Ilora mengusap keringat di sudut dahinya. Siang ini benar-benar terasa terik. Gadis itu baru saja mengikuti pembelajaran olahraga yang memang dilaksanakan di lapangan out door.
"Dari dulu sampai sekarang, semua yang berbau olahraga masih jadi musuh bebuyutannya Lora!" dumel gadis itu sembari terduduk sambil meluruskan kakinya sendiri yang terasa pegal.
"Lora ayo ke kelas!" seru 2 orang cewek dari jarak sekitar 3 meter.
"Nanda sama Rindi duluan aja. Lora masih mau istirahat di sini. Tenaga Lora belum kekumpul," sahut gadis itu kepada kedua temannya, dengan nafas yang tersengal.
"Lo nggak papa disini sendirian?" timpal Rindi, sambil membenarkan tali sepatunya yang memang sudah terlepas.
"Lora nggak sepenakut itu kali. Lagian masih banyak kok anak-anak yang lain," jawabnya sambil mengedarkan pandangan ke arah sekitar. Yang memang masih ada beberapa murid yang belum beranjak tempat tersebut.
Ilora sesekali memejamkan kedua matanya, sambil menikmati sepoy angin yang menyapa wajah gadis itu.
"Rasanya kaya mau meninggoy!" seru Ilora dengan kalimat dramatisnya. Ia baru saja mengikuti pengambilan nilai lari keliling lapangan 15 kali.
Kedua mata Ilora seketika terbuka, gadis itu merasa kaget saat hawa dingin mendadak menempel begitu saja di pipinya yang sudah terlihat memerah dari beberapa waktu lalu.
"Aldan? Aldan ngapain di sini?" tanya Ilora pada seorang cowok yang saat ini sedang berjongkok di sampingnya, dengan membawa sebuah minuman botol dingin, yang Aldan tempelkan di pipi kanan Ilora.
"Haus'kan? Di minum," titah Aldan sambil mengulurkan minuman tersebut, yang sebelumnya sudah ia buka di dengan Ilora.
"Iya haus." Ilora mengusap tenggorokannya sendiri yang memang terasa kering.
"Ini beneran buat Lora'kan?" tanya gadis itu memastikan. Setelah melihat anggukan dari Aldan, tanpa menunggu waktu lama, Ilora meraih minuman tersebut dan meminumnya, hingga tandas tanpa tersisa sedikitpun.
"Pelan-pelan Ra! Nggak akan ada yang minta."
"Hhheeemmm, manis. Seger lagi."
"Makasih Aldan," ujarnya sambil menatap lelaki yang hanya berbeda beberapa bulan darinya.
"Nanti ikut gue ya," ucap Aldan tiba-tiba. Aldan ikut mendudukkan dirinya dan duduk tepat di samping Ilora.
"Kemana?" Tanya Ilora, yang memang tidak bisa mengiyakan ajakan lelaki itu.
"Ke rumah sakit, mau jenguk Mama."
"Maaf, Lora nggak bisa." Tanpa banyak berfikir, Ilora menolak begitu saja permintaan Aldan. Gadis itu hanya tidak mau menimbulkan masalah apapun yang berhubungan dengan keluarga Ayahnya.
"Tapi ini permintaan Mama Ra, dia yang minta pengen ketemu sama lo. Mama pengen ketemu orang yang udah nyelametin nyawa dia."
"Lora-"
Perkataan Ilora terpotong begitu saja, dengan tatapan penuh harap Aldan masih mencoba merubah keputusan gadis itu. Terlebih Dewi memang ingin sekali bertemu dengan putri kandung dari suami keduanya. "Gue mohon."
"Lo nggak mau ketemu sama adek bayi? Dia lucu tau."
★★★★★
"Ayo Dan, ngapain lo malah berdiri di sini? Katanya mau balik."
Alzie, Ziega, dan Aldan memang berjalan beriringan saat bell pulang berbunyi. Anehnya salah satu sahabat mereka justru menghentikan langkahnya di depan kelas Ilora.
![](https://img.wattpad.com/cover/358366428-288-k946297.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Zielo{On-going}
Roman pour AdolescentsSpin Off Yarrow. "Ega pulang bareng Lora ya." "Ziega gue nebeng lo boleh?" Ziega, lelaki itu menghela nafas kasar saat kedua tangannya di pegang oleh gadis yang berbeda. kedua mata mereka sama-sama menatap Ziega penuh harap, dengan maksud agar pria...