*****
Beberapa hari kemudian ...
Waduh ... alamat kena marah nih, sekarang yang Karel pikirkan itu hanya bagaimana ia bisa terbebas dari amukan cewek itu.
Jarak rumah Tara ke rumah Karel itu butuh waktu setengah jam perjalanan dan sekarang Tara sudah sampai di kediaman Karel. Lihat saja, saat bertemu dengan lelaki itu Tara pasti akan langsung memarahinya. Lihat saja.
"Terima kasih ya, pak," ucap Tara pada ojol yang mengantarkannya barusan, setelahnya ia memngirimkan pesan kepaada Karel kalau ia sudah di depan, tapi cowok itu tak kunjung membalas pesannya.
"Kak Tara." Tara menoleh saat mendengar suara familiar tersebut.
"Kakak kok di luar? Kenapa gak masuk?" Kata Hanni. Di tangannya ada plastik berisikan ciki, beberapa susu dan juga es krim serta telur gulung yang sedang ia makan itu.
"Kakak baru sampe kok." Hanni mengangguk.
"Ayo masuk, kak. Tadi Hanni abis jajan. Kakak mau?" Ujarnya sambil berjalan.
"Enggak deh, buat kamu aja biar cepet gede."
"Ih kakak, aku udah gede tauu. Orang aku udah punya pacar."
"Eh?"
"Eh?" Gawat. Dia keceplosan.
"Wah, siapa tuh? Kenalin ke kakak dong," goda Tara. Karel sudah tau belum ya kalau adiknya sudah punya pacar. Tapi sepertinya Karel belum tau.
"Eh maksud Hanni—"
"Gak apa-apa kok kalo kamu emang udah punya pacar."
Tiba-tiba Hanni menghentikan langkahnya, Tara juga jadi ikutan berhenti.
"Kenapa?"
"Kak Tara, jangan kasih tau bunda ayah, ya. Terutama kakak. Jangan sampe dia tau." Tara terkekeh.
"Emangnya kenapa kalo kakak kamu tau?"
"Kakak pasti bakal galakin pacar Hanni. Kakak 'kan kalo tau Hanni deket sama cowok uhh ... galak abis." Ah, Tara jadi teringat dengan Tirta. Semua kakak laki-laki kenapa kelakuannya sama ya?
Tok tok tok
"Ayo masuk, kak. Eh tapi, kak Tara jangan bocorin soal yang tadi ya, ini rahasia kita berdua," kata Hanni sebelum mereka masuk ke dalam rumah.
"Bunda, ada kak Tara." Bunda yabg sedang sibuk merapikan barang pun menoleh.
"Tara, bunda kira kamu gak jadi dateng."
"Dateng dong, bun. Omong-omong bunda mau ke mana?" Tanya Tara.
"Bunda, ayah, sama Hanni mau ke Yogyakarta, ke acara nikahan kenalan ayah." Oh, pantas saja.
"Kamu mau jenguk Karel 'kan? Naik aja. Nanti kamu liat dia udah minun obatnya atau belum. Sama sekalian marahin dia nanti, ya."
Tara terkekeh. "Oke, bun."