10. Death of Dream

233 30 1
                                    

Waktu berjalan cukup cepat, tidak terasa dua bulan sudah sejak keberangkatan Jeonghan ke Hongkong tempo hari. Kini anak-anak yang lain pun sudah memasuki tahun ajaran baru.

Jun, Soonyoung, Wonwoo dan Jihoon naik ke kelas 12. Mingyu, Seokmin dan Hao naik ke kelas 11. Lalu Hansol dan Seungkwan memasuki tahun pertama mereka di SMA. Sayang sekali acara kelulusan mereka tidak bisa dihadiri oleh Jeonghan, akan tetapi mereka berbagi moment itu lewat video call, menjadikan kehadiran Jeonghan masih bisa terasa di tengah-tengah mereka.

Jisoo yang waktu itu memutuskan untuk tidak lanjut kuliah sudah membicarakannya pada Seungcheol tepat sehari setelah acara kelulusan.
Seungcheol pada awalnya tidak setuju dengan keputusan Jisoo, Ia pelan-pelan selalu meyakinkan Jisoo untuk melanjutkan pendidikannya. Lalu dua minggu setelahnya Jeonghan menceritakan perihal hasil kontrol Jisoo yang terakhir kali itu.

Akhirnya Seungcheol paham kenapa Jisoo sampai menyerah untuk kuliah, akan tetapi hal itu tidak membuat Seungcheol ikut menyerah memperjuangkan mimpi saudara sepersusuannya itu. Ia tahu betul kalau Jisoo punya mimpi menjadi seorang guru TK, Jisoo sangat menyukai anak-anak.

Seungcheol pun memutuskan mencoba membujuk Jisoo untuk kuliah di Universitas yang proses kuliahnya bisa dilakukan secara online. Jisoo tidak perlu takut keluar rumah, tidak perlu takut akan terlalu banyak beraktifitas yang mengganggu kesehatannya, Ia bisa merasa aman tetap di rumah tapi Ia pun masih bisa berjalan mengejar mimpinya.

Setelah prosesi bujuk membujuk yang sangat alot dibantu oleh Jeonghan sebagai tim support, akhirnya Jisoo menyetujui ide yang diberikan Seungcheol. Ia sangat bahagia akhirnya Jisoo berkata 'iya', tanpa basa-basi Ia langsung mengurusi segala proses administrasinya, Jisoo hanya tinggal duduk manis menunggu sesi perkuliahan dimulai.

Perihal Seokmin, Ia sudah menjadi penyanyi tetap di kafe tempat Seungcheol bekerja. Jadwal tampilnya seminggu empat kali di jam 7 sampai 9 malam terkecuali malam minggu sampai jam 11 malam. Saat pertama kali Seokmin tampil, Seungcheol memboyong semua adik-adiknya untuk menonton. Ia sangat bangga melihat salah satu adiknya bisa terlihat begitu bahagia melakukan apa yang dia senangi. Tekadnya semakin kuat untuk terus bekerja keras mewujudkan apapun yang menjadi sumber kebahagiaan adik-adiknya meskipun itu artinya Ia harus menjadikan kepentingannya sendiri di nomor paling akhir. Baginya jika adik-adiknya bahagia, Ia tidak membutuhkan apapun lagi di dunia ini.

• • •

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah. Hari inipun hari pertama bagi Seungcheol bekerja di tempat baru. Kali ini Ia bekerja sebagai buruh pabrik. Sebenarnya Ia sudah sangat nyaman bekerja di kafe, tapi gaji di sana dirasa olehnya masih tidak cukup untuk keperluan sehari-hari keluarganya. Maka Ia memutuskan mencari pekerjaan baru yang gajinya lebih tinggi. Dan karena hanya bermodalkan ijazah SMA, Ia hanya bisa puas menjadi seorang buruh pabrik. Tidak apa pikirnya, toh gajinya sangat lumayan, jauh lebih besar dibandingkan gaji di tempat kerjanya dulu.

Lokasi tempat kerjanya yang baru memerlukan waktu tempuh sekitar 35 menit dan jam masuk kerjanya pukul 7 pagi, lalu Ia harus sudah ada di sana paling lambat 10 menit sebelum jam masuk. Alhasil Ia harus berangkat lebih pagi dari biasanya.

"Gyu... sarapan udah ada?" Seungcheol bertanya sembari duduk di kursi meja makan.

Mingyu yang seperti biasa sedang menggoreng risolnya menoleh lalu mengambil sepiring nasi goreng dan menyajikannya ke hadapan Seungcheol. "Ini. Aku masak buat Mas Cheol dulu tadi."

"Makasih ya," ucapnya sembari mulai menyendok sarapannya itu. Mingyu hanya membalas dengan gumaman lalu kembali ke depan penggorengan.

Rumah Cemara [Seventeen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang