Enam

133 11 0
                                    

Selamat membaca ...

----------

Sejak kepergian Karel beberapa menit yang lalu Tara jadi senyum-senyum sendiri, tak jauh berbeda dari Karel. Saat ini mobil yang ia kendarai tengah berhenti di lampu merah, senyumnya tidak luntur mulai dari keluar ruangan Tara sampai saat ini.

Saat di rumah sakit bahkan ia menyapa siapa saja orang yang lewat, bahkan ia tadi menyapa orang gila yang sedang duduk tenang di dekat trotoar. Kalian tahu mengapa mereka berdua seperti itu? Seperti ini ceritanya.

Flashback

"Rel, tentang hubungan kita jangan kasih tau yang lain dulu ya?"

"Kenapa? Lo malu ya pacaran sama gue?"

"Bukan gitu. Temen-temen lo itu orangnya heboh, pasti nanti kita di ledekin, gue malu."

Teman-teman Karel itu kompak semua apalagi dalam meledeki orang. Tapi tidak semua orang mereka ledeki, mereka begitu hanya untuk teman-teman dekatnya saja.

"Siapa yang berani ledekin lo? Bilang sama gue," ucapnya sombong.

"Elleh, kayak berani aja."

"Ra, lo meragukan gue?"

"Lawan si Manu berani?" Karel tertawa, apa katanya tadi? Manu?

"Si Manu mah gede badan doang, Ra. Gue sodorin cicak aja dia udah lari."

"Dika?"

"Dia mah gak ada bedanya sama si Manu, badan aja gede tinggi tapi penakut, apalagi Sayaka." Tara tertawa teringat sesuatu.

"Iya ya, gue jadi inget waktu kita liburan niatnya mau bantuin warga nangkep kambingnya yang kabur, eh malah mereka berdua yang di kejar kambing."

Karel ikut terbahak, padahal niat mereka sudah bagus ingin membantu warga tapi malah menyusahkan beliau, Karel tidak habis pikir, padahal waktu itu mereka mukanya kayak orang bener.

Karel berhenti tertawa fokusnya teralihkan pada senyum manis gadis di depannya ini. Wajahnya pucat tapi tetap cantik. Dari mata, lalu pandangannya turun ke hidung dan terakhir pada bibir Tara.

Tara sudah tidak tertawa, ia sedang memakan jeruk. Bibirnya terlihat kering, bolehkah ia kecup sedikit? Atau mungkin sedikit lumatan?

Stop! Sudah gila. Tara sedang sakit tidak seharusnya ia berpikir seperti itu. Kalau mau nanti saja tunggu sembuh.

Tapi memangnya kalau sakit tidak boleh ciuman? Haruskah ia mencari di google?

Karel fokus pada ponselnya sedangkan Tara sedang fokus melihat acara tv sambil memakan jeruk yang Karel kupaskan tadi. Tirta? Tidak tahu sedari tadi ia belum kembali juga entah kemana perginya.

"Ra, lo punya kutil di area mulut?" Tara terbatuk, tiba-tiba saja bahas kutil? Ia menggeleng.

"Luka mungkin?"

"Gak ada. Apaan sih, Rel? Tiba-tiba bahas luka sama kutil?"

"Ini gue lagi cari di google kalo lagi sakit boleh ciuman enggak. Eh malah muncul artikel itu," ucapnya yang masih fokus pada ponselnya. Detik berikutnya ia tersadar, Karel gelagapan sedangkan Tara wajahnya sudah memerah ia juga jadi salah tingkah sendiri.

"Ra,"

Aduh rasanya Karel malu sekali, ia menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. Sekarang baik Tara atau Karel tidak ada yang membuka suara, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

KATARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang