Selamat membaca all🤗
******
Flashback off
Malam ini hujan turun dengan derasnya membasahi bumi sama derasnya dengan air mata Tara yang turun membasahi pipinya. Sepertinya langit juga ikut bersedih seperti apa yang sedang Tara rasakan sekarang ini. Setelah makan malam Tara tidak banyak bicara ia langsung masuk ke kamarnya lagi.
"Aku berhenti ya, Ra."
"Mulai sekarang, ayo jalanin hidup masing-masing."
Kata-kata itu selalu muncul di otaknya. Momen akhirnya Karel merasa lelah dan mengakhiri semuanya terus berputar-putar di pikirannya seperti sebuah kaset. Tara sudah mengira bahwa cepat atau lambat Karel pasti merasa lelah dengan sikapnya tetapi kenapa rasanya semenyakitkan ini? Harusnya Tara tidak harus menangis toh ini semua keinginannya, ia juga yang memutuskan Karel terlebih dahulu 'kan? Tapi lihat ia sekarang. Bahkan Tara sudah menangis dua kali.
Tara memang mengingikan Karel menjauhinya tapi itu 'kan kemarin-kemarin bukan sekarang.
"Katanya sayang tapi malah pergi," ujarnya. Entah sampai kapan ia akan berhenti menangis padahal matanya sudah mulai membengkak.
Mengambil ponsel dan melihat semua foto-fotonya bersama Karel. Tiba-tiba ia teringat semua kenangan menyenangkannya bersama Karel. Terlalu banyak kenangan indah sampai ketika ia memikirkannya air matanya turun semakin deras.
"Aku kangen, Rel."
"Aku gak mau kamu pergi." Ia memeluk boneka gajah yang Karel belikan pada saat di pasar malam waktu itu, membiarkan air matanya membasahi bonekanya. "Aku sayang kamu."
Terus menangis sampai lelah dan akhirnya ketiduran. Selang beberapa menit setelah Tara kelelahan sampai ketiduran, diam-diam Tirta masuk ke dalam kamar Tara. Ia hanya ingin melihat kondisi Tara saja karena tadi ia mendengar Tara menangis tapi ia hanya mendengarkan dari depan kamar Tara saja. Tirta baru masuk setelah ia tak lagi mendengar suara tangis Tara, ia takut adiknya pingsan ternyata Tara hanya tertidur.
Tirta bisa melihat di sana ponsel Tara masih menyala dan menampilkan foto Tara dengan Karel. Menghela napas panjang sebelum akhirnya ia membenarkan posisi tidur Tara, menyelimutinya baru kemudian ia pergi keluar kamar.
Satu bulan kemudian ...
"Karel." Asyla alias bundanya Karel datang menghampiri Karel yang sedang melihat Hanni bermain gitar.
"Kak, kok kamu di sini?" Ia duduk di samping sang putra.
"Ya terus aku mau di mana, bun?" Tanya Karel.
"Ini malem minggu, kamu gak main sama Tara?" Tara lagi Tara lagi. Sudah saru bulan lamanya Karel dan Tara putus tapi ia masih belum berani untuk bilang yang sebenarnya pada sang bunda.
"Kamu ajak ke sini dong, kak. Bunda kangen banget sama pacar kamu, udah lama banget kita gak ketemu."
"Iya, Hanni juga kangen sama kak Tara. Kakak sana pergi culik kak Tara terus bawa ke sini."
"Aku sama Tara lagi sama-sama sibuk, bun. Nanti ya kalo kita udah gak sibuk lagi."
"Kamu itu tiap kali bunda suruh ajak Tara ke rumah ada aja alasannya, entah sibuklah, sakitlah, inilah, itulah." Kesal Asyla. Anak laki-lakinya itu memang banyak sekali alasan bilang Tara sakit tapi giliran Asyla ingin menjenguk Tara tidak boleh katanya Tara harus banyak istirahat gak boleh di ganggu dulu.
"Putus kali bun," celetuk Hanni. Asyla langsung melotot ke arah putranya.
"Bener, Rel?" Waduh bahaya nih.