Akhir pekan selalu menjadi hari favorite kebanyakan orang, hal ini dikarenakan mereka yang selama seminggu harus bangun pagi karena dituntut untuk melakukan suatu aktifitas akhirnya bisa melakukan apapun sesuka hati. Salah satu yang sering dilakukan adalah bermalas-malasan dengan bangun lebih siang dari biasanya. Seperti halnya yang dilakukan para pemuda penghuni rumah bercat putih itu, namun ada satu orang yang sudah rapi memakai jaketnya dan berjalan menuju pintu keluar, dia adalah Mingyu.
Hari Minggu adalah jadwalnya untuk pergi ke pasar yang ada di tengah kota untuk membeli bahan-bahan pembuatan risol mayo dagangannya. Ia akan berangkat pukul 06.30 menggunakan angkutan kota dan sampai di pasar setengah jam kemudian. Biasanya Ia akan menggunakan motor satu-satunya yang ada di rumah itu, tapi karena Seungcheol hari ini masuk kerja, jadi motornya akan dipakai olehnya bekerja pukul tujuh nanti.
Bagian pertama yang Mingyu sambangi di pasar adalah pedagang yang menjual bahan-bahan untuk adonan kulit risolnya, Ia pun sekalian membeli bumbu-bumbu dapur yang sudah habis di rumah. Si pemilik kios sudah sangat kenal dengan Mingyu sehingga setiap Ia berbelanja selalu mendapat diskon atau belanjaannya akan diberi lebihan. Sebenarnya si Ibu pemilik toko ada maksud tersembunyi yaitu ingin mengenalkan Mingyu kepada anaknya, terbukti dengan Beliau yang selalu menggoda Mingyu dengan bertanya apakah Ia sudah punya pacar atau belum dan berakhir dengan memuji-muji anaknya yang katanya sangat cantik dan penurut.
Setelah selesai di bagian itu, Mingyu akan beranjak ke bagian sayur-mayur. Ia paling suka bagian ini karena matanya serasa dicuci dengan melihat sayuran yang beraneka warna. Ia akan berlama- lama memilih sayuran untuk mencari yang paling bagus dan masih segar.
Mingyu telah selesai melakukan agenda belanja mingguannya, tapi bukannya langsung pergi keluar pasar dan pulang, Ia malah berjalan menuju bagian belakang pasar sambil mengeluarkan sebungkus kecil makanan kucing dari saku celana jeansnya.
"Pus... pus... meong... oyen... pus...." Mingyu mulai melakuan ritual pemanggilan kucing. Tak lama muncul seekor kucing bewarna oren dari balik pohon mangga besar, dia berlari menghampiri Mingyu.
Pertemuan awal mereka terjadi saat Mingyu pertama kali pergi berbelanja sendirian dan Ia tersesat hingga ke belakang pasar ini. Saat itu si oren langsung menyambut Mingyu dengan eongannya yang nyaring. Merasa kasihan karena si kucing terlihat kelaparan, Mingyu mengeluarkan setoples sosis yang Ia beli sebelumnya dan mengeluarkan satu buah untuk ia berikan pada si oren. Sesi memberi makanpun menjadi kegiatan rutin Mingyu setiap selesai berbelanja.
Saat sibuk memberi makan si oren, perhatian Mingyu teralihkan oleh suara derap langkah kecil di depannya. Mingyu mengangkat kepalanya dan raut wajahnya seketika berubah kaget. Bagaimana tidak, entah dari mana datangnya ada seorang anak balita yang berjalan tertatih ke arahnya.
"Meng... meng...." Anak itu bersuara, sepertinya Ia ingin menghampiri si oren. Mingyu masih tertegun di tempatnya saat si balita beberapa langkah lagi sampai di hadapannya namun tiba-tiba Ia tersandung ranting yang membuat kakinya terhuyung. Dengan refleks yang bagus, Mingyu bangkit dan secepat kilat menangkap anak itu sebelum terjerembab ke tanan.
"Hampir aja...." Mingyu menghela napas lega.
"Meng!" Anak kecil itu tetap memfokuskan matanya pada si oren seolah barusan Ia tidak hampir terjatuh. Melihatnya Mingyu hanya bisa terkekeh gemas, "iya, ayo sini liat meng." Mingyu menggendong si anak lalu berjongkok di hadapan si oren. Ia berseru kegirangan melihat si oren makan dengan rakus.
"Adek kecil lagi apa di sini? Ke sini sama siapa?" Mingyu bertanya dengan nada lembut sembari mengelus rambut halus si adek kecil.
"Belanja ama Mama," jawab si kecil, ternyata Ia sudah bisa berbicara dengan cukup jelas, Mingyu menebak umurnya mungkin sekitar tiga atau empat tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Cemara [Seventeen]
FanfictionBangunan bercat putih kusam yang mereka tuju ketika ingin pulang.