21. Pergi

97 43 52
                                    

🥀🥀🥀

Bodoh, sekarang dia benar-benar pergi.

☘️☘️☘️

-Akel Aganta-

Terlambat buat gue untuk menyadari kalau perasaan yang gue miliki selama ini teranyata bukan buat Sifa, tapi buat Juni. Gadis yang udah ngejar-ngejar gue dari dulu, tapi bodohnya gue. Gue malah percaya sama omongan orang tanpa mencari tahu kebenarannya.

Sekarang semua terasa kosong, hampa dan gue ngerasa kehilangan. Bahkan saat dia pergi, gue nggak sempat buat nyatain perasaan gue yang sebenarnya.

Bodohnya gue, gue malah terus-terusan ngebentak dia. Nyuruh dia pergi dari gue, dan berhenti jadi pengganggu dalam kehidupan gue.

Kenapa gue sekasar itu sama dia, dan kenapa gue nggak ngebales perasaannya selama ini. Gue udah jahatin lo Juni, gue mohon kasih gue kesempatan buat menebus kesalahan gue selama ini.

Kasih gue kesempatan buat memperbaiki semuanya, gue janji gue bakalan berubah dan buat lo bahagia.

Bahkan, lo pergi ninggalin gue aja lo masih dalam keadaan kecewa sama gue. Gue salah tolong maafin gue dan kasih gue kesempatan kedua.

"Pio," panggil Langit pada gadis lucu yang memiliki suara yang seperti toa itu.

"Kenapa kak?" tanya Pio sambil melangkah ke arah Langit.

"Petir mana?" tanya Langit pada adik kelasnya itu.

"Tadi kata kak Petir, dia mau nyusul kak Akel ke atas," balas Pio sambil mengunyah makanan kecilnya.

"Ke atas?" tanya Langit dengan penuh tanda tanya.

"Iya kak, kak Petir nyusul kak Akel ke rooftop 12 IPA 2," jelas Pio pada Langit.

"Udah ya kak, Pio mau ke kelas dulu," sambung Pio dan masuk ke dalam kelas.

"MAKASIH PIO," teriak Langit dan mendapatkan teriakan balik dari Pio.

"KAKAK, NGGAK USAH TERIAK-TERIAK PIO NGGAK BUDEG YA," kesal Pio dan beberapa temannya yang ada di dalam kelas langsung menutup kedua telinga mereka.

Sejak Juni pergi, Akel jadi sering murung. Bahkan buat makan siang bareng aja dia nggak mau, sekarang hanya gue, Petir, Gerry dan Sifa yng masih sering nongkrong bareng. Tapi tidak dengan Akel, tampaknya dia benar-benar menyesali perbuatannya selama ini pada Juni. Batin Langit.

"Kel, makan dulu nih lo belum makan apa-apa dari tadi pagi," bujuk Petir pada Akel.

"M," balas Akel dengan mata yang tertutup rapat, dia tiduran di sana dengan sebuah novel yang berjudul "Regrets in my live"

Petir yang melihat dengan sekilas judul novel itu, semakin yakin kalau Akel tengah menyesali apa yang telah terjadi saat ini.

"Gue tahu lo nyesel bro, tapi dengan lo nggak mau makan apapun bukan berarti lo bisa mengulang semuanya lagi kan," tutur Petir yang tidak mendapatkan respon apapun dari Akel.

"Disini lu pada," timpal Langit yang mengejutkan Petir tapi tak mengusik Akel sedikitpun.

"Mau lo kek gimanapun Kel, Juni nggak bakalan balik lagi," jelas Langit pada Akel.

WE'RE DONE (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang