"Cium orang yang lo sayang," ucap Haris dengan senyum jahil.
"Gila aja lo! Lo mau nyuruh dia cium kita? Geli, anjir," sahut salah satu dari mereka sambil tertawa.
Aruna sudah tidak tahan lagi berada di tengah kerumunan ini. Rasa ingin segera meninggalkan tempat itu dan kembali ke kamarnya untuk tidur makin kuat. Namun, ia sendiri tidak tahu bagaimana caranya pergi tanpa menimbulkan kecurigaan. Kesal, ia menggigit bibir bawahnya.
Tanpa berpikir panjang, Aruna meraih sebotol air yang kebetulan ada di dekatnya. Ia bahkan tidak menyadari apa isi botol tersebut.
"Hoekk, pahit!" serunya, namun ia tetap meneguknya lagi, seolah berharap rasa pahit itu akan hilang setelah beberapa tegukan.
"Lama amat, Tur, ciuman doang. Jangan bilang lo nggak pernah ciuman," canda Haris sambil tertawa, menambah bumbu ejekan.
Guntur, yang tadinya hanya menatap dengan tenang, mulai merasa gusar. Dorongan untuk melempar gelas kaca yang ada di tangannya pada Haris sangat kuat. Namun, matanya tertuju pada Aruna yang mulai oleng. Pandangannya jatuh pada botol alkohol yang sudah setengah kosong di depan gadis itu, dan Guntur pun mengerti apa yang terjadi.
Tanpa banyak bicara, Guntur mendekati Aruna. Wajahnya penuh kekhawatiran, namun ia berusaha untuk tetap tenang. Dengan lembut, ia mengangkat dagu Aruna yang kini mulai kehilangan keseimbangan. Mata mereka bertemu, dan sejenak suasana di sekitar mereka seakan membeku.
Guntur menunduk, mendekatkan wajahnya ke wajah Aruna. Dengan lembut, ia mengecup bibir gadis itu, memberikan sebuah ciuman yang penuh perhatian. Ciuman itu terasa begitu lembut, seolah Guntur ingin memastikan Aruna merasa aman dalam dekapannya.
"Lo berharap di cium? gay lu?" Alzar menyauti Faras faras menghentikan ucapannya lalu melirik Gracia yang duduk di depannya Lo ga liat itu ada cewe- HAH ANJIR"
Semua orang yang tadinya ramai bercanda tiba-tiba terdiam, terpesona oleh momen yang tidak mereka sangka-sangka. Guntur melepaskan ciumannya perlahan, memastikan Aruna baik-baik saja. Namun, yang dilihatnya hanyalah Aruna yang sudah tak sadarkan diri di dekapannya.
"GILA MATA GUE NONTON BOKEP"
"TUR, CEWE LO YANG INI"
guntur mengabaikan pertanyaan dari teman-temannya. Dalam hati, Guntur bertanya-tanya apakah ia terlalu liar tadi. Apakah Aruna tidak bisa bernapas karenanya sehingga aruna pingsan karenanya?
"Udah, cukup," bisik Guntur sambil menatap Aruna dalam-dalam, berusaha menenangkan gadis itu agar tidak mengganggu tidurnya. "Kita pergi dari sini."
Guntur menoleh ke arah yang lain. "Besok pagi kalian sudah harus pergi dari sini, sebelum gue bangun," ucapnya dengan nada serius. Lalu, ia menatap Gracia. "Lo juga, perjanjian kita udah selesai."
Tanpa menunggu jawaban, Guntur menggendong Aruna keluar dari kerumunan, meninggalkan suasana yang kini terasa lebih sunyi dan penuh tanda tanya.
Haris hanya tersenyum memandang kepergian temannya. "Sesuai perintah bos, ayok kita beres-beres," katanya kepada yang lain.
Salah satu dari mereka menatap Haris dengan penasaran. "Lo kayaknya anteng aja, nggak ada rasa penasaran kayak kami."
"Cia, lo ada perjanjian apa sama Guntur?" tanya Faras, mendekati Gracia.
Mendengar itu, Haris menepuk kepala Faras. "Mending kalian cepat beresin barang-barang kalian kalau nggak mau lihat Guntur ngamuk besok pagi."
Para lelaki itu berdecak kesal namun tak urung mengikuti perintah Haris, mereka pergi menuju kamar masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNA: BAIK TUAN MUDA
Ficción GeneralGuntur Bathara Braspati Sama seperti namanya yang suka meledak-ledak, Guntur itu orangnya emosian, keras kepala, dan egois. Guntur tidak suka diceramahi! Tapi kalau babunya yang ceramahi dirinya, dirinya suka! Satu hal lainnya yang disukai guntu...