Kehidupan Arumi jauh berubah semenjak suaminya meninggal. Dia memilih berhenti bekerja di lembaga riset yang selama ini menaunginya. Dia berganti menggantikan suaminya untuk mengelola lahan milik suaminya.
Bertahun-tahun kemudian lahan itu semakin luas berkat kepintaran dan kecekatan Arumi dalam mengelolanya. Dibantu Dani, bisnis Andri berkembang pesat dan sanggup menghidupi Arumi dan kedua anaknya dengan sangat berkecukupan.
Kedua anaknya sudah besar sekarang. Nena sudah akan diwisuda dari universitas tempatnya menimba ilmu. Dan Kafka, bayi yang ditinggalkan ayahnya sejak usia belum setahun itu bertumbuh sangat cepat. Di usianya yang menginjak 16 tahun saat ini membuatnya menjadi pribadi yang kuat dan selalu menjaga kakak dan bundanya. Kafka memiliki fisik yang persis dengan mendiang ayahnya. Bahkan suara mereka pun persis. Mungkin ini adalah cara untuk mengobati kerinduan bunda dan kakaknya kepada sang ayah.
Kedua orang tua Andri sudah berpulang menyusul putra tertua mereka. Menyisakan duka yang mendalam lagi bagi kedua cucunya.
"Adek, ayo cepet mandi. Nanti telat lo kamu. "Teriak Arumi kepada Kafka yang ada di lantai dua.
Rumah mereka sudah beberapa kali direnovasi untuk kenyamanan para penghuninya. Saat ini rumah mungil yang Andri bangun sudah memiliki dua tingkat. Arumi merenovasinya setelah Kafka beranjak besar dan membutuhkan kamar sendiri.
"Iya bunda, sebentar. "Jawab Kafka dan terdengar suara guyuran air menandakan remaja itu mandi.
"Kak, sudah siap? "Tanya Arumi sembari membuka pintu kamar Nena. Nena sedang ditemani MUA yang merias wajahnya pagi ini.
"Hampir selesai nda. "Jawab Nena sembari menatap bundanya yang ada di depan pintu.
"Yaudah, bunda benerin lipstick dulu. Sekalian nunggu adekmu. "Pamit Arumi cepat karena menahan air matanya.
Putrinya sudah tumbuh besar. Setelah ini sudah fasenya untuk mengejar impiannya dan menikah.
Arumi bergegas merapikan penampilannya dan 10 menit kemudian mereka bersiap ke gedung tempat wisuda Nena diselenggarakan,
.
"Terima kasih atas kesempatannya. Pertama-tama saya ucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga saya bisa berdiri disini. Tak lupa juga para dosen yang membimbing saya hingga saya mendapatkan prestasi tertinggi dan lulus dengan gelar cumlaude.
Saya juga berterimakasih kepada bunda saya, bunda Arumi yang sudah berhasil mendidik dan menemani saya sampai hari ini. Tanpa bunda, saya bukan apa-apa.
Bunda memang bukan ibu yang melahirkan saya. Tapi bunda adalah ibu yang membesarkan saya hingga hari ini. Ibu kandung saya meninggal ketika melahirkan saya. Saya hanya berdua dengan ayah hingga kami bertemu dengan bidadari cantik yang sekarang menjadi bunda saya. Kehidupan kami bahagia dan sempurna.
Hingga hari itu, ayah saya meninggal. Beliau meninggal di usia yang masih muda dan meninggalkan bunda dan kami anak-anaknya. Sejak hari itu bunda memutuskan membesarkan kami sendiri. Bunda memutuskan untuk tidak menikah sampai hari ini. Kata bunda, cintanya habis untuk ayah.
Terima kasih bunda, terima kasih ayah . Gelar ini aku persembahkan untuk beliau berdua.
Dan untuk ayah yang sudah tenang diatas sana,
Yah, anakmu sudah sarjana. "
Pidato Nena disambut tepuk tangan para undangan yang hadir. Arumi menangis haru atas ungkapan putrinya. Dia sangat bangga dan bahagia. Dan dia berharap Andri merasakan hal yang sama diatas sana.
Mas, putri kecilmu sudah besar. Dia sudah jadi sarjana mas.
...
Beberapa tahun kemudian.
"Kamu yakin dek mau pergi? "Tanya Arumi yang masih setengah hati untuk melepas putranya yang akan berkuliah ke luar negeri.
"Yakin bun, aku baik baik aja kok. "Ujar Kafka menenangkan bundanya. Dia menghampiri bundanya dan memeluknya.
"Apa kakak balik ke rumah ini aja bun? Biar bunda enggak sendirian? "Tanya Nena yang baru saja sampai.
Arumi menengok ke arahnya. Nena menghampiri bundanya dan ikut memeluknya.
"Enggak kak, kakak kan sudah menikah. Kakak harus mandiri. Lagipula kantor kakak dan Mas Dimas kan jauh dari sini kak. "Tolak halus Arumi atas usulan putrinya.
"Tapi aku gak tega liat bunda sendirian. Biar Kafka juga tenang bun kuliahnya. "Ucap Nena masih saya membujuk bundanya.
Arumi menggeleng.
"Kak, dengerin bunda. Mungkin sudah saatnya anak-anak bunda mandiri. Bunda berat ke Kafka bukan karena bunda takut sendirian atau kesepian. Bunda cuma takut Kafka enggak betah disana. "Jelas Arumi kepada kedua anaknya.
"Atau bunda ikut tinggal di rumah kakak? "Tanya Nena lagi.
Arumi kembali menggeleng.
"Iya bun, atau sekalian nih bunda ikut Kafka ke Belanda? "Tawaran Kafka malah membuat Arumi tersenyum.
"Kakak, adek, bunda bebaskan kalian mau kemana saja, mau tinggal dimana saja. Terserah kalian asalkan kalian nyaman. Tapi jangan pernah minta bunda buat pergi dari rumah ini. Bunda ingin hidup dengan kenangan bersama ayah kalian sampai akhir hayat bunda. "
Kedua anaknya semakin erat memeluk Arumi, pahlawan hidup bagi mereka berdua.
Cerita keluarga mereka sampai disini. Tapi Andri tetap akan ada di hati Arumi selamanya, berawal dari Pagar Ayu Aruna dan tidak ada akhirnya.
Selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pagar Ayu Aruna
General Fiction(TAMAT) Bukan, ini bukan cerita tentang Aruna. Tapi tentang Arumi, kakak perempuan Aruna. Tentang Arumi dan Andri