3. Riuh Kembali

303 28 0
                                    

Senin pagi yang cerah, rumah berbentuk huruf L itu terlihat sedikit menunjukkan warnanya lagi.

"Gyu, mulai bikin risol lagi?" Itu Jisoo yang berjalan gontai ke dapur. Di sana ada Migyu yang sedang sibuk membalikkan goreng risolnya yang sudah kecoklatan.
"Iya nih Kak Jis, udah ditagihin anak-anak," jawab Mingyu sambil menoleh sebentar ke arah Jisoo.

"Ada yang bisa Aku bantu gak?" Tanya Jisoo lagi, kini Ia telah duduk di salah satu kursi meja makan. Sebenarnya Mingyu tak perlu menjawabpun Jisoo sudah mengira tak ada lagi yang bisa Ia bantu karena di meja makan sudah tidak ada adonan yang belum dibungkus kulit risol. Biasanya Jisoo membantu bagian membungkus dan membalurinya dengan tepung roti.
"Udah selesai semua Kak, tinggal goreng." Mingyu tetap menjawab.

"Kak Jisoo mau bantuin Aku ngiris bawang aja, gak? Buat sarapan Aku mau masak nasi goreng, nasi yang semalem masih sisa, kayanya banyak yang gak makan malem, deh." Mingyu meniriskan risolnya yang sudah matang sempurna lalu lanjut menggoreng risol yang lainnya.

Memasak memang sudah menjadi tugas Mingyu sejak Ia kelas satu SMA. Dulunya tugas itu adalah milik Jeonghan, tetapi saat Mingyu memasakkan mereka sarapan ketika Jeonghan sedang sakit, semua setuju kalau tugas memasak diambil alih oleh Mingyu. Ya betul, masakan Mingyu lebih enak dibanding milik Jeonghan, itulah alasannya. Apakah Jeonghan merasa tersinggung? Tentu saja tidak, Ia memang sudah lama bosan memasak dan ingin melakukan tugas baru. Akan tetapi Ia sedikit kesal karena tugasnya yang baru adalah menyapu dan mengepel rumah yang tadinya merupakan tugas Mingyu.

Kembali kepada Jisoo yang sudah siap dengan pisau, nampan dan beberapa butir bawang-bawangan. Ia mulai melakukan permintaan Mingyu untuk memotong bawang ketika ada suara bantingan pintu. "Seokmin hati-hati! Pintunya jangan dibanting gitu!" Seru Jisoo tanpa mengalihkan pandangan, tanpa melihatpun Ia sudah tahu pasti Seokminlah yang barusan berulah.

"Maaf Kak Jis, gak sengaja!" Teriak Seokmin diikuti suara pintu yang tertutup. Ia pasti sekarang sudah masuk ke dalam kamar mandi.

"Aku heran deh, dari semenjak masuk SMA Seokmin jadi suka buru-buru banget berangkat sekolah. Padahal kamu yang satu sekolah sama Dia santai-santai aja." Jisoo berkata sambil tetap fokus dengan bawang-bawangnya.

"Gatau deh Kak, awal-awal tuh Dia masih suka bareng sama Aku, tapi beberapa hari setelahnya Dia duluan terus. Tiap Aku samperin pas istirahat gak ada, Aku samperin pas pulang sekolah juga suka udah pulang tapi pas Aku nyampe rumah Dia belum sampe." Tuturnya panjang lebar, kini acara menggoreng risolnya sudah selesai. Ia lalu beranjak ke arah meja makan untuk menyusun risolnya ke dalam box.

"Kok Kamu baru bilang tentang ini, sih?" Jisoo melirik Mingyu sebentar, "aneh lho, dia berangkat awal banget terus pulang telat gitu. Coba nanti Kamu cari tau dia ngapain, Kakak takut dia ngelakuin yang aneh-aneh." Pungkas Jisoo yang kini bawangnya sudah teiris semua.

Mendengar apa yang dikatakan Jisoo membuat Mingyu berpikir selama ini memang gerak-gerik Seokmin sangat aneh. Mingyu hampir tidak pernah bertemu Seokmin di sekolah, karena mereka berbeda jurusan dan kelas mereka berada di gedung yang berbeda juga. Tapi jika Mingyu ke kantin IPS untuk menaruh dagangan risolnya atau sengaja ke sana di jam istirahat, Ia tidak pernah melihat Seokmin di kantin. Lalu Mingyu akan mencari ke kelasnya, tapi juga nihil. Tiap mencoba menanyakannya ke teman sekelasnya pun mereka selalu bilang tidak tahu.

"Kak, kok Aku juga jadi ngeri ya? Dipikir-pikir emang kerasa aneh." Risol-risol Mingyu sudah tersusun rapi di dalam box.

"Makanya kamu cari tahu coba." Jisoo menyodorkan nampan yang sudah terisi penuh dengan bawang.

"Iya deh nanti aku cari tahu." Mingyu membawa nampannya menuju kompor dan mulai kegiatan memasak selanjutnya yaitu memasak nasi goreng.

"Nyari tau apa?" Itu suara Seungcheol. Tidak seperti Jisoo dan Mingyu, Ia sudah rapi memakai celana jeans dan kemeja flanel abu. Beberapa hari kebelakang Seungcheol diterima bekerja di sebuah cafe. Sebelum-sebelumnya Ia masih menjadi pekerja paruh waktu, tapi mulai sekarang Ia memutuskan untuk kerja full time.

Rumah Cemara [Seventeen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang