16

12 1 0
                                    

Ziega melepaskan jaket yang sedang ia pakai, dan di pasangkan di tubuh Ilora, untuk menutupi kekacauan di pakaian gadis itu.

"Arl, bisa cariin seragam baru di koperasi? Gue mau bawa ini bocah ke toilet," ujar Ziega sambil sibuk memasangkan jaket hitam yang baru saja di kembalikan tadi pagi oleh Ilora.

"Ayo Ray," ajak Arlo pada Rayla.

Mereka berempat berpisah dengan tujuan yang berlawanan, Arlo Rayla pergi mencari seragam baru. Sedangkan Ziega menuntun Ilora dan membawa gadis itu ke toilet yang jaraknya tidak begitu jauh dari posisi mereka.

"Lo masuk dulu sana, nanti gue ketuk pintunya kalau seragam baru lo dateng," kata Ziega, di dorongnya tubuh Ilora dengan perlahan ke dalam toilet.

Di dalam toilet Ilora kembali meluapkan semua emosinya, gadis itu menangis dalam diam. Ada perasaan nyeri di sudut hatinya. Tentang fakta yang baru saja ia ketahui jika Ayahnya sudah menikah lagi, juga tentang Bundanya yang masih harus menjalani hukuman di balik jeruji besi.

"Mereka bisa bahagia, tapi kenapa Bunda nggak? Kenapa Bunda cuma kebagian menderitanya?" gumam Ilora, tanpa sadar tangan gadis itu terkepal. Sambil bersandar di belakang pintu toilet.

"Almeroo! Ini seragam lo." teriakan seseorang dari arah luar, membuat Ilora menghapus kasar air matanya. Ia kemudian berjalan mendekati pintu, tangannya terulur keluar bermaksud meminta apa yang Ziega bawa.

Tanpa menunggu lama, Ilora segera mengganti baju kotornya, dengan seragam baru.

Kemudian ia cuci muka, untuk memastikan jika mukanya tidak terlalu terlihat berantakan.

"Udah?" tanya Ziega, saat melihat pintu di buka.

Ilora menganggukkan kepalanya.

"Udah, Ega."

"Yukkkk ke kelas, bentar lagi bell masuk," Ajak Ziega pada gadis yang saat ini berjalan di sampingnya sambil menunduk.

"Cengeng banget lo, perkara jatuh sama baju kotor aja nangis," oceh Ziega saat melihat kedua mata Ilora yang masih terlihat sembab.

"Biarinlah! Itu baju Lora masih baru. Baru 3 bukan Lora pake," balas Ilora dengan bibir yang ia manyunkan.

"Ini udah diganti sama yang lebih baru sama Arlo," sambung Ziega lagi.

"Iya, kecium kok dari wanginya."

Tanpa terasa saat ini mereka berdua sudah berada di depan kelas Ilora. "Sono masuk," titah Ziega lagi dan lagi.

Bukannya menuruti perintah pemuda itu, Ilora justru tersenyum kecil. "Kita berdua mirip adegan-adegan di novel tau Ga, Lora jadi berasa kaya pacar Ega kalau kaya gini."

"Aaauuu! Kenapa kening Lora ditoyor?!" Protesnya dengan aksi bar-bar Ziega.

"Jangan ngarep! Gue lakuin ini cuma gegara kasian sama lo."

"Awas aja nanti Ega bucin sama Lora!"

"Jangan ngimpi! Itu nggak akan terjadi!"

"Bukan nggak akan Ega! Tapi belum!"

"Permisi! Bisa berdebatnya ganti di tempat lain?! Ini gue mau masuk." Sela seorang cewek dengan kedua mata yang bergulir malas.

"Eeeh, iya maaf," sambung Ilora.

Ilora terkekeh kecil sambil duduk di bangkunya, ia mengamati jaket Ziega yang lagi dan lagi bersama gadis itu. "Kayaknya kita emang di takdirin bersama deh, baru tadi pagi kamu Lora balikin, eh sekarang udah ikut Lora lagi," gumamnya pada sebuah jaket yang sudah terlipat rapi di atas meja.

★★★★★

"Rayla!!!" jam pulang, Ilora terburu, apalagi saat melihat seorang gadis yang melintasi koridor kelasnya.

Zielo{On-going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang