"Bunda," gumam Ilora lirih sambil duduk di sebuah kursi berbahan plastik yang tepat berada di samping sebuah ranjang.
Tangan gadis itu mengusap punggung tangan seorang wanita berusia 36 tahun, yang saat ini tengah berbaring tidak sadarkan diri di atas rajang berbahan busa tipis.
Berulang kali, Ilora menciumi punggung tangan wanita tersebut. Tanpa sadar lelehan air mata mengalir dari sudut mata gadis itu.
"Bunda jangan lama-lama ya Nda sakitnya," lirihnya, Ilora meletakkan kepala dia di ujung rajang, tatapan gadis itu terlihat sendu, seolah ada sesuatu yang menggangu fikirannya.
Hampir 15 menit Ilora ada diposisi tersebut, hingga perlahan ia tersentak kaget saat merasakan ada seseorang yang mengusap lembut rambutnya.
"Bunda, Bunda udah sadar?" tanya Ilora dengan senyum penuh kelegaan yang tersungging di wajah manisnya.
"Lora apa kabar?" Bukannya menjawab pertanyaan putrinya, Vina justru balik melemparkan sebuah pertanyaan. Tatapan penuh kerinduan terlihat jelas di sorot mata wanita tersebut.
"Gimana sekolah kamu?" Dengan suara yang masih terasa lirih, Vina kembali bertanya.
"Lora baik Nda, sekolah Lora juga nggak ada masalah."
Kening Vina berkerut, ia menatap penuh keheranan baju seragam yang di kenakan oleh putrinya terlihat asing di mata ia. "Sekolah kamu ganti seragam?" tanya Vina mengutarakan keheranannya.
Ilora mengelengkan kepala dia, hingga perlahan ia menundukkan kepalanya, "Nda, Ilora pindah sekolah," cicitnya dengan perasaan sedikit ragu.
"Loh kenapa?" Merasa keadaannya sudah mulai membaik, Vina merubah posisinya menjadi duduk, Ilora yang melihat hal tersebut spontan membantu Vina.
"Cerita sama Bunda, kenapa pindah sekolah, ada yang jahatin Lora di sekolah lama? Atau—"
"Nggak Bunda, Lora cuma mau deket sama Ega aja kok," sahutnya cepat.
"Yakin?" Seolah masih belum percaya dengan jawaban yang keluar dari mulut putrinya.
"Iya Nda."
"Bunda sakit apa?" Ilora mencoba mengalihkan pembicaraan, ditambah lagi dia sendiri belum tau apa yang menyebabkan wanita yang melahirkan gadis itu sampai terbaring di rajang ruang perawatan tersebut.
"Cuma flu biasa sayang," sahut Vina, diiringi batuk kecil.
"Kabar Mbak Lasmi gimana?"
"Ibu baik kok Nda, besok Lora ajak Ibu kesini ya."
Obrolan mereka terhenti saat Ilora merasa ponsel di dalam saku roknya berdering.
"Halooo—"
"Heh! Lo dimana? Katanya nyuruh gue jemput. Ini kenapa gue tungguin dari 30 menit lalu lo belum juga keluar rumah?!" Semprot orang dari seberang sana.
Kedua mata Ilora melebar sempurna, ia baru teringat jika hari ini dirinya dan Ziega berniat untuk berangkat sekolah bareng.
"Almero! Jawab gue lo di mana?!" Seru Ziega lagi, dapat Ilora dengar nada kurang bersahabat dari lelaki yang saat ini tengah menghubunginya.
Ilora mengigit bibir bawahnya, "Maaf Ega, Lora izin dulu hari ini nggak sekolah," cicit Ilora dengan suara yang sedikit takut, sekaligus merasa bersalah.
"Lo kenapa nggak bilang dari awal?! Tau gini gue nggak buang-buang waktu buat nungguin lo!" sentaknya lagi, sebelum akhirnya telfon di tutup sepihak tanpa mendengarkan penjelasan yang keluar dari mulut Ilora.
Ilora terdiam sembari memandangi layar poselnya, tadi dia memang sudah bersiap untuk berangkat sekolah, Namun, niatnya ia urungkan saat tiba-tiba mendapat kabar mengenai kondisi Vina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zielo{On-going}
Fiksi RemajaSpin Off Yarrow. "Ega pulang bareng Lora ya." "Ziega gue nebeng lo boleh?" Ziega, lelaki itu menghela nafas kasar saat kedua tangannya di pegang oleh gadis yang berbeda. kedua mata mereka sama-sama menatap Ziega penuh harap, dengan maksud agar pria...