April, 12 tahun yang lalu.
Di sebuah bangunan tiga petak kecil, Mingyu kecil sedang bermain sendirian dengan robot ultramennya yang sebelah kakinya sudah hilang entah kemana. Mingyu kecil terus menggumamkan dialog yang hanya Ia yang mengerti alur ceritanya hingga Ibunya datang menginterupsi dari luar.
"Mingyu ikut Ibu, yuk?" Sang ibu berjongkok di hadapan putra sematawayangnya itu.
"Kemana?" Tanya Mingyu polos.
"Main ke taman sama Ibu mau?" Tanya sang ibu lagi dengan wajah teduh dan senyuman lembut.
"Mau!" Mingyu kecil yang mendengar kata main langsung kegirangan, Ia berdiri sembari melompat kecil melupakan ultramennya yang kini tergeletak di lantai.
"Sebentar ya, Ibu bawa tas dulu." Sang Ibu ikut bangkit dari jongkoknya lalu berjalan ke bagian lebih dalam rumah petak itu, Mingyu kecil mengikuti dari belakang.
Bagian dalam rumah petak itu berisikan satu kasur queen size yang sudah lapuk, satu lemari pakaian dan satu kipas angin. Di samping lemari sudah siap satu tas jinjing besar, satu tas selempang kecil, lalu satu lagi tas gendong kecil bergambar ultramen yang sudah pasti adalah milik Mingyu.
"Sini pake dulu jaketnya," ujar sang ibu sambil memakaikan jaket rajut hitam ke tubuh kecil Mingyu. Setelah jaket melekat sempurna ditubuhnya, sang ibu lalu memakaikan tas ultramen tadi.
"Tasnya isinya mainan Migu ya, Bu? Nanti di sana Migu main robot uga? Ga main ayunan?" Mingyu kecil bertanya dengan wajah lucunya yang penasaran.
"Mingyu. Nama Kamu Mingyu bukan Migu. Coba sebutin yang bener." Si ibu masih berkata dengan sangat lembut.
"Ming-Gu!" Mingyu kecil berusaha keras melafalkan namanya sendiri dengan benar.
Si Ibu menggeleng pelan, "bukan Minggu tapi Ming-Gyu!" Ucapnya lagi dengan nada bicara yang lebih ditekankan.
"MING-GU!" Si ibu masih menggeleng.
"MIN-GU!" Lagi, sang ibu menggeleng.
"Aaaa!" Mingyu kecil berteriak frustasi, sang Ibu tertawa.
"Ayo coba lagi, pasti bisa." Senyumnya sangat menghangatkan, membuat Mingyu yang sudah menekuk bibirnya kembali mencoba melafalkan namanya yang sulit Ia sebutkan.
"Ming..." Ia menjeda ucapannya sejenak, "Yu!" Lanjutnya dengan memajukan bibirnya beberapa senti.
Sang ibu kembali tertawa, "gapapa lumayan segitu juga daripada Migu." Ia mengelus lembut rambut anaknya.
"Nanti kalo ada yang nanya namanya siapa jawabnya kaya barusan, ya?" Mingyu kecil menganggung pertanda mengerti.
"Coba sebut lagi." Pinta sang ibu.
"Ming-yu." Jawab si kecil lancar.
"Pinter banget anak ibu." Sang ibu kembali mengusap kepala anaknya sembari memberikan senyum hangatnya. Mingyu kecil tersenyum lebar karena senang dipuji oleh ibunya.
"Ayo berangkat sekarang." Sang Ibu berdiri sambil menyampirkam tas selempang di bahunya lalu meraih tas jinjingnya menggunakan tangan kanan, tangan kirinya Ia pakai untuk menuntun tangan mungil Mingyu.
• • •
"Ayunan! Mau main ayunan!" Bocah empat tahun itu berlari kegirangan menghampiri ayunan yang ada di bagian depan sebuah taman bermain kecil.
"Jangan lari-lari! Nanti jatoh!" Sang Ibu berseru sembari mengikuti anaknya dari belakang, sesampai di depan ayunan Ia langsung memegangi rantainya agar sang anak dapat dengan mudah menaikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Cemara [Seventeen]
FanfictionBangunan bercat putih kusam yang mereka tuju ketika ingin pulang.