14

112 17 2
                                    

Gelap.

Gadis itu membuka mata untuk kali pertamanya dari entah beberapa jam lamanya. Dan yang pertama kali diingatnya adalah decitan roda mobil dan aspal jalan yan mememakkan telinga lalu setelah itu entahlah ia lupa.

"Ah!" erangnya. Kepalanya benar-benar sakit. "Sialan! Rasanya nggak kaya lagi demam!"

Gadis itu membuka matanya lagi dan pemandangan pertama yang ditangkapnya adalah gelap.

"Gue udah mati? Hah gimana ini? Pasti gue udah mati?! Yaoloh gue beneran udah mati!!" serunya panik.

Gadis itu mencoba bangun dari posisi tidurnya namun sedikit terhambat karena kepalanya berdenyut hebat. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali lalu ketika sebuah kesadaran seratus persen kembali, saat itu pulalah seratus persen dirinya kembali.

"GELAP? YA TUHAN KENAPA MATA GUE CUMA NGELIAT ITEM DOANG! GUE BUTA? TIDAAAAAAK!!"

Cklik.

Seorang gadis tengah menarik-narik rambutnya adalah pemandangan utama ketika ruangan itu benderang terang. Lalu di dekat sebuah pintu, terlihat sepasang suami-istri dan seorang anak gadis datang menghampirinya.

"Kamu udah sadar?" tanya gadis itu lembut. Ia duduk tepat di sisi gadis yang baru bangun Itu. Aroma ini..

"Gue dimana? Gue udah mati ya?!"

"Kamu masih di Jakarta kok," jawab seorang ibu-ibu, lembut.

"Sekarang hari apa?"

"Sekarang? Em.. Senin," jawab gadis itu.

"HAH? GILA GUE SEKOLAH!!!" pekiknya.

Lelaki paruh baya yang sedari tadi hanya diam menyimak itu kini menyodorkan segelas air putih untuk menenangkan pasien khusus putrinya itu. "Siapa namamu?"

"De.. Tata,"

"Kenalin, aku-"

"Vanda?"

"Huh?"

"Aroma Vanda kan?"

"Kamu suka anggrek?"

"ANGGREK! SIAL! GUE HARUS PULANG!" gadis bernama Tata atau sebenarnya Desnata itu terotomatis berdiri karena saking paniknya namun tiba-tiba

Bruk!

"Aduh!!"

Kepalanya benar-benar pusing.

"Tidur dulu aja, Ta," ucap gadis itu.

"Nggak! Mama sama Papa pasti nyariin gue! Gue nggak pulang udah dua malem!!" Desna panik. Benar-benar panik, bagaimana mungkin ia bisa ada disini? Tidak bersama orang tuanya? Dan siapa pula mereka?

"Ssstt! Ini masih terlalu malam, Ta, nanti pagi-pagi setelah sarapan kamu pulang bareng sama Vava aja ya?" tenang lelaki paruh baya itu.

Desna mengangguk, "Sekarang jam berapa?"

"Masih jam satu, kamu tidur lagi aja," ucap Vava masih dengan suara lembutnya. Gadis itu membaringkan tubuh Desna kemudian menyelimutinya layaknya Nirina, mamanya. "Met tidur, Manis,"

"Lampunya jangan dimatiin ya? Gelap banget,"

Mereka mengangguk serempak lalu kemudian pergi dari kamar itu.

Jam satu pagi.

Tek.

Tek.

Tek.

Tek.

Masih jam satu pagi.

Tek.

Tek.

Anggrek Berduri ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang