Suasana begitu sepi, sesekali hanya terdengar suara kelelawar yang sedang terbang mencari makan. Di antara sunyi itu, ada derap langkah perlahan dari sosok pria dengan tas selempang kecil tersampir di bahunya.
Kini pria itu telah sampai di depan gerbang masuk suatu rumah yang tingginya hanya sampai sepinggang, dengan mudah Ia meloncati pagar itu.
Saat tiba di depan pintu, Ia mengeluarkan ponsel dari tas selempangnya lalu mengetik beberapa kata di sebuah kolom chat. Satu menit Ia menunggu, tak ada balasan, lalu Ia mengetik pesan yang lain. Masih tak ada jawaban. Tubuhnya mulai bergerak panik, wajahnya terlihat begitu kesal, jarinya terus menekan-nekan layar ponselnya kasar.
"Goblok." Pria itu mengumpat lirih.
Saat matanya terus tertuju pada layar ponsel, telinganya menangkap suara lain, suara deru motor yang baginya sangat tidak asing. Kepalnya menoleh cepat.
"Sialan." Ia kembali mengumpat, matanya beredar ke sembarang arah. Tatapannya berhenti di arah pojokan rumah, lalu gerakan selanjutnya Ia melempar tas selempangnya itu ke sana.
Suara motor semakin jelas, pria di depan rumah terus mencoba mengetik sesuatu di ponselnya. "Mingyu anjing, buka pintunya cepet sialan...." kembali Ia pengumpat dengan nada yang terdengar lebih seperti orang putus asa, kakinya terus menghentak lantai tak tenang.
Suara motor tadi tepat berhenti berbunyi di depan pagar rumah itu, sosok pria lain turun dari atasnya.
"Hao ngapain di situ?" Ternyata sosok yang sedari tadi berdiri di depan pintu masuk adalah Hao.
"Eh... Mas Cheol kok baru pulang jam segini?" Pria yang sekarang sedang sibuk membuka gembok pagar sedikit mengerutkan dahinya karena adiknya di depan sana malah mengalihkan pertanyaan. Tapi pria yang ternyata Seungcheol yang baru pulang bekerja shift siang itu memutuskan untuk menjawab dulu pertanyaan dari adiknya.
"Tadi diajak Bang Joon ngopi sama nongkrong dulu di angkringan." Jawabnya yang sudah membukan sepenuhnya pagar rumah lalu kembali ke atas motornya untuk memasukkannya ke dalam.
Motor sudah Seungcheol terparkir rapi di dalam garasi, kini Ia bergabung dengan Hao berdiri di depan pintu.
"Tadi Kamu belum jawab, ngapain berdiri di sini malem-malem?" Seungcheol menatap intens adik di depannya.
"Eh... itu... tadi Hao kebangun... terus laper, terus keluar beli nasgor Bang Dongjin. Nah iya gitu...." Hao menjawab terbata-bata.
Seungcheol mengerutkan lagi dahinya, jawaban adiknya terasa tidak meyakinkan, namun saat Ia akan melontarkan pertanyaan lagi, atensinya teralihkan oleh suara kunci diputar lalu pintu terbuka menunjukkan sosok Mingyu yang wajahnya khas sekali orang baru bangun tidur.
"Sorry—" Ucapannya tertahan karena Ia kaget melihat sosok di balik pintu bukan hanya Minghao tapi juga kakak tertuanya.
"Mas Cheol...." gumamnya lirih.
"Lah... Kamu ngapain keluar juga?" Seungcheol kembali dibuat heran dengan munculnya sosok adiknya yang lain.
"Itu Mas... tadi pas Aku mau masuk... ternyata pintunya ada yang ngunci... jadi Aku chat Gyu buat bukain... gitu... ya... gitu..." Hao menyambar dengan kata-katanya yang masih terbata.
Seungcheol menatap Mingyu di sana, anaknya langsung menganggung kencang membenarkan penjelasan Hao. Sesaat Ia kembali mantap intens kedua adiknya itu secara bergantian.
"Yaudah ayo masuk." Seungcheol berlalu dari tengah kedua adiknya masuk ke dalam rumah.
"Kalian langsung tidur lagi, udah jam satu lewat ini," lanjutnya yang terus berjalan menuju kamarnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Cemara [Seventeen]
Hayran KurguBangunan bercat putih kusam yang mereka tuju ketika ingin pulang.