DUA

1.5K 40 12
                                        

Setelah mengikat kedua tali sepatunya, Aruna berjalan menuju dapur melewati pintu belakang dimana bundanya berada.

"Bun, Runa berangkat sekolah ya bun" Pamitnya mencium tangan Lyla.

"Nah, sesekali jajan makanan yang enak disekolah atau pergi berbelanja pakaian baru" ucap Lyla sambil memberikan uang ratusan ke tangan Aruna.

"Bun terlalu banyak"

"Kemarin tuan dan nyonya besar kasih bunda dan yang lainnya upah lebih karena merasa puas dengan masakan yang kita buat kemarin, jadi terima ya" ucap Lyla memaksa.

"Bunda simpan aja untuk kebutuhan kita yang lain"

"Itu urusan bunda, kamu terima aja uangnya. Sana berangkat sekolah nanti terlambat, ingat ucapan nyonya tentang tugas kamu di sekolah" ucap Lyla sambil memasukkan uang tersebut ke saku seragam Aruna, lalu mendorong bahu Aruna menyuruhnya pergi sambil mengingatkan tugasnya untuk melayani Guntur

"Iya bun, Aruna ingat" Aruna berjalan meninggalkan ibunya yang sedang beberes di dapur.

Brakk

Baru beberapa langkah melewati ruang tamu, Aruna terkejut melihat sebuah tas yang jatuh tepat di hadapannya. Kepala Aruna mendongak keatas melihat si pelaku yang merupakan anak majikannya

"Gue tunggu 10 menit disekolah, bawa tas gue"

"Kenap-"

"Karna lo babu" mendengar jawaban Guntur yang seakan tau pertanyaan yang ingin dikeluarkan oleh Aruna, membuat Aruna kicep.

"Sebelum gue datang lo harus udah ada di Sekolah"

"Baik tuan muda" balas Aruna sambil tersenyum paksa

**

Sedari tadi Aruna tak henti memberikan sumpah serapah pada tuan mudanya itu. Keringat sudah bercucuran memenuhi seluruh tubuhnya

Apabila ingin berangkat sekolah, Aruna harus berjalan ke depan komplek untuk mencari angkot. Dan hari ini sepertinya hari kesialan bagi Aruna, angkot yang Aruna tumpangi hari ini mogok membuat Aruna memutuskan untuk berjalan karena lokasinya kini dengan sekolahnya tidak begitu jauh lagi.

Safira pernah menawarkan sopir untuk mengantarnya, tapi Aruna menolaknya. Ibunya tidak suka jika Aruna menerima sesuatu yang sangat mewah dari majikannya.

Waktu yang ditentukan Guntur sudah habis dan dirinya masih belum sampai disekolah.

"Guntur sialan untung majikan"

Aruna merasa heran dengan tas yang guntur berikan padanya. Tas itu begitu ringan seperti tak ada isinya. Sebenarnya dia niat sekolah atau tidak?

"Dikit lagi Aruna, semangat!!" ucapnya menyemangati saat melihat bangunan sekolah yang menjulang tinggi

Setelah ratusan langkah kemudian, Aruna bisa melihat Guntur yang menunggu di depan gerbang sambil memainkan ponselnya.

"Tuan, ini tas nya"

"Muka lo kayak setan"

"Maksud tuan apa ya?" kesal Aruna, karena bukannya berterimakasih tapi malah menghina fisiknya.

"Mending lo ngacak"

Mendengar ucapan Guntur, Aruna mengambil ponselnya yang berada di tas lalu menekan ikon kamera untuk melihat kondisi wajahnya.

Ucapan Guntur tidak salah, Aruna meringis dalam hati. Bedak yang digunakannya dempul serta mascara yang digunakannya luntur karena keringat

Sepertinya uang yang diberikan ibunya tadi akan digunakannya untuk membeli beberapa kosmetik yang tahan hujan badai angin ribut agar lain kali tidak membuat dirinya malu didepan majikannya yang satu ini.

ARUNA: BAIK TUAN MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang