08

9 3 0
                                    

Rayyan mencengkram erat tangan gadis yang tidak lain dan tidak bukan adalah adiknya sendiri. "Kak! Lo apa-apaan sih?!" Sentak Rayza menatap tajam ke arah kakaknya. Beruntung hanya ada mereka berdua di tempat itu. Rayyan sengaja membawa Rayza menjauh dari keramaian.

"Lo yang apa-apaan! Dari awal gue sama Ayah, Bunda udah sering ngasih lo peringatan. Jangan deket-deket sama Rayla! Dia bahaya Za! Dan gue nggak mau lo kenapa-kenapa! Ngerti nggak sih?!" urat leher Rayyan terlihat jelas, tanda jika lelaki itu tengah menahan amarahnya.

"Kak! Rayla kakak gue. Dia kembaran gue. Gue dan dia dulu pernah berbagi rahim Bunda. Apa harus kalian menyiksa kita berdua dengan cara yang seperti ini?"

"Kakak nggak kasihan? Rayla sendirian Kak. Dia juga sama terlukanya seperti kita!" Rayza masih mencoba memberi pencerahan dengan cara berfikir Rayyan.

"Terluka apa yang lo maksud Za? Ini semua pantes Rayla dapattin."

"Terserah deh Kak. Terserah lo mau lakuin apa, tapi lo nggak bisa terus-terusan ngatur hidup gue. Dan kalian semua nggak ada hak misahin gue sama kembaran gue sendiri!"

★★★★★

"Arlo, boleh Lora bicara sama Rayla?" Cicit Ilora meminta izin. Gadis itu saat ini sudah berada di kelas Rayla, yang memang bersebelahan dengan kelasnya.

"Gue tinggal nggak papa kan Sha? Nanti gue kembali lagi bawain makanan buat lo."

"Rayla, Lora mau minta maaf. Lora nggak tau kalau kejadiannya bakal seperti ini. Lora juga nggak tau, kalau hubungan Rayla dan Rayza sedikit bermasalah. Lora minta maaf ya Rayla," cicit Ilora, walaupun semua ini bukan sepenuhnya kesalahan gadis kecil itu.

"Ini bukan salah lo kok, yang ada gue mau bilang makasih sama lo."

Tidak sampai 10 menit, Ziega datang bersama Arlo, mereka berjalan beriringan mendekati meja Rayla yang memang masih ada Ilora di tempat itu.

"Makan dulu Sha," titah Arlo sambil membuka sebuah sterofrom dan diletakkan di atas meja tepat di hadapan Rayla, lengkap dengan jus mangga yang sudah ia beli.

"Bakmie nggak papa'kan? Cuma ini yang nggak terlalu ramai."

"Nggak papa kok, makasih banyak ya."

"Lora lo mau?" tawar Rayla yang tau jika gadis itu juga belum sempat menikmati pesanannya.

Ilora mengelengkan kepala, "Nggak usah, buat Rayla aja."

"Sha, maaf ya...." Lirih Arlo merasa bersalah, pemuda itu menatap gadis yang sangat dia sayangi.

"Almero, ikut gue," gumam Ziega memberikan kode.

"Hah?"

"Kasih mereka waktu," lanjut Ziega lagi.

Suasana kelas bisa di bilang sepi, wajar saja, sebagian murid pastinya sedang menghabiskan waktu istirahat di kantin, dari pada harus berdiam diri di dalam kelas.

Kali ini hanya ada Arlo dan Rayla di ruangan itu, "Nggak perlu minta maaf, gue tau kok niat baik lo. Lo cuma ingin hubungan gue sama Rayza membaik'kan? Makanya ngasih waktu buat kita bareng."

Arlo mengiyakan tebakan Rayla, "Ada banyak hal yang terjadi di luar kendali kita Arl, dibilang kangen, gue emang kangen sama Rayza, gue kangen bisa berbagi apapun sama dia kaya dulu, gue kangen ngabisin waktu sama adik gue tanpa ngerasa canggung. Tapi semua bener-bener udah lama berbeda. Mau di paksain gimanapun juga, keadaanya udah nggak lagi sama."

"Sha—"

"Masalah di keluarga gue udah cukup rumit, dan ya, gue nggak mau nambah-nambahin masalah lagi."

Zielo{On-going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang