15

16 0 0
                                    

Ilora sengaja menunggu Ziega di tempat parkir. Dapat ia lihat motor pemuda itu yang belum terparkir di sana, dan bisa ia simpulkan jika Ziega memang belum datang. Sesekali Ilora melirik ke arah jam berwarna merah muda, yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Udah jam 6 kurang 5 menit, kok Ega belum dateng ya?" gumam Ilora sambil pandangannya masih setia mengedar menatap sekitar.

Kerisauan gadis itu perlahan sirna, saat ia melihat sosok yang sedari tadi ditunggu.

"Ega tumben siang banget berangkatnya?" tanya Ilora saat sudah berada tepat di samping motor Ziega.

Ziega melepas helm yang menutupi kepalanya, "Lo lagi! Lo lagi!"

"Hehehheheh, iya, ini Lora." ringis Ilora tanpa malu.

"Iya gue tau lo Lora tanpa harus ngenalin diri!" sahut Ziega ketus. Lelaki itu kemudian mencabut kunci motornya, dan meletakkan di dalam saku celana seragam yang ia kenakan.

"Ckckckck!" Ziega berdecak kesal.

"Lo nggak ada niatan libur?" tanya Ziega menatap jengah ke arah gadis yang saat ini masih setia membuntuti pemuda itu.

"Enggak, kan hari ini bukan tanggal merah. Jadi Lora nggak boleh bolos. Nanti Ibu bisa marah."

"Maksud gue, lo nggak ada niatan sehari aja berhenti ngerecoki hidup gue? Gue bosen lihat muka lo mulu," dengus Ziega mengutarakan isi hatinya.

"Ziega!" Panggil Aldan yang berjalan beriringan bersama Alzie dari arah yang berlawanan.

Melihat siapa yang memanggil, Ilora reflek memberikan membuka tasnya, dan mulai mengeluarkan sesuatu milik Ziega yang beberapa waktu lalu ia pinjam.

"Ini jaket Ega, makasih ya. Udah Lora cuciin kok," ujar gadis itu dengan spontan meletakkan jaket yang ia pegang ke tangan Ziega.

Setelah barang tersebut berpindah tempat, Ilora pergi begitu saja meninggalkan Ziega yang tentunya membuat pemuda itu berkerut heran.

"Kenapa dia? Tumben ngacir gitu aja kaya habis lihat hantu," tanya Alzie yang memang sudah berdiri di depan Ziega.

"Kebelet mungkin," celetuk Ziega santai, sembari memakai jaketnya yang baru saja di kembalikan oleh Ilora.

"Wangi," batin Ziega saat tanpa sengaja mencium sebuah aroma vanila di jaket tersebut.

Berbeda dengan Alzie, Aldan justru menatap gadis yang baru saja pergi dengan pandangan lain. Sorot mata lelaki itu tetap setia memandangi punggung Ilora yang semakin bergerak menjauh.

Ingatan Aldan kembali ke peristiwa kemarin, saat mereka berdua tidak sengaja bertemu di rumah sakit.

"Mama kamu 1 jam lagi akan dioperasi." ujar seorang laki-laki yang bisa di tebak jika itu Papanya Aldan.

Aldan yang memang sedang berbincang dengan gadis yang menyelamatkan Mamanya, refleks menoleh saat mendapat info mengenai Dewi.

Tidak hanya Aldan, Ilora juga menoleh ke sumber suara, dapat ia lihat seorang lelaki paruh baya, yang saat ini berdiri di hadapan gadis itu.

Mendadak tubuh Ilora mematung, tatapannya seketika berubah. Raut wajah Ilora seketika berubah menjadi pias saat ia melihat sosok tersebut.

"Ilora, sayang. Ayo kita pulang!" Seru Lasmi dengan langkah yang tidak santai. Ditambah lagi saat beberapa orang tiba-tiba datang yang membuat situasi semakin terasa tidak nyaman.

"Om, gimana keadaan Tante Dewi?!" tanya Refga yang datang beriringan bersama Geri juga Hema nenek mereka.

"Lo?! Lo ngapain di sini?!" tanya Geri dengan nada yang kurang santai saat melihat keberadaan Ilora.

Zielo{On-going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang