Warning: Capslock bertebaran
-------------------------------------------------------------
"Lo.. lo kan?!"
Lelaki yang mencengkeram pergelangan Desna kuat-kuat itu menatapnya heran. Mata kelamnya sempurna menyipit. "Apa?" tanya lelaki itu sarkastik. "Kok kayaknya gue pernah liat lo ya? Tapi dimana?" Cengkeraman itu sempurna terlepas, menyisakan kemerah-merahan pada pergelangan putih milik Desna. Lelaki itu menatap tajam gadis di depannya dengan raut mengingat-ingat.
Oh, bagus! Sebentar lagi orang-orang bakal nganggep gue gila karena ngomong sendiri!
"Lo nggak inget? Bagus lah! Masih mending gue nggak nuntut lo karena ngerusakin mobil gue!"
"Oh! Jadi bener lo yang nabrak gue waktu itu?!"
"Lah? Lo gue tabrak juga nggak bakalan mati juga! Sialnya kan malah kena gue!" Ia yakin sekali, pemilik mata gelap itu adalah orang yang berbincang dengannya di dekat rumah Al, di halte malam itu. Disaat dia benar-benar menyadarinya, semua ketakutan itu malah menghilang.
"HAH?"
"Diem lo pergi sana! Gue ntar disangka orang gila teriak-teriak di jalan sendirian!" Desna berbalik, berlari. Meninggalkan orang, atau apapun, itu sendirian terbengong-bengong karena sikapnya.
"Ada apa dengan orang itu?" gumam lelaki itu semakin heran.
"Nat, ada apa?"
"Nggak papa, orang itu sinting kali ya?!" gumam lelaki yang dipanggil Nat itu, lagi. Ternganga. Masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya sementara Desna sudah berlari menjauh.
-:) Anggrek Berduri (:-
Orang-orang yang melewati jalan raya di daerah dekat komplek Ayello Residence melihat pemandangan langka siang itu. Seorang gadis berseragam SMA elit tengah berlari-larian di sepanjang trotoar dan lagi yang lebih menarik perhatian adalah, gadis itu mengomel sendirian.
"Gila! Tangan gue dipegang hantu masa!" Desna memandangi telapak kirinya tak percaya. Membolak-balikkan hingga percaya jika bekas cengkeraman itu masih ada. "Mana sakit lagi! Sialan! Tapi kok hantu bisa megang? Kan nggak bisa? Loh? Berarti gue udah mati juga dong? Hah?!!" Gadis itu berseru panik. Memegang samping kepala dengan kedua tangannya dan menjambak-jambak rambut panjangnya lalu mengacak frustasi. Menggeleng kuat lalu menarik rambutnya berkali-kali.
"Eh.. eh ada orang gila pakai seragam SMA Pembangunan!" bisik seseorang kepada temannya ketika mereka melewati Desna. Teman yang satunya memandang dengan tatapan mencemooh.
"Iya! Ih masa SMA favorit punya murid gila sih? Gue nggak yakin itu murid..."
Desna yang jelas mendengar cemoohan di dekat telinga kanannya itu sempurna menoleh. Melotot selebar mungkin ke arah dua orang perempuan yang seenak bokongnya ngatain Desna gila.
"APA LO BILANG? HAH?!" teriaknya. Ia menggulung kemeja panjangnya sampai ke siku. Langkahnya melebar mendekati dua anak manusia yang saat ini tengah berdiri ketakutan. Panik.
"Lo sih kenceng banget ngomongnya! Udah tau juga orang gila kalau ngamuk gimana!" bisik orang itu kepada temannya. Karena tajamnya pendengaran Desna, maka amarahnya semakin menyulut.
"BILANG APA LO BARUSAN?!" Desna bersiap menarik rambut dua orang gadis yang em.. mungkin sebaya dengannya itu namun terlambat karena keduanya sudah lari tunggang langgang. Salah satu dari mereka berteriak Gila! Sial banget gue hari ini ketemu orang gila! Aaaa~! kencang sekali. "WOI! KALO GUE KETEMU LO BERDUA LAGI AWAS LO PADA!"