21

278 19 11
                                    

oke, oke aku tahu, aku tahu. ini keterlaluan banget ya baru apdet padahal 2015 udah kelewat jauh? wkwkwk *setahun gak pos ini namanya* maafin yah? maklum aku kemarin-kemarin hari ini masih pengen kencan sama enam mapel itu (especially fisika) doain ya moga bulan-bulan ke depan chan diberi banyak keberuntungan ... amiin :D

btw

this part is dedicated to all of you who love and waiting for it, guys.
laf ya and happy reading ... *semoga tidak mengecewakan hi hi* (9^-^)9


Desna hanya mengaduk-aduk jus alpukatnya dengan keras. Tidak peduli kalau gelas itu bisa saja hancur dengan gerakannya ataupun memedulikan lelaki yang duduk di depannya sambil menatapnya aneh. Saat ini Desna sedang duduk di sebuah rumah makan di tepi jalan. Tidak besar, sih, tapi cukup bersih dan nyaman. Hanya saja, Desna tidak bisa menikmati kenyamanan itu karena ia masih merasa kesal.

Kesal dengan hal yang tidak bisa dipercayainya sendiri.

"Des!"

Gadis itu tersentak saat seseorang menyerukan namanya dengan keras. Ia terpaksa mengangkat wajah dan mendapati Reno sedang mengamati ekspresinya. Desna mendengus, lalu kembali pada kegiatannya sebelumnya.

Terdengar dengusan pelan sebelum Desna mendengar laki-laki itu berkomentar pelan, "Lo kenapa?"

Desna mencebik malas lalu mengangkat wajah. "Lo mau ngomong apa?" katanya ketus, "Buruan ngomong!"

Kilatan dalam mata Reno terlihat terkejut untuk sesaat. Kemudian, laki-laki itu mengerjap sekali. "Oh," Desna kembali melirik saat Reno malah mengambil sendok dan garpunya kemudian melahapnya. "Lo gak kasihan sama makanan lo itu?" ujarnya santai.

Desna terperangah. Bagaimana bisa Reno berbicara sesantai itu sementara ia masih berusaha mati-matian menyembunyikan perasaan kesalnya atas apa yang dilihatnya tadi. "Gue gak lapar!" ucapnya. Tapi, tepat pada saat itu terdengar bunyi kerucukan dari dalam perutnya seolah makhluk-makhluk peliharaannya itu menolak ucapan Desna barusan.

Desna menahan napas saat merasa perutnya malah semakin lapar. Ia melirik Reno tepat ketika lelaki itu juga meliriknya penuh arti, seolah kedua mata gelapnya itu mencemooh; perut lo aja protes gitu! Kemudian seolah tak peduli, Reno menyuapkan satu sendok lagi.

Gadis itu mendengus sebal. "Ya, ya, ya!" cibirnya pelan. Sambil pura-pura menatap hal lain, Desna mengambil sendok garpunya dan berucap ogah-ogahan, "Jangan lo pikir gue makan karena lo yang nyuruh, ya! Ini emang karena gue laper dari tadi pagi gak makan!"

Reno meletakan sendoknya, melirik Desna sekilas lalu mengambil air minumnya. "Gue malah gak ngerasa nyuruh lo makan," katanya.

Desna nyaris menelan semua makanan dalam mulutnya setelah mendengar ucapan sialan itu. Ia menghentikan kunyahannya beberapa saat, menatap Reno yang sedang meminum jus jeruknya seolah laki-laki itu siluman atau apa. Kemudian meletakan kasar sendok garpunya dan menelan nasi gorengnya sekaligus.

-:) Anggrek Berduri (:-

"Des, gue mau minta maaf buat beberapa alasan," kata Reno tiba-tiba setelah mereka menyelesaikan acara makan siang mereka.

Desna meletakan gelas jus alpukatnya yang tinggal separuh ke atas meja lalu menatap Reno malas. Ia masih kesal dengan orang itu karena seenak hatinya mengabaikan tugas mengantarnya sekolah dan tiba-tiba saja muncul di hadapannya sambil berbicara dan tertawa akrab dengan senior menyebalkannya itu. Si Sania Sania itu. Bahkan, Reno belum pernah tertawa seprti itu padanya. Ugh!

"Hm," gumam Desna sambil memainkan jam tangannya. Dia tidak mau memandangi wajah tampan tapi menyebalkan itu lama-lama. Bisa-bisa kepalanya yang pusing jadi bertambah pusing saat otaknya terpaksa mengingat kejadian kemarin sore.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anggrek Berduri ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang