"Tapi Jen, kamu butuh pendamping, dan bagiamana pun juga Lili pasti akan meninggalkan mu karena dia akan mempunyai pendamping hidup yang akan menemaninya sampai tua nanti" perkataan Jisoo kali ini sukses membuat emosi ku naik.

"Lili is mine! Shut up bitch!" Pekik ku penuh penekanan.

Jisoo menghela nafas panjang.

"Enghh Mommy.." Lili menggeliat merasa terganggu, aku mengusap punggungnya agar kembali tenang dalam tidurnya.

"Jen, saranghae aku men-"

Plak

Aku menampar pipinya.

"Keluar dari rumahku dan jangan pernah kembali lagi!" Usir ku. Kali ini aku benar-benar tidak tahan untuk tidak berteriak.

Jisoo tercengang memegangi pipinya.

"Mommy hikss takut" Lili menangis memeluk tubuhku erat-erat.

"Ssh it's okay baby" aku mengecup puncak kepalanya.

"Jen-"

"Pergi!" Aku menunjuk arah pintu.

"Aku akan pergi tapi kita harus berbicara setelah kamu tenang, Jen" Jisoo akhirnya pergi dan aku memijit kepalaku yang tiba-tiba berputar.

Sialan Kim Jisoo! Padahal dia sudah aku anggap seperti kakak kandungku sendiri.

Dan barusan bisa-bisanya mulut lantangnya itu mengungkapkan perasaannya padaku.

Aku tidak sudi!

Dan perkataannya yang membuatku benar-benar naik darah adalah tentang Lili yang akan mempunyai pendamping hidup yang akan menemaninya sampai tua nanti.

Hell no! Lili is mine!

Lili milikku selamanya.

Aku sedikit cemas jadi aku memeluk tubuh Lili dengan erat.

"I love you baby" bisik ku lalu mengecup pelipis Lili cukup lama.

•••

Tbc

18/12/23

Bener-bener pocecip ya Mommy.

Vote komen lanjut

Posesif Mommy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang