22 - Please, Kita Harus Bicara

4 1 0
                                    

Alea tidak tahu harus lebih benci pada siapa, Delon atau Gilang? Keduanya sama-sama menyebalkan. Tapi kalau boleh sedikit jujur, ia lebih tidak bisa terima posisi Delon, mengingat mereka telah bersahabat sejak tahun pertama. Alea tak berminat buang-buang tenaga memikirkan motif di balik sandiwara mereka. Semakin dipikir semakin membingungkan.

Kalau sedang ada masalah, biasanya Alea menjadikan puisi-puisi Gilang sebagai pelarian. Tapi sekarang puisi-puisi itu malah jadi sumber masalah. Sepertinya ia akan berhenti mengunjungi dunia orange untuk sementara waktu.

Jangankan untuk fokus mengikuti pelajaran, berucap sepenggal kata pun, Alea sudah teramat malas. Kepalanya terasa pening. Daripada mengacaukan kenyamanan kelas, ia izin pulang dengan alasan tidak enak badan.

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan lanjutannya, silakan baca di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Rahasia Idola [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang