20

177 16 1
                                    

Desna masih enggan beranjak dari kamarnya bahkan ketika semua urusan "rutinitas lima belas menit" sudah ia lewati dengan tergesa. Sekalipun hari ini ia bangun satu jam lebih awal dari biasanya dan semalam dia terlambat tidur berjam-jam, nyatanya Desna masih enggan beranjak.

Sampai ia melewatkan acara sarapan bersama yang menurutnya sangat penting itu.

Alasannya cukup simpel: Desna tidak tahu bagaimana menghadapi Reno, dalam tanda kutip, ketika laki-laki itu menjemputnya ke sekolah. Seperti biasa.

Oh, sial.

Bahkan frasa "seperti biasa" terlihat sangat mengerikan untuk sekedar dibayangkan.

Tok. Tok. Tok.

"Des?" Suara Nirina terdengar cemas dari luar. "Kamu udah bangun kan?"

Ketukan itu terdengar lagi.

Desna semakin merasa frustasi. Oh, bagaimana caranya menghadapi Reno? Bagaimana cara menghadapi orang gila yang seenaknya keluar masuk rumahnya itu? Bagaimana cara menghadapi tatapan penuh kendali cowok tampan--oh, sial--itu? BAGAIMANA?

Tok. Tok. Tok.

"Desna?"

Gadis itu tidak bisa bergerak bebas. Aduh. Ini gara-gara dia harus memiliki luka di kepalanya yang membuatnya bisa begitu leluasa melihat wajah yang dulu ia kira hantu itu. Membuat Desna dengan leluasa mencium aroma musk bercampur vanda yang begitu menenangkan yang menguar dari tubuh Reno. Yang sialnya, malah berdampak sampai malam harinya dan membuatnya tidak bisa tidur.

Apa-apaan dia itu?

Dok. Dok. Dok.

"Desna!"

Desna nyaris melompat dari posisi duduknya saat ketukan pelan itu berubah menjadi gedoran yang sedikit keras. Pasalnya, Desna mengunci pintu sejak semalam karena merasa pikirannya kacau gara-gara jelmaan manusia-malaikat itu. Dan teriakan mamanya membuat dia teringat kalau waktu terus berjalan dan Reno pasti sudah menunggunya di bawah.

"Desna, ayo, Des!" Dava memanggilnya dari bawah.

Tuh, kan.

Gadis itu menggigit bibir bawah panik.

Aduuh, gimana gue ketemu orang itu?!

Desna berharap kalau sebaiknya dia tidak usah bertemu saja dengan orang itu. Amiin.

"Desna ... ayo, nanti kamu telat!" Suara Dava semakin dekat, Desna semakin panik. Aduh ... gue gak usah berangkat sekolah aja kali, ya? Digigitnya bibir bawah itu sambil terus bergerak gelisah. Ia melirik jam tangannya sekilas. Pukul 6:34. Ah, pura-pura sakit aja guenya!

"Desna di dalam?" Dava terdengar sedang bertanya dengan Nirina tepat di depan pintu kamar Desna. Sesaat kemudian, "Des? Ini Papa."

Iya, Desna juga tahu.

Desna memberengut. Walaupun sebenarnya ia tidak tahu apa alasan yang tepat untuk menghindar, dalam tanda kutip, tapi ia tetap tidak mau bertemu dengan laki-laki itu. Ya ampun, Desna masih tidak habis pikir dengan bagaimana-Reno-menatapnya-seperti-itu.

"Iiiii!!" Desna bergidik kemudian cepat-cepat membungkam mulutnya.

"Desna? Ada apa?" Ketukan pintu itu terdengar lagi, makin keras. "Des ... ayo berangkat! Nanti telat ini!"

Desna melirik jamnya lagi. Pukul 6:40. Oh, sial.

"Desna ... ha-hatc-"

"Ayo, sayang! Kamu nggak kasian sama Papa?"

Anggrek Berduri ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang