Jeonghan sedang membuka kopernya saat ada suara ketukan dari pintu kamarnya.
"Kak Han... Aku boleh masuk nggak?" Seseorang di balik pintu bersuara.
"Masuk, Kwan!" Seru Jeonghan menjawab orang yang ternyata adalah Seungkwan.
Pintu terbuka lalu tampak Seungkwan menyembulkan kepalanya. "Kak Han lagi apa?" Tanyanya.
"Sini masuk, kok malah diem di situ. Kakak lagi ngecekin koper takut ada yang ketinggalan."
Seungkwan melangkah masuk lalu mendudukkan dirinya di depan Jeonghan dan kopernya.
"Udah lengkap semua?" Tanya Seungkwan lagi."Yang ini kayanya udah lengkap, tinggal ngecek tas ranselnya." Jeonghan menutup kembali kopernya lalu bangkit untuk mengambil ransel hitam yang diletakkan di samping lemari.
Jeonghan tidak membawa banyak barang, hanya satu koper dan ransel. Ia hanya membawa baju seadanya karena memang bajunya tidak seberapa, untuk pakaian musim dingin nanti Ia berencana membelinya Hongkong, katanya di sana banyak yang menjual mantel bekas di pinggir jalan ketika musim dingin akan datang.
Jeonghan melirik Seungkwan yang tidak bersuara lagi, ternyata anak itu sekarang sedang menatap kosong ransel miliknya dengan bibir tertekuk sempurna.
"Lho kok cemberut gitu? Kenapa?" Jeonghan menghentikan kegiatannya dan menatap sempurna Seungkwan dengan lembut.
"Jujur Aku sedih ditinggal Kak Han ke Hongkong." Seungkwan menjawab dengan lesu.
"Jangan sedih dong, Kakak kan gak akan selamanya di sana. Nanti juga kita bisa tetep video call tiap hari." Jeonghan mengelus lembut surai halus Seungkwan.
"Tetep aja beda... nanti yang ngurus Aku kalo Aku sakit siapa?" Seungkwan masih lesu.
"Ya jangan sakit makanya, Kamu harus sehat-sehat di sini, yang lain juga." Joenghan berkata serius.
"Kan kalau Kak... Aku janji kok bakal jaga diri baik-baik. Tapi tuh...." Seungkwan menggantung ucapannya lalu Ia menghembuskan nafas sedikit kencang. "Maaf Aku malah rewel gini padahal besok Kakak udah mau berangkat...." Seungkwan menunduk dalam.
"Ututu adik kesayangannya Kak Han...." Jeonghan menggeser ranselnya lalu membawa Seungkwan ke dalam pelukannya.
"Kakak usahain bakal pulang setiap libur semester ya, terus Kamu bisa telpon Kakak kapanpun, kalo Kakak gak lagi kelas nanti bakal langsung Kakak angkat. Jadi jangan sedih lagi oke?" Jeonghan melonggarkan pelukannya untuk menatap wajah adiknya itu. Seungkwan di sana mengangguk lemah."Senyum dong kalo gitu, jangan cemberut terus ah, jelek!" Jeonghan mencolek pipi bulat Seungkwan.
"Aku gak jelek ih!" Seru Seungkwan mendelik.
"Wah kalo udah galak gini berarti udah gak sedih." Jeonghan tertawa. Seungwan hanya membalas dengan pukulan pelan di dadanya.
Di tengah momen itu, tiba tiba ada ketukan lain di pintu, tepatnya bukan ketukan sih, tapi lebih ke pukulan kecil.
"Ka Han! Ka Han! hawo...." Terdengar seruan kecil dari balik pintu. Tak lama pintu dibuka dan menunjukkan sosok kecil Chan dan Jisoo di belakangnya.
"Ka Han...." kaki kecil Chan langsung berlari ke arah Jeonghan dan Seungkwan.
"Pelan-pelan sayang, nanti jatoh!" Jisoo berseru sambil mengikuti dari belakang.
"Aduh, aduh... ada apa ini adek kecil kesayangan Kak Han sampe lari-lari?" Jeonghan menangkap tubuh Chan yang menghambur ke pelukannya.
"Tadi katanya Aku yang adik kesayangan Kakak, tapi sekarang jadi Chan." Seungkwan mendumal lirih tapi masih bisa didengar oleh Jeonghan dan bahkan Jisoo yang kini sudah duduk di atas kasurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Cemara [Seventeen]
FanficBangunan bercat putih kusam yang mereka tuju ketika ingin pulang.