04

19 4 2
                                    

Lora dengan langkah riang berjalan mendekat menuju kelas Ziega, lengkap dengan sekotak bekal yang sudah dirinya siapkan dari rumah. Kening Lora berkerut saat melihat seorang gadis yang duduk bersebelahan dengan lelaki incarannya.

"Ega ini cewek siapa?" tanya Lora kepo, sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah gadis yang juga memandang Lora penuh keheranan. Tidak hanya itu, nada bicara Lora terkesan menuntut meminta penjelasan.

"Dia Rayza, kenapa?" sahut Ziega santai.

"Kamu siapanya Ega?" tanya Lora blak-blakan, tidak lupa tatapan matanya yang menatap mereka berdua secara bergantian.

"Ngapain lo nanya-nanya? Udah sana lo balik ke kelas lo," usirnya sembari kembali terfokus pada buku yang memang ada di depan dia.

"Za yang ini gimana?" tanyanya  sesekali menoleh, dengan tangan yang masih  memegang pensil untuk menanyakan soal yang masih belum dirinya pahami.

Lora memanyunkan bibirnya, ia masih sibuk menatap interaksi antara Ziega dengan Rayza yang seolah tidak memperdulikan keberadaannya sama sekali.

Tanpa sadar, Lora meremat kasar kotak bekal yang sebelumnya ia bawa. Terlebih saat dirinya ingat apa yang telah Ziega lakukan kemarin saat ia berniat baik menolong lelaki itu.

"Ega kemarin kenapa bohongin Lora?"

"Biar lo sadar aja, kalau gue nggak suka diintilin sama bocah kaya lo," sahut Ziega santai seolah tanpa rasa bersalah.

"Emangnya salah ya Lora mau deket sama Ega?" Lora menundukkan kepalanya, sembari menggerakkan ujung sepatunya beberapa kali.  Sesekali ia mengangkat kepalanya, untuk menatap ekspresi muka Ziega, yang saat ini tengah sibuk berurusan dengan rentetan soal pekerjaan rumah yang harus di kumpulkan hari ini.

"Almero, lo bisa diem dulu nggak? Gue lagi di kejar waktu ini. Lo mau gue di hukum gegara nggak ngerjain PR?" ketus Ziega dengan wajah risihnya.

"Iya, maaf," cicit Lora merasa bersalah.

"Lora bawain bekel buat Ega, nanti di makan ya, Lora taruh sini bekelnya."

"Hem," sahut Ziega tidak mau ribet.

"Lora balik ke kelas dulu."

"Eh iya, kamu geseran dikit duduknya. Jangan deket-deket sama Ega! Lora nggak suka!" Protesnya sambil mencoba memisahkan tempat duduk Ziega dan Rayza yang memang berdempetan.

"Lora! Jangan berlebihan bisa? Gue bukan siapa-siapa lo—" perkataan Ziega terpotong begitu saja.

"Belum Ega,"

Melihat pemandangan tersebut, raut wajah Rayza seketika berubah menjadi masam. Tatapannya menelisik menatap penampilan Lora dari ujung kepala sampai kaki. "Cantik sih, tapi kaya bocah," batin Rayza mencoba menilai sosok gadis asing yang dia sendiri tidak tau dari mana asalnya gadis itu.

★★★

"EGGGAAAAAA!"

"Ega kenapa ninggalin Lora? Lora udah kirim pesan loh buat ke kantin bareng." Ziega menghela nafas kasar, saat mahkuk yang tidak di undang, untuk kesekian kalinya muncul di hadapannya.

"Kenapa Ega sama dia lagi? Tadi pagi udah, sekarang kenapa ke kantinnya masih bareng juga? Kenapa cewek ini duduk di meja yang sama kaya Ega? Meja kantin lain'kan banyak yang masih kosong," dengus Lora mengutarakan kekesalan isi hatinya.

Ziega menepuk jidatnya sendiri, saat tau-tau, Lora sudah duduk di kursi sebelahnya.

"Kamu pindah aja sana, Lora mau duduk berdua sama Ega di sini."

"Atas hak apa lo ngusir gue?" sahut Rayza merasa sedikit tidak terima.

"Lora suka sama Ega, dan Lora nggak suka, lihat Ega deket sama cewek lain, termasuk kamu!" ketus Ilora menjawab pertanyaan Rayza.

Zielo{On-going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang