Dua puluh tujuh

38 7 3
                                    

"Udah tau cewek lagi marah kenapa lo ikutan marah bego!" Mata Karel terus memperhatikan Tara di depan sana.

"Ya tapi dia marah kenapa? Gue tanya gak mau jawab, emang gue salah apaan?"

"Ya gak tau gue juga."

Di sana juga Grace masih menenangkan Tara, sedari tadi cewek itu diam saja seperti patung Grace jadi takut Tara kesurupan.

"Ra, lo kenapa sebenernya? Cerita sama gue jangan di simpen sendiri." Tara menggeleng.

"Yaudah kalo gitu gue suruh si Karel duduk sini, ya?"

"Lo kok gitu sih?" Sahabatnya itu menatapnya garang. Kenapa sih, hari ini orang-orang sangat menyebalkan?

"Ya makanya cerita."

"Nanti." Grace menghela napas kemudian ia melihat ke belakang lebih tepatnya ke tempat Manu dan Karel. Ia memberi kode kepada kedua orang itu dengan gelengan kepala, Karel juga tak mungkin meminta Grace untuk memaksa Tara untuk bercerita biar saja nanti ia yang bicara.

******

Waktunya pulang tapi kali ini Tara tak akan pulang dengan Tirta atau pun Grace, Tara harus pergi ke suatu tempat dan untung saja Tirta mengizinkannya.

Tara sedang berdiri di koridor sambil mengotak-atik ponselnya, niatnya ia akan memesan ojol tapi tiba-tiba saja tangannya di cekal membuat aktifitasnya terganggu. Menoleh ke samping ternyata itu Karel.

"Ra, ayo pulang." Tara melepas pelan genggaman itu.

"Maaf, tapi mau naik ojol aja."

"Loh? Aku ada di sini, Ra, ngapain naik ojol?" Tara tak menjawab.

"Ra, aku ada salah sama kamu? Ngomong, Ra. Tolong jangan buat aku bingung. Kalo kamu gak ngomong gimana aku bisa tau salah aku apa."

"Karel nanti ya ngomongnya, aku ada janji sekarang." Karel tidak akan membiarkan Tara pergi begitu saja. "Enggak. Selesain sekarang baru kamu boleh pergi."

"Karel, tapi orangnya udah nungguin." Bohongnya, padahal ia tau kalau orang itu masih berada di tempatnya bekerja.

"Kalo gitu aku anter. Kamu mau ketemu siapa? Cewek atau cowok?"

"Gak usah repot-repot, aku bisa pergi sendiri."

"Kamu pacarku, dan aku gak merasa repot sama sekali."

"Kamu gak akan suka."

"Kenapa aku gak suka? Emangnya kamu mau ketemu siapa?" Haruskah Tara mengajak Karel?

Tanpa menjawab sepatah kata pun Tara berjalan lebih dulu meninggalkan Karel. "Ra, pergi sama aku, ya?" Cowok itu mengikuti langkah gadis di depannya.

"Aku tunggu di depan kampus." Setelah Tara pikir-pikir mungkin akan lebih baik ia mengajak Karel.

"Oke siap. Kamu jangan pergi dulu sebelum aku sampe." Ia langsung berlari ke parkiran, Karel harus cepat sebelum Tara berubah pikiran.

*****

Mereka berada di sebuah kafe tidak jauh dari rumah Tara. Menunggu sekitar lima belas menit akhirnya orang yang mereka tunggu datang juga. Karel yang melihat orang itu lebih dulu makanya begitu melihat orang itu menghampiri mereka Karel yang kaget langsung berdiri. Begitu kaget dengan gerakan tiba-tiba Karel akhirnya Tara mengangkat kepalanya. Tara tersenyum tipis melihat kedua lelaki di depannya ini sama-sama mematung karena kaget.

"Bisma?" Ujar Karel pelan.

"Duduk, kak." Karel masih berdiri padahal dua orang itu sudah duduk.

Tara beralih melihat Karel. "Kamu gak mau duduk? Atau mau pulang? Gapapa, biar nanti aku pulang naik ojol." Walaupun sedikit panik tapi Karel tetap duduk di sana.

KATARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang