TIGA BELAS

1K 35 6
                                        

uhuk...uhuk

Aruna berusaha membuat suara batuk palsunya untuk didengar bundanya, tapi Lyla masih asik dengan kegiatannya yang sedang membereskan piring-piring kotor bekas pakai.

"Bun, Aruna ga enak badan bun"

Lyla menghembuskan nafasnya melihat tingkah putrinya, tak habis akal anak itu agar tidak ikut liburan menemani Guntur.

Lyla mengeringkan tangannya di bajunya lalu menempelkan tangannya di kening Aruna dan menempelkan tangannya lagi di ketiaknya secara bergantian, "Sama aja kok"

"Ihh bunda, Aruna serius tauk. masak suhu badan Aruna disamain sama ketiak"

"Emang ketiak bukan bagian dari badan?"

"Engga gitu bunda" Frustasi Aruna

"Udah-udah banyak alasan kamu, sana udah jam sembilan. coba ke kamar tuan muda, siapa tau tuan muda butuh bantuan"

"Bundaaa, gamauuuu.."rengeknya

"Aruna" Lyla berucap sedikit tegas

"Iya-iya" pasrahnya

Aruna meninggalkan dapur dengan lesu, kepalanya menunduk kebawah, dia sama sekali tidak semangat untuk liburan ini.

"Aruna" Suara lembut itu mampu membuat tubuh Aruna merespon dengan cepat untuk merubah mimik wajahnya

"Nyonya"

"Aruna ayo duduk disana" ajak Safira untuk duduk di sofa besar yang ada di ruang tamu.

"Aruna, Nyonya titip anak nyonya ya disana. Kalau contohnya dia marah-marah, telpon nyonya, biar saya yang marahin dia" Aruna tersenyum merespon.

"Kamu liburan sepuasnya disana ya, jangan pikirin sekolah, bunda, atau apapun itu. Kamu harus puas-puasin liburannya"

"Iya, nyonya"

"Sebenarnya saya tidak suka terlalu formal seperti ini, kamu bisa memanggil saya sama seperti Guntur memanggil saya. Tapi ibumu sangat keras kepala, saya tidak bisa menolaknya"

"Maa, kami berangkat sekarang aja" ucap Guntur yang sedang menuruni tangga

"Yakin ga mau dianterin sampe bandara?"

"Engga usah ma, di antarin supir aja"

"Yaudah hati-hati dijalan ya, mama tadi udah bilang ke pak oki buat jemput kalian di bandara, mama juga tadi udah bilang bu hera buat bersihkan villa untuk kalian menginap" beritahu Safira

Aruna mengeluarkan mimik wajahnya yang penuh harap, berharap sekali Lyla mengabulkan permintaannya.

Lyla hanya tersenyum mendekati Aruna, lalu mendorong Aruna untuk segera memasuki mobil.

"Telpon bunda kalau sudah sampai"

"Engga mau, Aruna ngambek sama bunda. Bunda jahat"

"Nanti Guntur yang kabarin Bi, Bibi engga usah khawatir"

"Kalau Arunanya nakal, susah dibilangin, marahin aja, anaknya memang keras kepala"

"Iya Bi, Guntur udah maklum kok"

Lihat lah dua manusia ini sedang membicarakannya di depannya, tapi itu bagus bukan? Aruna berharap perbincangan ini lebih panjang lagi, agar mereka ketinggalan pesawat, Aruna rela mereka menjelek-jelekkan dirinya, sangat ikhlas.

"Yaudah, kalian berangkat aja. Takutnya nanti macet, kalian ketinggalan"

Tuhkan baru aja dibilangin!

Bundanya dan nyonya Safira melambai saat mobil yang mereka tumpangi mulai berjalan.

ARUNA: BAIK TUAN MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang